Tak Bisa Identifikasi Senjata Musuh, Tentara Israel Tembak Jatuh 40 Persen Drone Milik Sendiri Saat Perang di Gaza
Kegagalan Israel ini diungkap seorang pejabat militer AS.
Kegagalan Israel ini diungkap seorang pejabat militer AS.
- Bos Mossad Israel Ancam Keluarga Jaksa Mahkamah Internasional Soal Kejahatan Perang di Gaza
- Beda dengan Negara Lain, Televisi Israel Jarang Tayangkan Penderitaan Warga Palestina di Gaza, Alasannya Takut Tak Ada yang Nonton
- Pasukan Israel Putar Rekaman Tangisan Anak-Anak untuk Pancing Warga Gaza ke Jalan Lalu Menembak Mereka Pakai Drone
- Israel Serang Warga Palestina di Gaza 16 Kali Sehari Sejak 7 Oktober, Jatuhkan 70.000 Ton Bom dalam Enam Bulan
Tak Bisa Identifikasi Senjata Musuh, Tentara Israel Tembak Jatuh 40 Persen Drone Milik Sendiri Saat Perang di Gaza
Tentara Israel menembak jatuh 40 persen dari jumlah drone miliknya selama perang di Jalur Gaza, Palestina. Hal ini diungkap seorang pejabat militer Amerika Serikat pada 2 April lalu.
Negara zionis tersebut, kini menghadapi ancaman yang semakin meningkat dari penggunaan drone dalam konteks Poros Perlawanan.
Sumber: The Cradle
Menurut Letkol Marinir Michael Pruden, sejumlah besar drone Israel berhasil dihancurkan oleh tentaranya sendiri dalam apa yang disebut sebagai "friendly fire." Pruden mengungkapkan hal ini dalam acara pameran tahunan Modern Day Marine di Washington DC.
“Saat Israel terlibat di Gaza dan berada di garis depan, mereka melihat uncrewed aerial systems (UAS) kecil, apa yang akan mereka lakukan jika tidak segera diidentifikasi? Mereka akan menembak jatuh,” tambah Pruden.
Menurutnya, tindakan menembak jatuh drone musuh menjadi respons default, karena waktu yang sangat terbatas antara deteksi drone dan kemampuan drone tersebut untuk melancarkan serangan, seringkali hanya dalam hitungan detik.
Menurut keterangan Pruden, jumlah drone yang berhasil dihancurkan tersebut berasal dari operasi militer Israel baru-baru ini di Jalur Gaza. Ia menyoroti bahwa pentingnya membedakan dengan cepat antara drone musuh dan sahabat merupakan tantangan besar bagi tentara Israel, yang juga semakin dihadapi oleh militer AS.
Selain itu, tantangan lainnya adalah koordinasi yang tidak teratur antara uncrewed aerial systems (UAS) dan amunisi yang digunakan oleh AS dan Israel, seringkali diluncurkan oleh unit-unit kecil, yang meningkatkan risiko terjadinya "friendly fire".
Dalam beberapa bulan terakhir, tentara Israel menghadapi ancaman yang semakin meningkat dari pesawat tak berawak, terutama akibat perang yang terus berlangsung di Gaza. Hal ini menyebabkan munculnya beberapa pertempuran lain melawan Israel.
Pada 6 Mei, dua tentara Israel tewas dalam serangan pesawat tak berawak yang dilakukan oleh Hizbullah, ketika kelompok perlawanan Lebanon tersebut mulai menggunakan Unmanned Aerial Vehicle (UAV) untuk menyerang situs-situs Israel. Di samping itu, kelompok perlawanan Irak juga telah menggunakan drone untuk menargetkan lokasi di Israel.
Pada bulan sebelumnya, Iran meluncurkan ratusan rudal drone ke arah Israel sebagai tanggapan atas serangan Israel terhadap konsulat Iran di Damaskus pada awal April.