Tentara Israel Bunuh Diri Setelah Pulang dari Gaza, Pernah Pamer Video Hancurkan Rumah Warga Palestina
Tentara Israel Bunuh Diri Setelah Pulang dari Gaza, Pernah Pamer Video Hancurkan Rumah Warga Palestina
Dia mengalami gangguang stress pasca trauma setelah berperang di Jalur Gaza.
- Hampir 50.000 Warga Palestina Dilaporkan Tewas dan Hilang di Gaza, Israel Tercatat 3.000 Kali Lakukan Pembantaian
- Menteri Israel Ini Ingin Tinggal di Gaza Setelah Mengusir Warga Palestina
- Afrika Selatan Ancam Tangkap Warganya yang Ikut Berperang Bela Israel di Gaza
- VIDEO: Seorang Pria Palestina di Gaza Terpaksa Pungut Tepung yang Tumpah di Jalan
Tentara Israel Bunuh Diri Setelah Pulang dari Gaza, Pernah Pamer Video Hancurkan Rumah Warga Palestina
Militer Israel menolak mengakui seorang tentaranya yang bunuh diri karena mengidap gangguan stress pasca trauma (PTSD) setelah pulang berperang di Jalur Gaza.
Eliran Mizrahi dari Ma’ale Adumim dipanggil ke lokasi perang tak lama setelah serangan Hamas pada 7 Oktober, ia ditugaskan untuk membantu membersihkan mayat-mayat korban yang dibunuh oleh pejuang Palestina di festival musik Supernova.
Mizrahi kemudian dikirim ke Gaza dan bertugas sebagai insinyur tempur hingga terluka pada April.
Menurut berita Channel 12, Mizrahi dikenal sebagai veteran IDF yang cacat dan didiagnosis menderita PTSD setelah kembali dari tugas pertamanya yang berakhir pada April lalu.
Dilansir the Times of Israel, Mizrahi diketahui kerap membagikan cuplikan video saat dia menghansurkan rumah-rumah arga Palestina di Gaza.
Dia mengoperasikan buldoser D9 dan merekam dirinya sendiri ketika merubuhkan rumah dan bangunan di Gaza selama tujuh bulan. Dia juga kerap membagikan foto dirinya dan rekan-rekannya sesama tantara ketika menjarah rumah warga Palestina.
Ia kemudian diperintahkan kembali untuk bertugas di Rafah, dua hari setelah melaksanakan perintah, Mizrahi diketahui bunuh diri pada 7 Juni 2024
Ia meninggalkan Istri dan empat orang anak.
Ibu Mizrahi, Jenny, mengatakan kepada Kan dia terluka dua kali selama tujuh bulan bertugas di Jalur Gaza.
Namun dia menolak untuk meninggalkan wilayah tersebut ketika pertama kali terluka dan bersikeras dia ingin terus berjuang demi negaranya, Israel.
“Dia ingin terus berperang melindungi Israel, dan membawa kembali para sandera,” katanya.
“Dia adalah orang yang bahagia, gembira, lucu, positif, dan optimis,” kata Jenny kepada Kan.
“Dia adalah cahaya utama di rumah kami dan di antara teman-temannya, kemudian suatu hari dia pulang dengan cara yang berbeda.
Hila Mizrahi, saudara perempuan Eliran mengatakan kakaknya “mengalami neraka” di Gaza dan menolak membahas pengalamannya selama perang.
Ia juga mengatakan saudaranya telah terluka secara fisik dan mental, dokter juga mengatakan dia tidak bisa kembali berperang.
“Dia ditembaki dengan roket, dia melihat teman-temannya tewas, dan dia membawa mayat-mayatnya kembali, dan dia masih melakukan segalanya untuk Israel,” katanya.
Kami mendapatkan kembali seorang pria patah hati yang tidak sabar dengan anak-anak. Dia sering marah, dan mengalami mimpi buruk.”
Keluarga Eliran berjuang agar dia diakui sebagai tentara yang gugur dan menguburkannya di pemakaman militer di Gunung Herzl, namun IDF menolak permintaan tersebut dengan alasan karena dia tidak sedang bertugas aktif ketika meninggal.
“Pria itu telah memberikan hidupnya untuk negara ini dan menjadi tentara kita, lalu dia tidak pantas untuk dimakamkan secara militer? Alih-alih fokus pada kesedihan kami, kami dipaksa untuk berjuang demi kehormatannya,” katanya.
"Saudaraku pantas dimakamkan dengan bendera Israel dan meminta tentara berdiri dan memberi hormat kepadanya. Dia tidak pantas menerima ini," kata Hila kepada Channel 13.
Menanggapi permintaan komentar, IDF mengatakan kepada Channel 12 Eliran telah berbuat banyak untuk tentara selama perang dan dalam operasi militer sebelumnya.
Namun, dikatakan bahwa "setelah memeriksanya, kami menemukan bahwa pada saat kematiannya, Eliran bukan seorang prajurit atau dalam tugas cadangan aktif, oleh karena itu, ia tidak memenuhi syarat untuk dimakamkan militer di bawah undang-undang pemakaman militer."