Profesor Malaysia: Setiap Tahun Kabut Asap Datang Menyerang
Dikutip dari laman The Star, juru bicara yang tidak disebut namanya itu juga mengatakan bahwa Malaysia telah melakukan yang terbaik untuk memerangi aksi pembakaran lahan. Dia menambahkan, upaya tersebut juga melibatkan banyak pihak.
Setiap tahunnya, masalah kabut asap selalu melanda Sumatra, Kalimantan, hingga menyeberang ke Malaysia. Tak ayal, perdebatan soal isu lingkungan ini kerap mengisi hubungan antara Indonesia dengan Malaysia.
"(Masalah) akan dilupakan begitu hujan datang dan kabut menghilang," keluh Prof Dr Maketab Mohamed dari Universiti Teknologi Malaysia, seperti yang dikutip oleh The Star, Jumat (13/9).
-
Kapan Sawah Segar Sentul buka? Sawah Segar Sentul buka setiap Selasa–Minggu pukul 09.00-18.00 WIB saat weekdays. Saat weekend, buka pukul 08.00-18.00 WIB.
-
Kapan Bakso Aci Garut mulai ada? Mengutip laman baksoacinampol.epizy.com, bakso aci sendiri merupakan makanan khas orang Sunda yang sudah ada sejak abad ke-19. Mulanya makanan ini dibuat oleh masyarakat di tatar priangan seperti Garut, Tasikmalaya, sampai Bandung di tengah kondisi sulit era penjajahan Belanda.
-
Kapan Pallu Butung sering diburu? Makanan tersebut banyak dicari ketika Bulan Ramadan karena cocok sebagai menu berbuka puasa.
-
Kapan kuah bakso sering disantap? Cita rasa gurih dan segar dari kuahnya ini membuat bakso sangat cocok disantap dalam cuaca apapun.
-
Kapan bintang-bintang mati? Setiap Tahun, Ada Segini Bintang yang Mati di Galaksi Bima Sakti Bintang pun bisa hancur setiap tahunnya dan melakukan "regenerasi". Komposisi bintang di langit terus berganti seiring dengan perkembangan waktu.
-
Siapa Mbah Joget? Dilansir dari kanal YouTube Tri Anaera Vloger, Mbah Joget sendiri merupakan seorang penari atau ronggeng pada masa kolonial Belanda.
Maketab menekankan, pemerintah Indonesia dan Malaysia perlu mencari solusi jangka panjang untuk mengatasi masalah tahunan ini.
"Kami juga menandatangani perjanjian ASEAN tentang polusi asap lintas batas bertahun-tahun lalu. Ada apa dengan (perjanjian) itu?" katanya.
Beberapa waktu lalu, Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Indonesia Siti Nurbaya Bakar membantah tuduhan bahwa kabut asap yang melanda Malaysia berasal dari Indonesia. Merasa tidak terima, Menteri Energi, Ilmu Pengetahuan, Teknologi, Lingkungan, dan Perubahan Iklim Yeo Bee Yin menjawab bantahan tersebut dengan data-data pendukung.
"Biarkan data yang berbicara," tegasnya.
Presiden Green Earth Society P. Sivakumar mengatakan, pemerintah Indonesia dan Malaysia harus mengakhiri sikap saling menyalahkan. Menurutnya, kedua negara harus fokus pada akar permasalahan lingkungan ini, yaitu pembakaran hutan gambut selama musim kemarau.
"Kabut asap sangat memengaruhi kesehatan, sekolah, pariwisata, dan ekonomi negara kita," ujar Sivakumar.
Ia juga mendesak pemerintah Malaysia dan Indonesia untuk menetapkan hukuman lebih tegas kepada para perusak lingkungan.
Mendukung pendapat Sivakumar, Presiden Asosiasi Lingkungan Malaysia, Prof Dr Ahmad Ismail mengungkapkan, kabut asap yang melanda Malaysia tahun ini bukan masalah baru. Bahkan, menurutnya masalah mengenai kabut asap sudah dibahas secara mendalam oleh semua tingkatan.
"Pertanyaannya sekarang adalah seberapa jauh keputusan yang diambil untuk menyelesaikan masalah," ujarnya.
Ismail menegaskan, perlu ada solusi dari kedua belah pihak. Baik itu solusi jangka panjang, maupun jangka pendek agar masalah lingkungan ini segera terselesaikan.
Dia menyarankan agar departemen pemerintah terkait mengadakan pertemuan untuk mempertimbangkan situasi lingkungan saat ini. Dengan demikian, pemerintah dapat segera memberi tanggapan.
Sementara itu, Juru Bicara Departemen Lingkungan menyatakan,"Prioritas utama kami adalah menghentikan sepenuhnya pembakaran terbuka."
Dikutip dari laman The Star, juru bicara yang tidak disebut namanya itu juga mengatakan bahwa Malaysia telah melakukan yang terbaik untuk memerangi aksi pembakaran lahan. Dia menambahkan, upaya tersebut juga melibatkan banyak pihak.
Bukan hanya Malaysia yang disulitkan dengan bencana kabut asap, tapi juga di Tanah Air. Seperti yang terjadi di Palembang misalnya. Kabut pekat membatasi jarak pandang hanya mencapai 300 meter. Akibatnya pendeknya jarak pandang, setidaknya lima penerbangan di Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang tertunda.
Reporter Magang: Anindya Wahyu Paramita
Baca juga:
Dampak Kabut Asap di Malaysia Meluas, Selangor Paling Parah
Malaysia 'Dikirimi' Kabut Asap dari Indonesia, Mahathir Akan Surati Jokowi
Kembalikan Asap ke Indonesia, Pemuda Malaysia Usul Gerakan Kipas Angin
Menteri Malaysia Soal Kabut Asap Indonesia: Biarkan Data Bicara
Asap Mengepul di Indonesia, Malaysia Meradang Sampai Minta Ganti Rugi
Indonesia-Malaysia Kembali Berseteru karena Jerebu