Tak Seperti Sekarang, Nenek Moyang Buaya Dulu Berdiri di Atas Dua Kaki, Ini Wujudnya
Temuan fosil berusia 231 juta tahun menyatakan hewan carnivora itu tingginya mencapai 3 meter ketika hidup.
Sebelum dinosaurus tiba di Amerika Utara, salah satu nenek moyang terbesar dari buaya menjadi predator paling berkuasa di dunia. Temuan fosil berusia 231 juta tahun menyatakan hewan carnivora itu tingginya mencapai 3 meter ketika hidup.
Hewan itu diketahui hidup di darat, berjalan tegak dengan dua kaki dan memiliki gigi mirip pisau. Dalam penelitian yang dipublikasikan di Scientific Reports, peneliti menamakan hewan itu Carnufex xalinensis, atau Penjagal Carolina.
-
Mengapa penggalian arkeologi ini dianggap penting? "Situs ini memiliki (peninggalan) arkeologi yang luar biasa dan memudahkan kita mendapatkan pemahaman seperti apa kehidupan orang-orang yang menempati negeri ini pada abad ketujuh."
-
Siapa yang memimpin misi arkeologi ini? Misi arkeologi ini dipimpin Ramadan Helmy sebagai Kepala Misi dan Direktur Kepurbakalaan Sinai Utara.
-
Mengapa para arkeolog mempelajari makam ini? Wali kota Corinaldo Gianni Aloisi mengatakan temuan tambahan di pekuburan Nevola semakin menunjukkan pentingnya area tersebut dan mungkin "memungkinkan kita untuk mengenal, dan mungkin menulis ulang, sejarah koleksi kita."
-
Apa yang ditemukan para arkeolog di Inggris? Temuan ini disebut satu-satunya di dunia, telur yang masih utuh dengan cairan putih dan kuningnya. Ini satu-satunya telur di dunia yang ditemukan dalam kondisi utuh kendati telah berumur 1.700 tahun.
-
Mengapa penemuan ini penting bagi para arkeolog? Kementerian Pariwisata dan Kepurbakalaan Mesir yang mengumumkan temuan ini pada 23 Juli lalu menyampaikan, artefak ini bisa memberikan pemahaman lebih luas terkait "rahasia peradaban Mesir kuno", termasuk praktik penguburan pada masa itu dan juga peran kota pesisir tersebut dalam perdagangan dengan negara lain di zaman kuno.
Kerangka kepala hewan itu, rahang, sejumlah gigi, tulang rusuk, tulang belakang dan kaki depannya ditemukan di lapisan sedimen Triasik Akhir di lokasi yang sekarang adalah Chatham Xounty, Carolina Utara, Amerika Serikat. Karena tulang-tulangnya berada dalam keadaan terpisah, Lindsay Zanno dari Universitas North Carolina dan rekannya harus memindai masing-masing tulang dengan pemindai beresolusi tinggi untuk membuat rekonstruksi 3D.
Berburu bersama dinosaurus
Di zaman Triassik Akhir, North Carolina adalah wilayah yang hangat, basah dekat khatulistiwa dan sudah mulai akan berpisah dari superbenua Pangea.
"Fosil dari masa ini sangat penting bagi ilmuwan karena mereka mencatat bagaimana penampakan awal dari crocodylomorphs dan dinosaurus theropod, dua kelompok hewan yang pertama berevolusi di masa Triassik dan mampu bertahan hidup hingga hari ini dalam bentuk buaya dan burung," ujar Zanno dalam pernyataannya, seperti dilansir laman IFL Science.
©Jorge Gonzales
Kerabat nenek moyang buaya seperti rauischuid dan poposauroid juga berada di Pangea ketika itu. Di wilayah yang kemudian menjadi bagian Bumi selatan hewan-hewan carnivora itu berburu bersama dinosaurus theropoda awal. Bahkan nenek moyang buaya itu pernah berada di posisi rantai makanan tertinggi.
Nenek moyang burung mengambil alih
Namun itu tidak lama. Kepunahan massal yang terjadi pada babak akhir Triassik sekitar 200 juta tahun lalu menyapu mereka semua dan hanya crocodylomorphs dan theropoda kecil yang mampu bertahan.
"Therapoda kemudian mengisi posisi tertinggi dalam rantai makan yang ditinggalkan nenek moyang buaya yang sudah punah itu. Selama 135 tahun kemudian dinosaurus predator mempertahankan posisinya," kata Zanno.
Sementara itu, nenek moyang buaya yang kita kenal hari ini mulai mengecil ukurannya: Dengan tubuh ramping dan anggota tubuh yang panjang, mereka mengambil peran rubah dan serigala modern. Seperti yang dijelaskan oleh Susan Drymala, salah satu penulis penelitian dari North Carolina : "Jika Anda ingin membayangkan hewan-hewan ini, cukup bayangkan seekor rubah modern, namun dengan kulit buaya sebagai pengganti bulu."
(mdk/pan)