Sebagian besar atasan tak pandai berkomunikasi?
Kurangnya kemampuan komunikasi atasan ini juga berimbas pada kinerja karyawan.
Karyawan pasti beranggapan bahwa atasan adalah orang yang memiliki kemampuan lebih dari mereka. Namun sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa atasan juga memiliki kelemahan.
Penelitian yang dilakukan pada 5.000 eksekutif Australia selama 10 tahun ini menemukan bahwa kebanyakan atasan tak pandai berkomunikasi. Dengan kata lain, banyak atasan yang memiliki tingkat kemampuan interaksi dan komunikasi yang rendah.
-
Bagaimana cara tesis memberikan kontribusi pada perkembangan ilmu? Melalui tesis, penulis dapat memberikan wawasan baru, solusi terhadap masalah tertentu, atau bahkan mengembangkan teori baru.
-
Kapan penelitian ini dilakukan? Studi ini didasarkan pada National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) 1999–2018, yang melibatkan lebih dari 17.000 wanita berusia 20 hingga 65 tahun.
-
Siapa saja yang terlibat dalam pengembangan karir bidan? Dalam kolaborasi ini, bidan dapat belajar dari pengalaman dan pengetahuan orang lain, serta dapat memberikan kontribusi dalam perencanaan dan pelaksanaan pelayanan kesehatan.
-
Mengapa pengembangan karir bidan sangat penting? Pengembangan karir bidan sangatlah penting guna meningkatkan kualitas dan kompetensi dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
-
Kenapa kerangka berpikir penting untuk pengembangan penelitian? Relevansinya sangat penting dalam menjalankan penelitian karena kerangka berpikir membantu peneliti untuk memperjelas hubungan antara variabel-variabel yang diteliti dan memandu dalam perumusan hipotesis serta analisis data.
-
Di mana penelitian ini dilakukan? Tim peneliti dari Universitas Yonsei di Seoul, Korea Selatan, berhasil mengembangkan varietas beras hibrida yang dipadukan dengan protein daging sapi dan sel lemak.
"Kebanyakan orang mengira bahwa pimpinan perusahaan memiliki kemampuan interaksi yang hebat, namun penelitian kami menunjukkan sebaliknya," ungkap Bruce Wat dari DDI Australia, seperti dilansir oleh Times of India (09/03).
Penelitian ini mengamati ketika pemimpin memimpin jalannya rapat, memberikan pelatihan, membagi pekerjaan, dan berkomunikasi biasa dengan bawahan mereka.
Ditemukan bahwa 55 persen atasan merasa bahwa ide mereka adalah yang terbaik dan tidak mau mendengarkan bawahan. Sementara itu 45 persen atasan merasa mengerti permasalahan yang diajukan oleh bawahan, padahal kenyataannya tidak. Sekitar 50 persen atasan gagal untuk mendengarkan secara efektif dan membaca reaksi anak buahnya dengan baik. Selain itu, sekitar 48 persen atasan juga meninggalkan rapat tanpa tahu harus berbuat apa selanjutnya.
Mengejutkan bukan? The Driving Productivity Workplace menyimpulkan bahwa kurangnya kemampuan komunikasi atasan ini bisa berimbas pada kinerja karyawan. Karyawan bisa jadi menjadi tidak produktif atau terlalu takut untuk memberikan saran pada atasan.
Faktanya, survei yang dilakukan oleh DDI ini menemukan bahwa kebanyakan karyawan lebih baik mengalami demam atau mendapatkan surat tagihan daripada harus berbicara dengan bos mereka. Sekitar 60 persen karyawan mengaku bahwa manajer atau atasan mereka sering membuat mereka tak percaya diri. Selain itu, 52 persen karyawan juga mengatakan bahwa atasan mereka sangat jarang memberikan solusi masalah.
Bagaimana pendapat Anda tentang hasil penelitian di atas? Apakah atasan Anda termasuk komunikator yang buruk?
(mdk/kun)