Permainan Congklak Jadi Inspirasi Ilmuwan Membuat Penemuan Fisika Paling Mutakhir
Permainan Mancala atau yang dikenal sebagai “congklak” atau “dakon” di Indonesia, mungkin berasal dari tahun 6000 SM di Yordania.
Siapa sangka, permainan kuno ini bisa membuka pintu menuju penemuan-penemuan mutakhir di bidang fisika.
Permainan Congklak Jadi Inspirasi Ilmuwan Membuat Penemuan Fisika Paling Mutakhir
Permainan Mancala atau yang dikenal sebagai “congklak” atau “dakon” di Indonesia, mungkin berasal dari tahun 6000 SM di Yordania. Permainan ini masih dimainkan di seluruh dunia hingga saat ini.
Permainan Mancala melibatkan pemain yang memindahkan batu-batu kecil antara serangkaian lubang kecil pada papan permainan kayu. Tujuan utama dari permainan ini adalah memindahkan semua batu ke lubang terakhir di ujung papan.
-
Apa itu congklak? Congklak adalah permainan tradisional Indonesia yang dimainkan oleh dua orang. Cara bermainnya cukup sederhana, pemain hanya perlu memindahkan biji kelereng ke dalam lubang-lubang yang ada di papan congklak.
-
Apa itu permainan congklak? Permainan congklak adalah salah satu permainan kuno yang memiliki banyak sebutan, seperti dhakon, dentuman lamban, atau maggaleceng. Congklak dimainkan dengan menggunakan papan kayu atau plastik. Papan ini berisi 14 lubang yang terdiri dari 7 lubang kecil di setiap sisi dan 2 lubang besar di masing-masing ujung papan. Setiap lubang kecil diisi dengan 7 biji congklak, yang bisa berasal dari cangkang kerang, biji-bijian, atau batu-batu kecil.
-
Bagaimana cara bermain congklak? Cara bermain congklak cukup sederhana. Pertama, siapkan papan congklak yang terdiri dari 2 baris lubang kecil sebanyak 7 lubang, dan satu lubang besar di tengah untuk menampung biji. Setiap pemain diberi giliran bergantian untuk mengambil biji dari salah satu lubang di sisi mereka, lalu menjatuhkannya ke lubang di sebelahnya secara searah jarum jam.
-
Bagaimana cara memainkan permainan congklak? 1. Pemain yang mendapat giliran pertama memilih lubang kecil yang ada di hadapannya lalu mengambil semua biji congklak di dalamnya untuk diputarkan searah jarum jam. 2. Pemain harus menjatuhkan biji congklak satu per satu sesuai dengan lubang yang dilewati dan mengumpulkannya di lubang besar miliknya sebanyak-banyaknya. 3. Jika biji congklak terakhir jatuh di lubang kecil yang memiliki biji congklak lain, maka pemain tersebut dapat melanjutkan putarannya sampai biji congklak yang digenggam habis. 4. Jika biji congklak terakhir jatuh di lubang besar miliknya, maka pemain tersebut mendapat giliran lagi. 5. Jika biji congklak terakhir jatuh di lubang kecil yang kosong, maka giliran pemain berakhir dan ganti pemain lain. 6. Permainan congklak berakhir ketika semua lubang kecil kosong dan semua biji terkumpul di lubang besar. Pemenang ditentukan dari jumlah biji terbanyak yang berada di lubang besar masing-masing pemain.
Dalam penelitian terbaru yang diterbitkan dalam AVS Quantum Science, para peneliti di Universitas Tulane menerapkan versi modifikasi permainan Mancala yang mereka sebut “ManQala” ke dalam bidang rekayasa keadaan kuantum, yang merupakan cabang fisika kuantum yang berkaitan dengan cara mengatur sistem kuantum ke dalam keadaan tertentu.
Menurut Ryan Glasser, seorang profesor fisika di Sekolah Ilmu dan Teknik Universitas Tulane, masalah utama yang ingin dipecahkan oleh rekayasa keadaan kuantum adalah "bagaimana cara membuat sistem kuantum saya berada dalam keadaan yang saya inginkan?"
Pada dasarnya, para peneliti perlu mengetahui bagaimana cara menempatkan partikel-partikel ke dalam posisi tertentu atau memberikan energi tertentu untuk mempelajarinya dan menggunakannya dalam komputer kuantum.
Tantangan ini jauh lebih rumit ketika melibatkan partikel kuantum dibandingkan dengan batu-batu di papan Mancala. Glasser menyatakan bahwa "Hal-hal yang bersifat kuantum, secara umum, sangat rapuh dan sulit dikendalikan."
"Sistem kuantum bisa dengan cepat menjadi tidak stabil dan membuat Anda kehilangan keuntungan kuantum yang Anda miliki atau yang Anda inginkan."
Para fisikawan kuantum sudah memiliki beberapa metode untuk mengatasi masalah ini, tetapi hasil simulasi dalam penelitian ini menunjukkan ManQala lebih efektif, bahkan dalam sistem yang lebih sederhana.
- Makhluk Aneh Bermata Delapan dengan Alat Kelamin Unik Ditemukan di Gua, Ilmuwan Ungkap Sosoknya
- Makhluk-Makhluk Ini Tak Punya Otak, Tapi Miliki Kemampuan untuk Belajar
- Menilik Makna Seni Topeng Jigprak Khas Bogor, Terinspirasi dari Permainan Anak Zaman Dulu
- Orang Yunani Kuno Ramal Masa Depan Lewat Permainan Berusia 2300 Tahun, Lempar Dadu dari Tulang Hewan
"Kami melihat adanya keunggulan, bahkan dalam sistem yang disederhanakan ini dengan hanya tiga batu dan tiga lubang," ungkap Glasser.
Penelitian ini merupakan salah satu dari banyak penelitian dalam bidang permainan kuantum yang bertujuan "mengambil permainan biasa seperti sudoku, dam, atau tic tac toe, lalu menerapkan aturan fisika kuantum ke dalamnya untuk melihat apa yang mungkin terjadi," jelas Glasser.
Ketika berhadapan dengan partikel kuantum daripada batu fisik, terdapat peluang bagi partikel-partikel tersebut untuk saling berinteraksi ketika berada di "lubang" yang berdekatan.
Meskipun penelitian ini berfokus pada simulasi, Glasser optimis tentang potensi penggunaan ManQala di masa depan.
"Saat ini, ini masih dalam ranah teori, tetapi saya yakin ini bisa diuji secara eksperimental," kata Glasser. Ia berharap bisa mengaplikasikan ManQala pada komputer cloud milik IBM Quantum, yang telah digunakan dalam penelitian sebelumnya.