TKW Hong Kong dicuci otak lewat pengajian buat direkrut gabung ISIS
TKW Hong Kong dicuci otak lewat pengajian buat direkrut gabung ISIS. Sebuah laporan dirilis oleh Institut Analisis Kebijakan Konflik (IPAC) berbasis di Jakarta mengungkapkan ada banyak tenaga kerja wanita Indonesia yang bekerja sebagai asisten rumah tangga di Hong Kong direkrut agar ikut ISIS.
Sebuah laporan dirilis oleh Institut Analisis Kebijakan Konflik (IPAC) berbasis di Jakarta mengungkapkan ada banyak tenaga kerja wanita Indonesia yang bekerja sebagai asisten rumah tangga di Hong Kong direkrut agar ikut kelompok Negara Islam Irak dan Syam (ISIS).
"Dari 150.000 pembantu rumah tangga asal Indonesia yang bekerja di kota ini banyak di antaranya bergabung dengan ISIS," demikian pernyataan kelompok tersebut, seperti dilansir dari laman AFP News, Rabu (26/7).
Meski sudah banyak yang direkrut, namun mereka tidak menyadari bahwa sedang digiring agar memiliki pemikiran radikal seperti ISIS.
"Beberapa wanita ini dijadikan pacar oleh para jihadis yang mereka temui secara daring. Banyak juga beberapa dari mereka yang diperdaya agar bergabung dengan ISIS," ungkap analis IPAC, Nava Nuraniyah.
Sebelumnya, media Hong Kong melaporkan, para pendukung ISIS menanamkan ajaran mereka kepada para asisten rumah tangga di sana dalam sebuah forum seperti pengajian yang dibuka di ruang publik. Mereka memanfaatkan waktu libur para pembantu untuk ikut forum itu dan mendoktrin mereka agar ikut gabung ISIS.
Beberapa dari mereka kemudian terbang ke Suriah atas kesadaran tersendiri setelah didoktrin sedemikian rupa.
Namun, seorang aktivis hak asasi manusia imigran Indonesia dan mantan asisten rumah tangga di Hong Kong, Eni Lestari, mengungkapkan, meski ancaman ekstremisme selalu ada namun tidak semua kegiatan pengajian memiliki kaitan dengan ISIS.
"Sebagai seorang muslim, kami memiliki aturan dalam agama kami dalam melakukan setiap aktivitas. Tetapi radikalisasi bukanlah salah satu ajaran dari agama kami. Saya pikir sangat tidak adil bagi komunitas pekerja rumah tangga Indonesia untuk diberi label demikian," ungkap Eni.
Menurut Eni, polisi setempat juga menyaksikan kegiatan yang diselenggarakan anggota kelompoknya dan melihat bagaimana para ART itu diajari cara salat dan membaca Alquran.