Putusnya Hubungan Anak dan Orangtua karena Ketakutan pada Junta Militer Myanmar
Setiap hari dalam tiga bulan terakhir, rata-rata enam atau tujuh keluarga di Myanmar memuat pemberitahuan di koran pemerintah menyatakan memutuskan hubungan dengan anak, keponakan, dan cucu mereka yang secara terbuka menentang junta militer yang berkuasa.
Setiap hari dalam tiga bulan terakhir, rata-rata enam atau tujuh keluarga di Myanmar memuat pemberitahuan di koran pemerintah menyatakan memutuskan hubungan dengan anak, keponakan, dan cucu mereka yang secara terbuka menentang junta militer yang berkuasa.
Pemberitahuan semacam itu mulai muncul pada November setelah militer yang melakukan kudeta tahun lalu mengumumkan akan mengambil alih properti penentangnya dan menangkap orang-orang yang memberi perlindungan bagi para pengunjuk rasa. Serangkaian penggerebekan rumah-rumah kemudian menyusul.
-
Bagaimana MKMK dibentuk? Ketiga orang ini dipilih secara aklamasi oleh seluruh hakim konstitusi.
-
Kapan Soeharto dipanggil 'monyet'? Saat Perang kemerdekaan, Kolonel Gatot Soebroto memerintahkan Mayor Soeharto untuk bertahan di puncak sebuah bukit yang strategis.
-
Apa yang ditemukan di makam komandan militer Mesir Kuno? Tim arkeolog merasa kecewa ketika mengetahui bahwa penemuan besar ini ternyata sudah dirampok oleh para pencuri makam, dan peti mati tersebut dihancurkan sehingga mumi Wah-Ib-Ra Meri Nate diambil.
-
Kapan HUT Kodam Jaya diperingati? Setiap tanggal 24 Desember diperingati HUT Kodam Jaya.
-
Kenapa Syawalan Morodemak digelar? Dilansir dari Demakkab.go.id, tradisi itu digelar sebagai ungkapan rasa syukur terutama warga nelayan yang kesehariannya mencari nafkah di tengah laut.
-
Kapan komandan militer Mesir Kuno itu meninggal? Kementerian Kepurbakalaan Mesir mengumumkan, tim arkeolog asal Ceko yang sedang melakukan penggalian di sekitar Dataran Giza menemukan makam seorang komandan militer Mesir yang hidup 2.500 tahun yang lalu.
Lin Lin Bo, bekas sales mobil yang bergabung dengan kelompok bersenjata untuk melawan militer, adalah salah satu anak yang dibuang orang tuanya dari sekitar 570 pemberitahuan yang dikaji Reuters.
"Kami mengumumkan kami membuang Lin Lin Bo karena dia tidak pernah mendengarkan keinginan orang tuanya," jelas pemberitahuan yang dimuat orang tuanya, San Win dan Tin Tin Soe di koran The Mirror pada November, seperti dikutip dari laman Al Arabiya, Senin (7/2).
Kepada Reuters dari kota di perbatasan Thailand di mana dia tinggal setelah melarikan diri dari Myanmar, pria 26 tahun itu mengatakan ibunya mengatakan dia dibuang setelah tentara mendatangi rumah keluarganya untuk mencarinya. Beberapa hari kemudian, Lin Lin menangis membaca pemberitahuan tersebut di koran.
"Kawanku berusaha meyakinkanku bahwa itu tidak bisa dihindari bagi para keluarga yang berada di bawah tekanan," ujarnya kepada Reuters.
"Tapi hati saya hancur," lanjutnya.
Dihubungi Reuters, orang tua Lin Lin menolak berkomentar.
Menargetkan keluarga aktivis oposisi merupakan taktik yang digunakan militer Myanmar dalam kekacauan pada 2007 dan akhir 1980-an tapi digunakan lagi sejak kudeta 1 Februari dalam skala yang lebih luas, menurut staf advokasi senior kelompok HAM Burma Campaign UK, Wai Hnin Pwint Thon.
Membuang anggota keluarga secara publik, yang memiliki sejarah panjang dalam budaya Myanmar, adalah salah satu cara menanggapi. Wai Hnin mengatakan, dia melihat jauh lebih banyak pemberitahuan semacam itu di media saat ini daripada di masa lalu.
"Anggota keluarga takut dilibatkan dalam tindak pidana," jelasnya.
"Mereka tidak ingin ditangkap, dan mereka tidak ingin bermasalah."
Juru bicara militer tidak menanggapi permintaan komentar dari Reuters terkait isu ini. Pada November lalu, juru bicara militer Zaw Min Tun mengatakan warga yang membuat pengumuman tersebut di kotan masih bisa didakwa jika terbukti mendukung oposisi.
Sampai revolusi berakhir
Seorang jurnalis, So Pyay Aung menyampaikan kepada Reuters, dia merekam polisi huru hara menggunakan tongkat dan perisai untuk membubarkan pengunjuk rasa dan melakukan siaran langsung duntuk situs berita Democratic Voice of Burma tahun lalu. Setelah pihak berwenang memburunya, dia mengatakan dia bersembunyi di berbagai lokasi berbeda di Myanmar sebelum melarikan diri ke Thailand bersama istri dan putrinya yang masih bayi. Dia dibuang ayahnya pada November.
"Saya mengumumkan saya membuang putra saya karena dia melakukan kegiatan yang tidak bisa dimaafkan menentang keinginan orang tuanya. Saya tidak punya tanggung jawab apapun yang berkaitan dengannya," jelas sebuah pemberitahuan yang dimuat ayahnya, Tin Aung Ko, di koran pemerintah Alinn.
"Ketika saya lihat koran yang menyebut pemutusan ikatan dengan saya, saya merasa agak sedih," kata So Pyay Aung kepada Reuters.
"Tapi saya paham orang tua saya takut tekanan. Mereka mungkin khawatir rumah mereka disita atau ditangkap."
Ayahnya, Tin Aung Ko, menolak berkomentar.
Dua orang tua lainnya yang membuang anak mereka, meminta tak disebutkan namanya, mengatakan kepada Reuters, pemberitahuan yang mereka pasang di koran tujuan utamanya adalah mengirim pesan kepada pihak berwenang bahwa mereka tidak harus bertanggung jawab atas tindakan anak-anak mereka.
"Putriku melakukan apa yang dia yakini, tapi saya yakin dia akan khawatir kalau kami terkena masalah," kata salah satu ibu.
"Saya tahu dia bisa memahami apa yang saya lakukan padanya."
Lin Lin Bo berharap suatu hari dia bisa pulang ke rumah dan menghidupi keluarganya.
"Saya ingin revolusi ini segera berakhir sesegera mungkin," ujarnya kepada Reuters.
Penyatuan kembali mungkin memungkinkan bagi beberapa keluarga yang terpisah dengan cara ini, menurut aktivis HAM Wai Hnin Pwint Thon.
"Kecuali mereka melakukannya dengan benar dengan pengacara dan surat wasiat, maka hal-hal ini tidak dapat dianggap sah secara hukum," jelasnya terkait pemberitahuan tersebut.
“Setelah beberapa tahun, mereka bisa kembali menjadi keluarga.”
So Pyay Aung mengatakan takut perpisahan dengan orang tuanya itu permanen.
"Saya bahkan tidak punya rumah untuk pulang setelah revolusi," ujarnya kepada Reuters.
"Saya sangat khawatir sepanjang waktu karena orang tua saya berada di bawah rezim militer."
(mdk/pan)