Tak Ada Perayaan dan Keceriaan Hari Anak di Gaza, Mereka Hanya Berusaha Untuk Bertahan Hidup
Anak-anak yang hidup di daerah konflik tidak dapat merasakan kebahagiaan perayaan Hari Anak Sedunia 2024.
Ketika anak-anak di seluruh dunia merayakan Hari Anak Sedunia tahun ini, yang jatuh pada 20 November, anak-anak di Jalur Gaza, Palestina justru menjadi sasaran kekejaman pasukan Israel. Ribuan anak-anak Palestina di Gaza telah terbunuh sejak Israel melancarkan perang genosidanya.
UNICEF menyoroti penderitaan anak-anak Gaza dan dari negara yang dilanda konflik lainnya dalam refleksi Hari Anak Sedunia 2024. Menurut lembaga PBB tersebut, tidak semua anak di dunia dapat merasakan kebahagiaan dari perayaan ini.
- Serangan Udara Israel Tewaskan 17 Warga Palestina di Gaza, Termasuk 4 Anak-Anak dan Satu Bayi Kepalanya Terpenggal
- FOTO: Sedih Melihat Hidup Anak-Anak Gaza, Kondisinya Kian Memprihatinkan Jadi Pemulung di Tempat Sampah
- Tak Ada Air Mata, Ibu di Gaza 'Alhamdulillah' Anaknya Meninggal Posisi Sujud, Kini Semua Buah Hatinya Wafat
- Berpisah Selama 90 Hari, Ayah di Gaza Menangis Tersedu Akhirnya Bisa Bertemu Anak dalam Keadaan Selamat
"Hari Anak Sedunia seharusnya menjadi hari perayaan dan hari refleksi. Bagi anak-anak di Gaza dan Lebanon, hari mereka adalah tentang bertahan hidup, bukan perayaan," ungkap Juru Bicara UNICEF, James Elder, sebagaimana dilansir Anadolu Agency, Rabu (20/11).
Elder juga menyoroti sekitar 5 juta anak yang terdampak di Sudan, termasuk 1 juta anak di bawah usia lima tahun yang terpaksa mengungsi akibat konflik yang disertai dengan kekerasan.
"Di Ukraina, kami telah menyaksikan peningkatan serangan secara signifikan," tambahnya.
"Ini akan menjadi hari yang sangat, sangat berat."
Elder juga menekankan pentingnya peran pemimpin dunia dalam menangani isu-isu global, mulai dari perang hingga krisis kesehatan mental dan perubahan iklim. Hari Anak Sedunia, yang ditetapkan oleh PBB pada tahun 1954, diperingati setiap tahun pada tanggal 20 November untuk meningkatkan kesadaran tentang hak-hak anak, mempromosikan solidaritas internasional, serta mendorong tindakan untuk meningkatkan kesejahteraan anak-anak.
Tanggal ini juga memperingati ulang tahun pengesahan Deklarasi Hak-Hak Anak pada tahun 1959 dan Konvensi Hak-Hak Anak pada tahun 1989. Namun, peringatan tahun ini diliputi oleh suasana duka, menyoroti penderitaan anak-anak yang terjebak dalam konflik dan krisis global.
Desak Pemimpin Global
Elder mendesak para pemimpin dunia untuk menegakkan komitmen yang telah mereka buat berdasarkan hukum dan perjanjian humaniter internasional demi melindungi anak-anak serta memprioritaskan kesejahteraan mereka.
"Luangkan waktu 10 menit pada Hari Anak Sedunia untuk merenungkan apakah putri mereka yang berusia 7 tahun atau putra mereka yang berusia 15 tahun yang mengalami kengerian ini, dan bagaimana mereka kemudian akan menanggapi serta mungkin menggunakan posisi pengaruh mereka untuk menanggapi dengan tepat," tegasnya.
Sementara itu, krisis yang terjadi di Jalur Gaza, Lebanon, dan Sudan menjadi fokus perhatian media, UNICEF menekankan pentingnya untuk tidak melupakan semua perjuangan yang dihadapi anak-anak di seluruh dunia.
"Ada anak-anak yang hidup dalam kemiskinan di Afrika Selatan, anak yatim piatu di Malawi, anak-anak yang harus bekerja di Bangladesh, dan krisis kesehatan mental di Sydney. Seorang anak adalah seorang anak, di mana pun mereka berada," kata Elder.
Elder menambahkan, individu yang memiliki pengaruh dalam komunitas dan keluarga pemerintah daerah perlu mengambil langkah pada Hari Anak Sedunia dan melihat tindakan apa lagi yang dapat mereka lakukan untuk meningkatkan kualitas hidup anak-anak di sekitar mereka.