Waspada, Varian Baru Virus Corona Brasil Banyak Sebabkan Pasien Sembuh Tertular Lagi
Varian ini juga memiliki kemampuan untuk menginfeksi orang yang memiliki kekebalan dari infeksi Covid-19 sebelumnya. Eksperimen laboratorium menyatakan P.1 bisa memperlemah efek perlindungan vaksin China yang kini digunakan di Brasil.
Hanya dalam hitungan pekan, dua varian virus corona menjadi begitu lazim diberitakan di televisi.
B.1.1.7, pertama kali diidentifikasi di Inggris, telah menunjukkan kekuatannya untuk menyebar jauh dan cepat. Di Afrika Selatan, mutasi yang disebut B.1.351 bisa menjauhi antibodi manusia, menumpulkan efektivitas beberapa vaksin.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
-
Kapan virus menjadi pandemi? Contohnya seperti virus Covid-19 beberapa bulan lalu. Virus ini sempat menjadi wabah pandemi yang menyebar ke hampir seluruh dunia.
-
Apa yang menjadi tanda awal mula pandemi Covid-19 di Indonesia? Pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia melaporkan kasus pertama virus Covid-19, menandai awal dari pandemi yang memengaruhi seluruh masyarakat.
-
Bagaimana virus Covid-19 pertama kali masuk ke Indonesia? Kasus ini terungkap setelah NT melakukan kontak dekat dengan warga negara Jepang yang juga positif Covid-19 saat diperiksa di Malaysia pada malam Valentine, 14 Februari 2020.
-
Kenapa Covid Pirola mendapat perhatian khusus? Namun, para pemerhati kesehatan dan ahli virus memberi perhatian lebih terhadap subvarian ini lantaran kemampuan Pirola dalam melakukan breakthrough infections lebih tinggi dibandingkan varian lainnya. Ketika sebuah varian atau subvarian virus COVID memiliki kemampuan breakthrough infections yang tinggi maka akan menyebabkan kasus re-infeksi semakin tinggi.
-
Bagaimana Pilkada 2020 diselenggarakan di tengah pandemi? Pemilihan ini dilakukan di tengah situasi pandemi COVID-19, sehingga dilaksanakan dengan berbagai protokol kesehatan untuk meminimalkan risiko penularan.
Para ilmuwan juga telah mengamati varian ketiga yang mengkhawatirkan yang muncul di Brasil, disebut P.1. Penelitian pada P.1 berjalan lebih lambat sejak ditemukan akhir Desember lalu, membuat para ilmuwan belum bisa memastikan seberapa mengkhawatirkan varian ini.
“Saya menahan napas,” kata Bronwyn MacInnis, seorang ahli epidemiologi di Broad Institute, dikutip dari The New York Times, Selasa (2/3).
Saat ini tiga penelitian dilakukan terkait kemunculan P.1 di kota Manaus di Amazon, Brasil. Kemungkinan besar varian ini muncul pada November dan memicu lonjakan kasus virus corona. Penelitian menemukan varian ini mendominasi peningkatan kasus di kota tersebut karena meningkatnya tingkat penularan.
Varian ini juga memiliki kemampuan untuk menginfeksi orang yang memiliki kekebalan dari infeksi Covid-19 sebelumnya. Eksperimen laboratorium menyatakan P.1 bisa memperlemah efek perlindungan vaksin China yang kini digunakan di Brasil.
Penelitian baru ini belum diterbitkan dalam jurnal ilmiah. Para penulis penelitian memperingatkan temuan pada sel di dalam laboratorium tak selalu bisa diterjemahkan ke dunia nyata, dan mereka baru saja mulai memahami tingkah laku P.1 ini.
“Temuan ini berlaku untuk Manaus, tapi saya tidak tahu apakah mereka juga berlaku di tempat lain,” jelas ahli virology di Imperial College London, Nuno Faria, yang memimpin sejumlah penelitian baru.
Tetapi walaupun masih ada misteri seputar P.1 ini, para ahli mengatakan varian ini harus dianggap serius.
“Tak masalah mengkhawatirkan P.1, dan data ini memberikan kita alasan mengapa (kita perlu khawatir),” ujar seorang ahli epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat TH Chan Harvard, William Hanage.
Ditemukan di 24 negara
P.1 sekarang menyebar di sebagian wilayah Brasil lainnya dan ditemukan di 24 negara lain. Di AS, Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) telah mencatat enam kasus di lima negara bagian: Alaska, Florida, Maryland, Minnesota, dan Oklahoma.
Untuk mengurangi risiko wabah dan infeksi ulang P.1, Dr Faria mengatakan penting untuk melipatgandakan setiap tindakan untuk memperlambat penyebaran virus corona. Masker dan jaga jarak sosial bisa ampuh melawan P.1. Vaksinasi juga bisa memperlambat penyebaran dan melindungi mereka yang pernah terinfeksi penyakit parah.
“Pesan utamanya adalah Anda perlu meningkatkan semua upaya vaksinasi secepat mungkin,” sarannya.
“Anda harus selangkah lebih maju dari virus.”
Dr. Faria dan rekannya mulai menelusuri virus corona ketika muncul di Brasil musim semi lalu. Manaus, kota dengan populasi 2 juta jiwa, sangat terdampak. Pada puncak musim semi, pemakaman di Manaus dibanjiri jenazah.
Tapi setelah puncak pada akhir April, Manaus tampaknya telah berhasil melewati pandemi terburuk. Beberapa ilmuwan berpikir penurunan itu berarti Manaus telah mencapai kekebalan kawanan (herd immunity).
Dr. Faria dan koleganya meneliti virus antibodi korona dalam sampel dari bank darah Manaus pada Juni dan Oktober. Mereka memastikan sekitar tiga perempat penduduk Manaus telah terinfeksi.
Namun menjelang akhir 2020, kasus baru mulai melonjak lagi. “Kasus sebenarnya jauh lebih banyak dibandingkan puncak kasus sebelumnya, yang terjadi pada akhir April,” kata Dr. Faria. “Dan itu sangat membingungkan kami.”
Risiko infeksi ulang
Faria dan rekan-rekannya heran apakah varian baru mungkin menjadi penyebab lonjakan. Di Inggris, para peneliti menemukan B.1.1.7 melonjak di seluruh negeri.
Untuk mencari varian, Dr. Faria dan rekannya memulai upaya pengurutan genom baru di kota tersebut. Meskipun B.1.1.7 telah sampai di bagian lain Brasil, mereka tidak menemukannya di Manaus. Sebaliknya, mereka menemukan varian yang belum pernah dilihat orang sebelumnya.
Banyak varian dalam sampel mereka berbagi 21 mutasi yang tidak terlihat pada virus lain yang beredar di Brasil. Faria mengirim SMS ke seorang kolega: “Saya rasa saya melihat sesuatu yang sangat aneh, dan saya cukup khawatir tentang ini.”
Beberapa mutasi secara khusus membuatnya khawatir, karena para ilmuwan telah menemukan mereka di B.1.1.7 atau B.1.351. Eksperimen menunjukkan beberapa mutasi mungkin membuat varian lebih mampu menginfeksi sel. Mutasi lain memungkinkan mereka menghindari antibodi dari infeksi sebelumnya atau yang dihasilkan oleh vaksin.
Saat Dr. Faria dan rekannya menganalisis hasil temuan mereka, para peneliti di Jepang membuat penemuan serupa. Empat turis yang pulang dari perjalanan ke Amazon pada 4 Januari dinyatakan positif virus corona. Pengurutan genom mengungkapkan serangkaian mutasi yang sama yang dilihat Dr. Faria dan rekan-rekannya di Brasil.
Dr. Faria dan rekannya mengunggah deskripsi P.1 di forum virologi online pada 12 Januari. Mereka kemudian menyelidiki mengapa P.1 begitu umum. Mutasi mungkin membuatnya lebih menular, atau mungkin beruntung. Secara kebetulan, varian tersebut mungkin muncul di Manaus tepat saat tindakan kesehatan masyarakat diperlonggar.
Mungkin juga P.1 menjadi umum karena dapat menginfeksi ulang orang yang sebelumnya positif virus corona. Biasanya, infeksi ulang virus corona jarang terjadi, karena antibodi yang diproduksi oleh tubuh setelah infeksi bertahan selama berbulan-bulan. Tapi ada kemungkinan P.1 membawa mutasi yang mempersulit antibodi tersebut untuk menempel, memungkinkannya untuk menyelinap ke dalam sel dan menyebabkan infeksi baru.
Para peneliti menguji kemungkinan ini dengan melacak P.1 dari sampel paling awal pada Desember. Pada awal Januari, 87 persen sampel dilacak. Pada bulan Februari, semua sampel berhasil dilacak.
Menggabungkan data dari genom, antibodi, dan catatan medis di Manaus, para peneliti menyimpulkan P.1 menaklukkan kota itu bukan berkat keberuntungan tetapi karena faktor biologi: mutasinya membantunya menyebar. Seperti B.1.1.7, rata-rata dapat menginfeksi lebih banyak orang daripada varian lain. Mereka memperkirakan varian ini di suatu tempat antara 1,4 dan 2,2 kali lebih mudah ditularkan daripada garis keturunan lain dari virus corona.
Tetapi varian ini juga mendapat keuntungan dari mutasi yang memungkinkannya lolos dari antibodi dari virus corona lain. Mereka memperkirakan dari 100 orang yang terinfeksi dengan garis keturunan virus non-P.1 di Manaus tahun lalu, antara 25 dan 61 dari mereka dapat terinfeksi kembali jika mereka terpapar P.1 di Manaus.
Vaksin China kurang efektif
Para peneliti menemukan dukungan untuk kesimpulan ini dalam percobaan di mana mereka mencampurkan virus P.1 dengan antibodi dari warga Brasil yang terinfeksi Covid-19 tahun lalu. Mereka menemukan, efektivitas antibodi mereka turun enam kali lipat terhadap P.1 dibandingkan dengan virus corona lainnya. Penurunan tersebut bisa berarti setidaknya beberapa orang akan rentan terhadap infeksi baru dari P.1.
“Tampaknya semakin banyak bukti yang menunjukkan sebagian besar kasus yang terkait dengan gelombang kedua memang semacam infeksi ulang,” jelas Dr Faria.
Amati penyebaran P.1
Dr. Faria dan peneliti lain sekarang sedang mengamati penyebaran P.1 di seluruh Brasil.
Ahli penyakit menular Fakultas Kedokteran Universitas Sao Paulo, Dr. Ester Sabino mengatakan salah satu wabah baru muncul di Araraquara, sebuah kota di Brasil dengan populasi 223.000 orang, yang tidak memiliki angka infeksi Covid-19 yang tinggi sebelum P.1 muncul.
Jika orang di Araraquara tidak memiliki tingkat antibodi yang tinggi sebelum kedatangan P.1, hal itu menunjukkan varian tersebut mungkin dapat menyebar di tempat-tempat yang tak memiliki riwayat ekstrim seperti Manaus.
“Ini mungkin terjadi di tempat lain,” ujar Sabino.
Ahli virologi Universitas Arizona, Michael Worobey, yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut, mengatakan sudah waktunya untuk memperhatikan P.1 di Amerika Serikat. Dia memperkirakan varian ini akan menjadi lebih umum di AS, walaupun harus bersaing dengan B.1.1.7, yang mungkin segera menjadi varian utama di banyak negara.
“Paling tidak, itu akan menjadi salah satu pesaing,” ujar Dr Worobey.
Vaksin China kurang efektif
Dalam percobaannya, Dr. Faria dan rekannya juga menguji antibodi dari delapan orang yang menerima CoronaVac, vaksin buatan China yang telah digunakan di Brasil. Mereka menemukan, antibodi yang dihasilkan oleh vaksin kurang efektif dalam menghentikan varian P.1 dibandingkan jenis lainnya.
Dr. Faria memperingatkan bahwa hasil ini, yang berasal dari sel dalam tabung reaksi, tidak berarti vaksin akan kurang efektif dalam melindungi orang dari P.1.
Vaksin mungkin memberikan perlindungan yang kuat dari P.1 meskipun antibodi yang dihasilkannya tidak sekuat itu. Dan bahkan jika varian ini berhasil menginfeksi orang yang divaksinasi, kemungkinan besar mereka akan tetap terlindung dari serangan Covid-19 yang parah.
Menurut Dr. Sabino, hal terpenting dari P.1 adalah ancaman yang ditimbulkan oleh varian ketika mereka dapat muncul di mana saja di dunia.
“Ini hanya masalah waktu dan kesempatan,” pungkasnya.
(mdk/pan)