10.000 Warga Palestina Masih Terkubur di Bawah Reruntuhan Gaza, Butuh Waktu 3 Tahun untuk Dikumpulkan
000 Warga Palestina Masih Terkubur di Bawah Reruntuhan Gaza, Butuh Waktu 3 Tahun untuk Dikumpulkan
-
Siapa yang mengubur banyak korban di Gaza? Saadi Baraka terus menggali tanah di bawah kakinya dengan sekop. Dia sedang menyiapkan kuburan massal di Gaza, Palestina.
-
Bagaimana tukang gali kubur di Gaza menguburkan banyak jenazah? 'Kemarin, saya menguburkan hampir 600 syuhada, lebih banyak dari yang saya kuburkan dalam lima tahun terakhir. Saya belum pernah melihat kekejaman seperti ini. Mayoritas dari mereka yang saya kubur adalah perempuan dan anak-anak,' sambungnya.
-
Kenapa tukang gali kubur di Gaza harus membuat kuburan massal? 'Kami terpaksa melakukan ini (kuburan massal). Tidak ada tempat untuk menampung jumlah mayat setiap harinya, dan tidak ada blok (lempengan semen yang diletakkan di atas kuburan jenazah). Semuanya sudah habis di Gaza.'
-
Di mana pengungsi Gaza tinggal? Enam belas anggota keluarga Masri berbagi tenda di sebuah kamp dekat Universitas al-Aqsa dengan sekumpulan lalat dan terkadang ular.
-
Dimana tukang gali kubur di Gaza bekerja? Saadi Baraka terus menggali tanah di bawah kakinya dengan sekop. Dia sedang menyiapkan kuburan massal di Gaza, Palestina.
-
Dimana mayat warga Palestina ditemukan? Para tentara ini bersaksi bahwa di seluruh Gaza bertebaran mayat-mayat warga Palestina yang berpakaian sipil di jalan-jalan dan lapangan terbuka. 'Seluruh wilayah itu penuh mayat,' kata S, seorang tentara cadangan.
10.000 Warga Palestina Masih Terkubur di Bawah Reruntuhan Gaza, Butuh Waktu 3 Tahun untuk Dikumpulkan
Tim Pertahanan Sipil Palestina menyatakan membutuhkan waktu tiga tahun untuk mengambil semua jenazah warga Gaza di bawah reruntuhan bangunan jika tidak ada alat berat yang tersedia.
Sekitar 10.000 warga Palestina diperkirakan terkubur di bawah reruntuhan bangunan akibat serangan Israel di Jalur Gaza, demikian disampaikan oleh pertahanan sipil Palestina.
Dilansir Middle East Eye, Selasa (30/4), dalam situasi di mana peralatan penggalian telah hancur oleh Israel dan belum diganti dengan diizinkannya masuknya alat itu ke wilayah yang terkena dampak perang, diperlukan waktu dua hingga tiga tahun untuk menemukan seluruh jenazah, tambahnya.
Dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan Selasa lalu, Pertahanan Sipil Palestina juga memperingatkan tentang penyebaran penyakit akibat jenazah yang membusuk. Kodisi panas musim panas diyakini akan meningkatkan risiko epidemi karena mempercepat proses pembusukan mayat.
"Direktorat Jenderal Pertahanan Sipil memperbarui seruannya kepada semua pihak terkait, yang dipimpin oleh PBB dan Badan Kesehatan Dunia, untuk segera melakukan intervensi," demikian bunyi pernyataan tersebut.
Pertahanan sipil menekankan tekanan diperlukan untuk memungkinkan masuknya peralatan berat yang diperlukan agar kru mereka dapat menyelamatkan nyawa yang terluka akibat serangan Israel yang masih berlangsung.
Setelah sebagian besar pasukan Israel mundur dari Gaza pada 7 April, tim penyelamat berhasil mencapai daerah-daerah yang sebelumnya dianggap tidak dapat diakses.
Mereka menemukan lebih dari 700 mayat dalam kuburan massal di rumah sakit Al-Shifa dan Rumah Sakit Nasser, dua fasilitas kesehatan terbesar di wilayah Jalur Gaza.
Selain itu, mereka juga memulai upaya untuk membersihkan puing-puing di beberapa daerah di utara Jalur Gaza. Meskipun mereka menggunakan peralatan sederhana, upaya mereka masih terbatas karena kekurangan alat penggali yang berat.
"Pertahanan sipil di wilayah utara Gaza memulai upaya ini dengan dukungan dari warga dan relawan yang menggunakan perkakas tangan sederhana yang tersedia," ujar mereka.
Namun demikian, kurangnya alat berat seperti buldoser dan ekskavator membuat upaya ini tidak memadai untuk memulihkan ribuan jenazah para syuhada.
Jumlah korban jiwa kemungkinan akan terus meningkat. Pejabat Palestina sebelumnya memperkirakan ada sekitar 7.000 jenazah terkubur di bawah reruntuhan yang belum ditemukan dan oleh karena itu tidak tercatat dalam jumlah korban tewas yang dilaporkan oleh Kementerian Kesehatan, yang saat ini telah mencapai lebih dari 34.500 orang.
Perkiraan baru dari tim pertahanan sipil menunjukkan jumlah korban tewas bisa mencapai setidaknya 44.500 orang setelah semua jenazah ditemukan. Mayoritas korban tewas dan terkubur di bawah puing-puing adalah anak-anak dan perempuan.
Tim penyelamat menyatakan mereka kesulitan dalam menemukan mayat-mayat tersebut terutama karena serangan Israel yang menyasar anggota awak dan alat berat mereka.
Selain itu, kerusakan infrastruktur dan jalan yang luas juga mempersulit upaya penyelamatan.
PBB memperkirakan bahwa ada 37 juta ton puing di Gaza yang tersisa akibat serangan Israel yang intensif terhadap bangunan tempat tinggal selama tujuh bulan.
Menurut Pehr Lodhammar, seorang perwira senior dari Dinas Pekerjaan Ranjau PBB, diperlukan waktu 14 tahun untuk membersihkan puing-puing dengan aman.
"Yang bisa saya katakan adalah setidaknya 10 persen amunisi yang ditembakkan berpotensi gagal berfungsi. Dengan 100 truk, kita berbicara tentang 14 tahun bekerja dengan 100 truk, jadi itu berarti 14 tahun dengan sekitar 750.000 hari kerja untuk menghilangkan puing-puingnya," ujar Lodhammar awal pekan ini.