Temuan Terbaru Ungkap Aksara Pertama Justru Ditemukan oleh Orang yang Tak Bisa Baca
Alfabet, atau huruf yang biasa kita gunakan sehari-hari ditemukan tergores di dinding tambang di Semenanjung Sinai. Goresan "aksara" itu diperkirakan telah ada sekitar 4000 tahun lalu.
Ratusan tahun sebelum Nabi Musa menjelajah Semenanjung Sinai, daerah gurun di antara Afrika dan Asia yang kaya akan mineral tersembunyi di antara bebatuan menarik perhatian sekelompok manusia. Sekitar 4.000 tahun lalu sejumlah manusia mengukir dinding bebatuan mineral dengan sesuatu yang hingga hari ini kita pergunakan sehari-hari: huruf.
Penemuan terbaru atas bebatuan itu menunjukkan fakta yang menarik: sistem penulisan ternyata dirancang oleh orang-orang yang tidak bisa membaca.
-
Apa yang ditemukan oleh sukarelawan di situs arkeologi? Sukarelawan yang terlibat dalam penggalian di situs arkeologi menemukan patung kepala wanita Romawi kuno dengan ukiran khas.
-
Apa yang ditemukan para arkeolog di Inggris? Temuan ini disebut satu-satunya di dunia, telur yang masih utuh dengan cairan putih dan kuningnya. Ini satu-satunya telur di dunia yang ditemukan dalam kondisi utuh kendati telah berumur 1.700 tahun.
-
Apa yang ditemukan para arkeolog di Kastil Ayanis? Para arkeolog menemukan beberapa artefak bela diri saat melakukan penggalian di sebuah kastil kuno di Turki. Artefak bela diri tersebut berisi tiga perisai perunggu, baju besi, dan sebuah helm perunggu yang berasal dari 2.700 tahun lalu.
-
Mengapa para arkeolog mempelajari makam ini? Wali kota Corinaldo Gianni Aloisi mengatakan temuan tambahan di pekuburan Nevola semakin menunjukkan pentingnya area tersebut dan mungkin "memungkinkan kita untuk mengenal, dan mungkin menulis ulang, sejarah koleksi kita."
-
Apa yang ditemukan oleh arkeolog di Inggris? Baru-baru ini arkeolog menemukan kapak genggam prasejarah di Inggris. Ilmuwan takjub dengan ukuran perkakas berusia 300.000 tahun ini, yang dinilai sangat besar.
-
Mengapa penggalian arkeologi ini dianggap penting? "Situs ini memiliki (peninggalan) arkeologi yang luar biasa dan memudahkan kita mendapatkan pemahaman seperti apa kehidupan orang-orang yang menempati negeri ini pada abad ketujuh."
Alfabet, atau huruf yang biasa kita gunakan sehari-hari ditemukan tergores di dinding tambang di Semenanjung Sinai. Goresan "aksara" itu diperkirakan telah ada sekitar 4000 tahun lalu.
Bukti aksara pertama ditemukan di dataran tinggi Serabit el-Khadim, Sinai, Mesir. Terdapat kuil yang dibangun tepat di atas puncaknya.
Huruf pertama dari gambar yang ada
Pada tahun 1905, pasangan suami istri ahli Mesir Kuno bernama Sir William dan Hilda Flinders Petrie menjadi orang pertama kali menggali kuil tersebut.
Pasangan ini kemudian menemukan hieroglif sederhana pada dinding kuil dan patung sphinx kecil.
Hieroglif adalah kumpulan karakter, simbol, atau logo berupa gambar yang pernah umum dipakai di peradaban-peradaban purba lainnya. Hireoglif inilah yang dikenali sebagai tanda-tanda alfabet.
Rupanya, para penambang Sinai terdahulu mengubah hieroglif dengan metode mengambil huruf pertama dari gambar yang ada.
Misalnya, hireoglif untuk lembu atau "aleph" memberi bentuk pada huruf "a" dan huruf "b" didapat dari hireoglif untuk rumah atau "bêt".
Fakta baru menyatakan para penambang yang merupakan orang asing mulai belajar menulis berkat ritual keagamaan.
Mereka akan mulai mengamati ritual yang ada di kompleks kuil sehabis kerja, serta mengagumi ribuan hieroglif yang digunakan untuk mempersembahkan hadiah kepada dewi.
Penambang Kanaan yang buta huruf
Alih-alih malu karena tidak bisa membaca, para pekerja ini justru mulai menulis dengan cara mereka sendiri.
Negara-negara kota Kanaan ini kemudian menyebarkan alfabet mereka melalui perdagangan laut ke daerah Turki hingga Spanyol, dan bertahan dalam bentuk huruf yang kita kenal hari ini.
Orang-orang akademik sempat mengira jika temuan aksara di Sinai merupakan ciptaan orang berpendidikan.
Namun, teori Goldwasser membantah hal tersebut. Teori ini berkata sebenarnya tulisan tersebut diciptakan oleh sekelompok penambang Kanaan yang buta huruf.
"Tentu saja (teori) masuk akal, karena jelas siapa pun yang menulis prasasti ini di Sinai tidak mengetahui hieroglif," ujar Tallet.
Reporter magang: Yobel Nathania
(mdk/pan)