Sejarah Gudeg, Makanan Manis Gurih Legendaris Yogyakarta yang Menggugah Selera dan Bikin Ketagihan
Kenali sejarah gudeg, makanan khas Yogyakarta yang manis dan gurih, serta bagaimana hidangan ini menjadi ikon kuliner Jogja yang mendunia.
Gudeg, makanan khas Yogyakarta yang berbahan dasar nangka muda, telah lama dikenal sebagai salah satu kuliner tradisional yang ikonik di Indonesia. Hidangan bercita rasa manis dan gurih ini tak hanya menggugah selera, tetapi juga menyimpan sejarah panjang yang erat kaitannya dengan kebudayaan Jawa. Bagi banyak orang, Yogyakarta bahkan sering disebut "Kota Gudeg" karena popularitas hidangan ini yang begitu melekat dengan identitas kota tersebut.
Awal Mula Gudeg
Meski belum ada bukti sejarah yang pasti mengenai asal usul gudeg, banyak cerita rakyat yang mengaitkan kelahiran hidangan ini dengan berdirinya Kesultanan Mataram pada akhir abad ke-16. Dalam salah satu legenda, disebutkan bahwa ketika prajurit Sultan Agung membuka hutan untuk mendirikan ibu kota Mataram di wilayah Yogyakarta, mereka kesulitan menemukan bahan pangan selain nangka dan kelapa yang tumbuh subur di hutan tersebut.
-
Bagaimana rasa gudeg di Gudeg Jogja Bu Iin? Gambar: YouTube Kubiler Rasa manis berpadu dengan pedas sangat lezat di lidah.
-
Apa menu andalan Gudeg Jogja Bu Iin? Kedai angkringan dengan menu andalan gudeg berserta masakan Jawa ini bernama Gudeg Jogja Bu Iin.
-
Siapa yang memberikan pendapat tentang rasa gudeg di Gudeg Jogja Bu Iin? “Ini kebetulan cocok dengan lidah aku, ya,” kata seorang pelanggan bernama Esih.
-
Apa itu Kue Goreng Gadong? Salah satu sajian tersebut adalah Kue Goreng Gadong. Makanan ini wajib dijajal ketika sedang berada di Medan dan sekitarnya.
-
Di mana Gudeg Jogja Bu Iin berada? Sebuah kedai angkringan di Perumahan Taman Kota, Jakarta Barat, menjadi buruan para pecinta kuliner di ibu kota.
-
Bagaimana cara membuat Gudeg? Siapkan panci, tata daun jati di dasar panci, kemudian masukkan nangka muda dan semua bumbu. Tuang santan cair dan juga air kelapa. Selanjutnya tutup kembali dengan daun jati dan tutup panci, masak sampai kuah sedikit menyusut.
Nangka muda yang keras tidak bisa dimakan langsung, sehingga mereka mencoba merebusnya dalam santan dan menambahkan rempah-rempah. Proses memasak yang lama ini dikenal dalam bahasa Jawa sebagai "hangudêk" atau "mengaduk," yang diyakini menjadi asal mula nama gudeg.
Gudeg bukanlah makanan yang bisa dimasak dengan cepat. Dibutuhkan waktu berjam-jam untuk mendapatkan tekstur dan rasa yang khas. Nangka muda yang menjadi bahan utama harus direbus lama dengan santan, gula kelapa, dan aneka rempah seperti bawang merah, bawang putih, lengkuas, dan daun salam. Warna cokelat pada gudeg biasanya dihasilkan dari penggunaan daun jati selama proses perebusan.
Selain nangka muda, penyajian gudeg juga tidak lepas dari pelengkap lainnya seperti telur pindang, ayam kampung, tahu atau tempe, serta sambal goreng krecek—rebusan kulit sapi yang dimasak dengan cabai dan santan. Kombinasi inilah yang menciptakan harmoni rasa manis, gurih, dan sedikit pedas dalam satu hidangan.
Jenis-Jenis Gudeg
Secara umum, gudeg terbagi menjadi dua jenis utama: gudeg basah dan gudeg kering. Gudeg basah memiliki kuah santan yang lebih banyak, memberikan tekstur yang lembut serta cita rasa gurih yang lebih kuat. Karena itu, gudeg basah biasanya disajikan langsung untuk dinikmati sebagai hidangan sehari-hari. Santan yang melimpah membuatnya lezat tetapi lebih cepat basi jika disimpan terlalu lama.
Sebaliknya, gudeg kering menggunakan santan yang lebih sedikit sehingga teksturnya lebih padat dan kering, serta lebih tahan lama. Hal ini membuat gudeg kering sering dijadikan oleh-oleh khas Yogyakarta.
- Mengenang Kegigihan Mbah Marto Rintis Warung Mangut Lele hingga jadi Kuliner Legendaris di Jogja
- Intip Rekomendasi Kuliner Enak di Yogyakarta, Cita Rasanya Begitu Menggugah Selera
- Mencicipi Gudeg Manggar yang Legendaris, Kuliner Unik Jogja yang Sudah Ada Sejak Era Kerajaan Mataram
- Mencicipi Lontong Tuyuhan, Kuliner Khas Rembang Simpan Makna Filosofis
Selain perbedaan antara gudeg basah dan kering, ada juga variasi regional antara gudeg Yogyakarta dan gudeg Solo. Gudeg Yogyakarta memiliki rasa yang lebih manis dan berwarna kemerahan karena penggunaan daun jati sebagai pewarna alami. Sedangkan gudeg Solo lebih gurih, lebih cair, dan berwarna pucat karena penggunaan santan yang lebih banyak tanpa daun jati.
Gudeg Sebagai Simbol Budaya dan Kuliner
Gudeg bukan hanya soal cita rasa, tapi juga simbol kebudayaan dan sejarah Yogyakarta. Hingga kini, banyak orang yang menjadikan gudeg sebagai salah satu daya tarik wisata kuliner utama ketika mengunjungi kota ini. Bahkan, kawasan Jalan Wijilan di Yogyakarta telah lama terkenal sebagai pusat penjualan gudeg, di mana banyak warung gudeg buka 24 jam untuk memenuhi hasrat para pecinta kuliner.
Kepopuleran gudeg juga menyebar ke berbagai daerah lain, termasuk Jakarta dan Surabaya. Kini, gudeg bisa ditemukan dengan mudah di berbagai restoran dan warung makan Jawa. Bahkan, ada juga gudeg kalengan yang dapat bertahan hingga satu tahun, memungkinkan penggemar gudeg di luar negeri seperti Malaysia dan Singapura tetap bisa menikmati hidangan khas ini.
Dari Rumah Tangga Hingga Industri Kuliner
Gudeg yang pada awalnya hanya dikenal sebagai makanan rumahan tradisional kini telah menjadi industri kuliner yang berkembang pesat. Gudeg kering, yang lebih tahan lama, menjadi solusi bagi wisatawan yang ingin membawa pulang hidangan khas Yogyakarta ini sebagai oleh-oleh. Kemasan gudeg yang unik, seperti penggunaan besek (wadah dari anyaman bambu) dan kendil (wadah dari tanah liat), menambah nilai estetik dan tradisional dari hidangan ini.
Selain itu, perkembangan industri makanan modern juga memungkinkan gudeg diproduksi dalam bentuk kalengan, memudahkan distribusi ke seluruh penjuru negeri bahkan hingga mancanegara. Meskipun gudeg kalengan tidak seotentik yang baru dimasak, inovasi ini memperpanjang umur simpan gudeg tanpa mengurangi esensi rasa dan tradisi yang melekat pada makanan tersebut.
Gudeg Lebih dari Sekadar Makanan
Gudeg bukan sekadar hidangan kuliner biasa. Hidangan ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya dan sejarah Yogyakarta. Dari proses pembuatannya yang rumit hingga variasi jenis dan cara penyajiannya, gudeg mencerminkan kekayaan kuliner dan tradisi masyarakat Jawa yang diwariskan turun-temurun.
Bagi masyarakat Yogyakarta, gudeg bukan hanya tentang makanan yang mereka konsumsi sehari-hari, tetapi juga simbol kebanggaan akan warisan kuliner leluhur mereka. Bagi para wisatawan, mencicipi gudeg saat berkunjung ke Yogyakarta bukan hanya tentang mengeksplorasi rasa, tetapi juga merasakan jejak sejarah dan budaya yang melekat pada setiap suapannya.