Perayaan Festival Dies Natalis Solis Invicti pada 25 Desember di Masyarakat Romawi Kuno
Sebelum dirayakan sebagai natal, 25 Desember juga dirayakan di masa lalu sebagai Festival Dies Natalis Solis Invicti.
Tanggal 25 Desember dikenal secara global sebagai hari raya Natal, peringatan kelahiran Yesus Kristus oleh umat Kristen. Namun, jauh sebelum Natal diakui secara resmi, masyarakat Romawi Kuno telah lebih dahulu merayakan tanggal ini melalui sebuah festival yang disebut Dies Natalis Solis Invicti, atau "Hari Kelahiran Matahari Tak Terkalahkan." Festival ini mencerminkan keyakinan dan tradisi pagan masyarakat Romawi yang erat kaitannya dengan siklus alam dan kepercayaan kepada dewa matahari.
Dilansir dari Imperium Romanum, Dies Natalis Solis Invicti merupakan perayaan yang berkaitan dengan titik balik matahari musim dingin (winter solstice) yang jatuh pada akhir Desember. Pada masa ini, masyarakat Romawi Kuno menyadari bahwa siang hari mulai kembali memanjang setelah periode malam yang lebih panjang. Fenomena ini dianggap sebagai simbol kemenangan cahaya atas kegelapan, yang kemudian diwujudkan dalam bentuk penghormatan kepada dewa matahari.
-
Siapa yang menentukan tanggal 25 Desember sebagai hari Natal? Adapun sosok di balik penentuan hari tersebut adalah Sextus Julius Africanus. Dia adalah seorang pengelana dan sejarawan Kristen Romawi yang hidup pada akhir abad ke-2 dan awal abad ke-3 Masehi.
-
Kapan Natal dirayakan? Natal merupakan hari raya umat Kristiani yang diperingati setiap 25 Desember.
-
Apa yang dirayakan dalam puisi Natal ini? Natal adalah saat untuk merayakan kasih sayang, saling berbagi, dan mengenang kelahiran Sang Penebus.
-
Kapan tepatnya Natal dirayakan? Hari Natal pada 25 Desember pertama kali diperingati pada 221 Masehi.
-
Dimana puisi Natal ini menggambarkan suasana Natal? Di gereja-gereja, lilin-lilin menyala Umat berdoa, bersyukur akan anugerah-Nya Di ruang keluarga, bau kue natal menyegarkan Keluarga bersatu, merayakan kemuliaan-Nya
-
Kenapa kue semprit sering dihidangkan saat Natal? Kue semprit sering kali menjadi hidangan yang umum pada saat-saat perayaan atau festival, termasuk Natal.
Perayaan ini dimulai pada masa pemerintahan Kaisar Aurelian pada tahun 274 M. Aurelian menetapkan tanggal 25 Desember sebagai hari resmi untuk menghormati Sol Invictus, atau "Matahari Tak Terkalahkan," yang dianggap sebagai pelindung kekaisaran Romawi. Festival ini bertujuan untuk memperkuat persatuan kekaisaran dengan menjadikan Sol Invictus sebagai dewa pemersatu di tengah masyarakat Romawi yang memiliki kepercayaan beragam.
Keberadaan Sol Invictus dalam Kepercayaan Romawi dan Perayaan Saturnalia
Dewa Sol Invictus dianggap sebagai lambang kekuatan, keabadian, dan pembaruan. Dalam kepercayaan Romawi, matahari memiliki posisi penting karena dianggap memberikan kehidupan bagi manusia dan alam. Matahari dipandang sebagai dewa yang tak terkalahkan karena kehadirannya yang konsisten setiap hari, meskipun pada musim dingin ia "menghilang" lebih lama.
Dies Natalis Solis Invicti menjadi momen khusus untuk merayakan "kembalinya" matahari setelah periode malam panjang. Perayaan ini juga melibatkan ritual penyembahan, festival makanan, dan pertunjukan publik. Dalam beberapa catatan sejarah, orang-orang akan menyelenggarakan jamuan besar, memberikan persembahan kepada dewa, serta berbagi hadiah sebagai bentuk rasa syukur.
Dies Natalis Solis Invicti sering kali dikaitkan dengan perayaan Saturnalia, festival besar Romawi yang diadakan untuk menghormati dewa Saturnus, dewa pertanian dan kesuburan. Saturnalia dimulai pada 17 Desember dan berlangsung selama beberapa hari hingga tanggal 23 Desember.
Saturnalia ditandai dengan suasana penuh sukacita, pesta pora, dan pembebasan sosial sementara. Pada periode ini, aturan sosial dilonggarkan, budak diizinkan menikmati kebebasan tertentu, dan orang-orang saling bertukar hadiah. Meskipun Dies Natalis Solis Invicti lebih fokus pada penyembahan matahari, suasana meriah dari Saturnalia sering kali berlanjut hingga 25 Desember, menciptakan hubungan antara kedua perayaan tersebut.
Dengan berkembangnya agama Kristen di Kekaisaran Romawi, beberapa tradisi Dies Natalis Solis Invicti dianggap memengaruhi penetapan tanggal 25 Desember sebagai hari Natal. Meskipun Alkitab tidak mencantumkan tanggal pasti kelahiran Yesus, Gereja Kristen awal pada abad ke-4 menetapkan 25 Desember sebagai hari perayaan Natal.
Para sejarawan percaya bahwa keputusan ini mungkin bertujuan untuk "mengkristenkan" perayaan pagan yang sudah populer di kalangan masyarakat Romawi. Dengan menetapkan Natal pada tanggal yang sama, gereja dapat mempermudah transisi kepercayaan masyarakat dari paganisme ke agama Kristen.
Simbolisme cahaya dan kegelapan dalam Dies Natalis Solis Invicti juga memiliki kesamaan dengan makna teologis dalam Natal. Yesus Kristus sering kali digambarkan sebagai "terang dunia" dalam tradisi Kristen, yang paralel dengan simbol matahari sebagai pemberi kehidupan.
Tradisi yang Masih Terasa dalam Perayaan Modern
Beberapa elemen dari perayaan Dies Natalis Solis Invicti dan Saturnalia masih dapat dirasakan dalam perayaan modern. Kebiasaan saling memberi hadiah, menghias rumah, dan merayakan dengan makanan melimpah adalah tradisi yang diwariskan dari masa Romawi Kuno.
Dekorasi menggunakan lampu dan lilin, yang umum dalam perayaan Natal, juga dapat dikaitkan dengan simbol matahari sebagai sumber cahaya. Di sisi lain, suasana sukacita dan kebersamaan dalam Natal mencerminkan semangat perayaan Saturnalia yang meruntuhkan sekat-sekat sosial.
Hari ini, Dies Natalis Solis Invicti mungkin tidak lagi dirayakan secara luas, namun warisannya masih hidup dalam berbagai aspek budaya dan tradisi. Festival ini mengingatkan kita pada cara masyarakat kuno memaknai siklus alam dan hubungannya dengan kehidupan spiritual serta sosial.
Bagi sejarawan dan peneliti, Dies Natalis Solis Invicti juga menjadi bukti bagaimana agama, budaya, dan tradisi dapat saling memengaruhi. Transisi dari perayaan pagan ke perayaan agama Kristen menunjukkan fleksibilitas budaya dalam menyesuaikan keyakinan dengan nilai-nilai baru yang diadopsi oleh masyarakat.