Doa berbuka puasa berikut arti dan kajian dalilnya
Doa berbuka puasa berikut arti dan kajian dalilnya. Baca salah satu doa ini sebelum membatalkan puasa dengan makan atau minum. Marilah kita saling mengingatkan bahwa perbedaan itu ada untuk dijembatani, bukan untuk dibesar-besarkan. Dan terlepas dari doa yang dibaca, lebih penting lagi esensi dari puasa itu sendiri.
Sebagai seorang muslim, kita diwajibkan untuk menjalankan ibadah puasa, terutama di bulan Ramadan. Dan puasa pun tak diperkenankan sepanjang hari. Harus sudah dibatalkan begitu matahari terbenam. Lazimnya dengan membaca doa berbuka puasa.
Berikut ini kami tampilkan bacaan doa berbuka puasa yang bisa Anda amalkan sebelum berbuka puasa.
-
Apa yang dimaksud dengan bulan Ramadan? Ramadan adalah bulan suci dalam kalender Islam yang paling ditungg-tunggu oleh umat muslim seluruh dunia. Ramadan adalah waktu refleksi, pertumbuhan spiritual, dan kedisiplinan diri.
-
Apa yang dimaksud dengan ucapan menyambut Ramadhan? Kata-kata ucapan menyambut Ramadhan 2024 dapat menjadi perekat silaturahmi, sekaligus disisipi doa-doa baik untuk Ramadhan esok.
-
Mengapa bulan Ramadan penting? Sebab, amalan dan ibadah yang dilakukan di bulan suci akan dilipatgandakan.
-
Apa yang dimaksud dengan niat puasa Ramadan? Niat doa puasa adalah salah satu bagian dari puasa yang sangat penting untuk kita lakukan.
-
Apa masalah pencernaan yang rentan terjadi saat puasa Ramadan? Masalah pencernaan seperti diare atau sembelit rentan terjadi pada saat bulan Ramadan.
-
Apa yang dirasakan saat Ramadan berakhir? Seiring dengan terbenamnya matahari di akhir Ramadan, kita merasakan campuran perasaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.
Baca juga: Contoh Kalimat Pembuka Doa Buka Puasa Bersama Di Bulan Ramadhan
Doa berbuka puasa ramadan beserta artinya
Ada beberapa doa yang bisa dibaca untuk sebelum umat muslim membatalkan puasa.
Doa berbuka puasa I:
Doa berbuka puasa yang bersumber dari riwayat HR Bukhari & Muslim ©2018 Merdeka.com
Allahumma laka shumtu wa bika amantu wa'ala rizqika afthartu. Birrahmatika yaa arhamar roohimin.
Artinya:
"Ya Allah, untukMu aku berpuasa, dan kepadaMu aku beriman, dan dengan rezekiMu aku berbuka. Dengan rahmatMu wahai yang Maha Pengasih dan Penyayang."
Doa berbuka puasa II:
Doa berbuka puasa dari riwayat HR Abu Dawud ©2018 Merdeka.com
Dzahabaz zhama'u wabtallatil 'uruqu wa tsabatal ajru, insyaallah.
Artinya:
"Telah hilang rasa haus, dan urat-urat telah basah serta pahala telah tetap, insya Allah."
Bacalah salah satu dari doa berbuka puasa di atas sebelum Anda membatalkan puasa.
Kajian mengenai doa berbuka puasa yang shahih
Dari kedua doa berbuka puasa di atas manakah yang lebih shahih? Belakangan memang beredar kontroversi mengenai kesahihan dalil dari doa berbuka puasa yang diamalkan oleh pemeluk agama Islam di Indonesia maupun negara tetangga kita. Disertai dengan bacaan doa yang disebut lebih kuat dasarnya pula.
Sebelum menjawab pertanyaan di atas ada baiknya jika kita mengingat bahwa perbedaan merupakan hal yang tak perlu dijadikan sumber perdebatan sengit. Seperti yang dikatakan oleh Ustadz Ahmad Sarwat, pada akhirnya yang paling penting adalah ibadah puasa itu sendiri.
Mengenai kesahihan doa berbuka puasa yang beredar saat ini, mari kita simak kajian dari NU Online berikut.
Hadits lengkap riwayat Abu Dawud mengenai doa berbuka puasa yang belakangan disebut lebih shahih berbunyi sebagai berikut.
Doa berbuka puasa dari riwayat HR Abu Dawud ©2018 Merdeka.com
Artinya:
"Kami mendapat riwayat dari Abdullah bin Muhammad bin Yahya, yaitu Abu Muhammad, kami mendapat riwayat dari Ali bin Hasan, kami mendapat riwayat dari Husein bin Waqid, kami mendapat riwayat dari Marwan, yaitu Bin Salim Al-Muqaffa', ia berkata bahwa, 'Aku melihat Ibnu Umar menggenggam jenggotnya, lalu memangkas sisanya. Ia berkata, Rasulullah bila berbuka puasa membaca, 'Dzahabaz zhama'u wabtallatil ‘urûqu wa tsabatal ajru, insya Allah," (HR Abu Dawud)
Sementara doa berbuka puasa yang lebih umum diamalkan di negara kita bersumber dari riwayat Imam Bukhari dan Muslim, merupakan keterangan Syekh M. Khatib As-Syarbini yang berbunyi sebagai berikut.
Doa berbuka puasa yang bersumber dari riwayat HR Bukhari & Muslim ©2018 Merdeka.com
Artinya:
"(Mereka yang berpuasa) dianjurkan setelah berbuka membaca, 'Allâhumma laka shumtu, wa'ala rizqika afthartu.' Pasalnya, Rasulullah SAW mengucapkan doa ini yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim."
Silakan baca riwayat selengkapnya di Syekh M Khatib As-Syarbini, Al-Iqna pada Hamisy Bujairimi alal Khatib, [Beirut, Darul Fikr: 2006 M/1426-1427 H], juz II, halaman 385).
Jika dilihat dari dua rujukan di atas, doa dari riwayat Bukhari dan Muslim bisa dipandang lebih shahih dibandingkan riwayat Abu Dawud yang didasari dari kesepakatan para ulama ahli hadits.
Dari analisis di atas bisa kita simpulkan bahwa doa berbuka puasa yang diamalkan masyarakat Indonesia selama ini didukung oleh hadits yang bukannya dhaif.
Mengenai doa berbuka puasa riwayat Abu Dawud, ulama dari Madzhab Syafi'i menggabungkan doa riwayat Imam Bukhari dan Muslim dengan doa riwayat Abu Dawud.
Seperti disebutkan Sulaiman Bujairimi dalam Hasyiyatul Bujairimi, berikut bacaan doanya.
Doa berbuka puasa gabungan dua riwayat ©2018 Merdeka.com
"(Allahumma laka shumtu wa 'ala rizqika afthartu) dianjurkan menambahkan lafal, wa bika âmantu, wa bika wa'alaika tawakkaltu. Dzahabaz zhama'u, wabtallatil 'uruqu, wa tsabatal ajru, insyâ Allah. Ya wasi'al fadhli, ighfir li. Alhamdulillahil ladzi hadani fa shumtu, wa razaqani fa afthartu."
Artinya:
"Tuhanku, hanya untuk-Mu aku berpuasa. Dengan rezeki-Mu aku membatalkannya. Sebab dan kepada-Mu aku berpasrah. Dahaga telah pergi. Urat-urat telah basah. Dan insya Allah pahala sudah tetap.
Wahai Zat Yang Luas Karunia, ampuni aku. Segala puji bagi Tuhan yang memberi petunjuk padaku, lalu aku berpuasa. Dan segala puji Tuhan yang memberiku rezeki, lalu aku membatalkannya."
Untuk lebih jelasnya, silakan lihat Syekh Sulaiman Al-Bujairimi, Hasyiyatul Bujairimi alal Khatib, [Beirut, Darul Fikr: 2006 M/1426-1427 H], juz II, halaman 385).
Gabungan dua riwayat ini kemudian diperkenalkan kepada masyarakat dan kemudian diamalkan secara turun-temurun sampai saat ini.
Agar perdebatan yang ada tidak semakin meruncing, alangkah baiknya jika kita kita meneladani kebijakan para ulama terdahulu dengan menggabungkan dua riwayat. Tidak perlu menyalahkan atau mengecilkan pentingnya riwayat satu jika dibandingkan riwayat yang lain.
Marilah kita saling mengingatkan bahwa perbedaan itu ada untuk dijembatani, bukan untuk dibesar-besarkan. Semoga kita semua bisa menjalankan ibadah puasa yang berbuah manfaat.
Baca juga:
Jadwal buka puasa ramadhan 2018 untuk Jakarta, Bogor, Bandung, dan kota lainnya
Jadwal Imsakiyah Ramadhan 2018 untuk Jakarta, Bogor, Bandung dan sekitarnya
Bacaan niat sholat tarawih sendiri, berjemaah, berikut niat sholat witir
Tata cara sholat jenazah perempuan dan laki-laki lengkap beserta bacaannya
2 Tata cara mandi wajib yang benar untuk pria dan wanita