Makhluk-Makhluk Ini Tak Punya Otak, Tapi Miliki Kemampuan untuk Belajar
Ada beberapa organisme yang tidak memiliki otak, tapi mereka bisa menyerap pelajaran.
Makhluk-Makhluk Ini Tak Punya Otak, Tapi Miliki Kemampuan untuk Belajar
Penelitian terbaru tentang organisme yang tidak memiliki otak membawa temuan menarik yang memaksa kita untuk merenungkan kembali konsep belajar.
Beberapa organisme, seperti ubur-ubur, karang, dan anemon laut, tidak memiliki otak terpusat. Namun, penelitian terbaru menunjukkan beberapa di antara makhluk ini bisa belajar dalam cara yang mengejutkan.
Sumber: Australian Geographic
Sebagai contoh, anemon beadlet atau Actinia equina, yang biasanya melawan segala bentuk perampasan wilayahnya oleh anemon lain, ternyata mampu mengenali klon-klon genetiknya sendiri. Ketika ada penyelundup yang punya salinan genetik yang sama persis dengan dirinya sendiri, anemon tersebut belajar untuk mengenal mereka melalui interaksi yang berulang, dan mengontrol perlawanannya terhadap mereka.
-
Siapa yang memiliki kecerdasan naturalis? Anak dengan kecerdasan naturalis akan sangat peduli terhadap alam dan lingkungan sekitarnya.
-
Siapa hewan terpintar di dunia? Menempati posisi pertama sekaligus mendapat titel sebagai hewan terpintar, orangutan memang memiliki kecerdasan yang luar biasa. Hewan ini mampu menggunakan alat. belajar bahasa isyarat, hingga memiliki struktur sosial layaknya manusia yang hidup bermasyarakat.
-
Bagaimana para ilmuwan mempelajari laba-laba ini? 'Mikroskop elektron pemindai memungkinkan kami mempelajari detail-detail kecil dari cakar dan setae pada pedipalp, kaki, dan tubuh utama laba-laba,' kata ahli virologi Michael Frese dari University of Canberra.
-
Bagaimana orang utan menunjukkan kecerdasannya? Seperti halnya dengan simpanse, orang utan memiliki kemampuan menggunakan alat, memahami bahasa isyarat, dan terlibat dalam struktur sosial yang kompleks. Namun, yang membuat mereka unik adalah kemampuan kognitif untuk memahami 'mengapa', atau alasan di balik tindakan tertentu.
-
Apa yang bisa dilakukan tikus dengan otaknya? Menurut penelitian yang dilakukan ilmuwan dari Janelia Research Campus, Howard Hughes Medical Institute, Amerika Serikat (AS), mengungkapkan bahwa tikus kecil memiliki kapasitas untuk membayangkan atau menghayal perjalanan dan lokasi yang ada di dalam pikiran mereka.
-
Dari mana asal otak-otak? Otak-otak, hidangan terkenal dari Kabupaten Bintan, bukan hanya sebuah warisan tradisional, melainkan juga simbol kekayaan kuliner daerah tersebut yang lezat.
Begitu pula dengan ubur-ubur kotak, meskipun hanya memiliki beberapa ribu sel saraf yang terkumpul di sekitar empat matanya, mereka dapat mengaitkan perubahan intensitas cahaya dengan umpan balik taktil (sentuhan) dan menyesuaikan perilaku berenang mereka.
Sumber: Australian Geographic
Ubur-ubur kotak adalah pembelajar yang rajin, dengan cara yang bahkan lebih canggih, menurut penelitian terbaru.
Foto: Shutterstock
Bahkan yang lebih mengejutkan lagi, ada organisme yang sama sekali tidak memiliki struktur otak, seperti slime mold atau jamur lendir, yang mampu mengingat rute ke sumber makanan, menggunakan pengalaman masa lalu untuk memandu pencarian masa depan, dan bahkan belajar mengabaikan kafein pahit demi mencari hadiah yang bernutrisi. Jamur lendir adalah organisme bersel tunggal yang termasuk dalam kelompok protista.
Tanaman juga dapat belajar dalam arti tertentu, seperti Venus flytrap atau penangkap lalat Venus yang menggunakan sensor pintarnya untuk mengingat dan menghitung sentuhan mangsanya. Kemampuannya ini memungkinkan mereka untuk menutup perangkap mereka dan memulai pencernaan hanya ketika mereka yakin bahwa itu adalah makanan yang bergizi.
Selain itu, Mimosa pudica atau biasa kita kenal dengan putri malu bisa merespons fisik dengan melipat dan merunduk daunnya untuk melindungi diri dari gangguan fisik.
Ini adalah aktivitas yang mahal secara energi, itulah sebabnya mengapa mereka dapat beradaptasi dan belajar untuk mengabaikan peringatan palsu berulang.
Hasil ini telah memicu seruan untuk mempertimbangkan tanaman sebagai agen kognitif dan cerdas, dengan perdebatan yang berlanjut mencakup ilmu pengetahuan dan filsafat.
Penemuan ini mengguncang pandangan kita tentang hubungan antara otak dan kemampuan belajar. Belajar bukanlah hak tunggal bagi mereka yang memiliki otak. Terlebih lagi, ini memunculkan pertanyaan etis tentang bagaimana kita memperlakukan makhluk yang dapat merasakan dan belajar, bahkan jika cara mereka berbeda dengan kita.
Temuan ini juga mengajak kita untuk merenungkan tempat kita dalam pohon kehidupan dan menghargai keragaman bentuk kehidupan di Bumi. Mereka memberikan bukti kuat tentang kekuatan evolusi adaptif dan mengajak kita untuk mempertimbangkan kembali peran kita dalam melindungi dan menjaga kehidupan yang berbeda dari kita.
Sumber: Australian Geographic