Jadi Hal Paling Romantis, Sejak Kapan Tradisi Lamaran Dilakukan?
Momen paling romantis ini ternyata sudah dilakukan berabad-abad lalu!
“Will you marry me?”
Kalimat ini jadi salah satu yang paling ditunggu perempuan yang sudah menjalin hubungan serius dengan pasangannya. Gestur pria yang berlutut sambil menyodorkan sebuah cincin memang jadi simbol romantisme yang banyak diimpikan. Tapi, sejak kapan sih prosesi lamaran seperti ini berlangsung?
Berakar dari Tradisi Sejak Berabad-abad Lalu
Tradisi lamaran yang dianggap sebagai sesuatu yang romantis ini sebenarnya sudah mulai dilakukan sejak berabad-abad lalu. Sekitar tahun 1930-an, prosesi laki-laki melamar kekasihnya banyak dilakukan oleh masyarakat Eropa yang kemudian berkembang ke daerah lain.
-
Apa itu tunangan? Pertunangan adalah momen membahagiakan seseorang yang hendak mempersiapkan diri menuju jejang pernikahan. Pertunangan juga bisa diartikan sebagai janji pranikah.
-
Kapan larangan-larangan itu berlaku? Berikut berbagai larangan dalam ibadah haji yang harus diperhatikan ketika ihram:
-
Kapan Purnawarman meninggal? Purnawarman meninggal tahun 434 M.
-
Kapan Perang Kamang terjadi? Perang Belasting yang berlangsung di Kamang ini kemudian disebut juga dengan peristiwa Perang Kamang yang terjadi sekira tahun 1908.
-
Kapan Tangkuban Perahu buka? TWA Gunung Tangkuban Parahu, dibuka setiap hari. TWA Gunung Tangkuban Perahu buka mulai pukul 07.00 pagi hingga 17.00 sore, dengan jam terakhir masuk pukul 16.00.
-
Apa yang dimaksud dengan tatarucingan? Permainan tebak-tebakan dalam bahasa Sunda disebut tatarucingan.
Kenapa Selalu Berlutut Ya?
Berlutut menjadi gestur wajib yang dilakukan pria saat melamar kekasihnya. Tapi, sejak kapan sih kebiasaan ini dilakukan? Kalau melihat sejarahnya, sebenarnya belum jelas dari mana asal-usul kebiasaan yang satu ini.
Namun, diperkirakan berlutut menjadi salah satu bagian dari tradisi Abad Pertengahan sebagai simbol 'cinta yang sopan'.
Di masa itu, kesopanan seorang pria dinilai dari tingkah lakunya dan berlutut dianggap sebagai tanda bahwa pria tersebut mengabdikan dirinya kepada perempuan yang dicintai.
Tanda Kerendahan Hati
Dalam sejarah Eropa, berlutut juga menjadi tanda kerendahan hati. Gestur ini dilakukan dalam banyak konteks. Misalnya dalam Kristen, berlutut ketika berdoa menggambarkan pelayanan dan kerendahan hati di depan Tuhan. Sementara itu, berlutut untuk perempuan yang dicintai juga bisa memberikan makna yang serupa, yaitu tanda untuk setia dan mengabdikan diri.
Saat melamar kekasihnya, salah satu hal penting yang nggak boleh dilupakan adalah cincin pertunangan. Perhiasan yang satu ini sudah menjadi bagian penting dalam tradisi bertunangan. Tapi, sejak kapan sih penggunaan cincin tunangan ini mulai dilakukan?
Cincin Sebagai Simbol Cinta
Berakar dari Zaman Mesir Kuno dan Yunani Kuno
Catatan sejarah menyebutkan kalau penggunaan cincin saat melamar kekasih sebenarnya bermula dari tradisi di zaman Mesir kuno dan Yunani kuno. Di Mesir kuno, pria kabarnya selalu menggunakan cincin sebagai lambang kekayaan. Sementara itu, era Yunani kuno memiliki kebiasaan memberikan hadiah cincin ke masing-masing pasangan yang sedang kasmaran.
- Romantis Bikin Baper, Pria Tua Ini Temani Sang Istri Memasak Sambil Memetik Getir Bawakan Lagu 'Antara Benci Dan Rindu'
- Momen Romantis Saat Nabila Sudiro, Anak Tora Sudiro dan Anggraini Kadiman, Dilamar oleh Pacarnya - Ekspresi Mieke Jadi Sorotan
- Bikin Iri, Potret Romantisme Jenderal Polisi Selalu Genggam Tangan Istri saat Bertugas
- Momen Romantis Sejoli Muda dan Lansia Bercengkrama di Kereta, Kebetulan Langka Bak Mesin Waktu
Awalnya Terbuat dari Besi
Cincin yang beredar di masa itu kebanyakan terbuat dari besi. Kemudian di masa Romawi kuno, cincin yang terbuat dari emas mulai banyak digunakan oleh para pejabat pemerintahan di masa tersebut. Kebiasaan memakai cincin ini kemudian berkembang di kalangan calon pengantin yang akan menikah.
Cincin Tunangan Berlian Pertama
Memasuki zaman Renaissance atau tepatnya pada abad ke-14 sampai 17, cincin tunangan dari batu berlian tercatat pertama kali digunakan. Cincin berlian tersebut dipakai dalam momen pesta pertunangan seorang bangsawan asal Austria. Hal ini kemudian melahirkan tren baru di kalangan masyarakat kelas atas untuk memberikan cincin tunangan berlian kepada orang yang dicintainya. (Image credit: Pixabay/StockSnap)
Namun, popularitas cincin berlian mulai mengalami penurunan di abad ke-20.
Terjadinya Perang Dunia I membuat harga berlian anjlok dan cincin tunangan pun sudah nggak banyak diminati di masa-masa kelam tersebut.
Kembali Populer Lewat Kampanye Iklan
Memasuki tahun 1938, cincin berlian mulai kembali diminati di Amerika Serikat. Popularitasnya meningkat saat De Beers, perusahaan produsen berlian, melakukan kampanye besar-besaran untuk mempromosikan cincin pertunangan dari berlian. 'A Diamond is Forever' menjadi jargon yang mengantarkan kesuksesan kampanye tersebut.
Biarpun kini zaman sudah semakin modern, tapi tradisi lamaran dengan cincin berlian masih terus bertahan hingga sekarang. Berlian dianggap sebagai simbol cinta tertinggi bagi pasangan yang ingin melanjutkan hubungannya ke jenjang yang lebih serius.