Cerita di Balik Gedung CC PKI
Di dinding ruang tamu Gedung CC PKI juga dipasang tiga foto besar: Panglima Besar Jenderal Soedirman (tokoh TNI), Ir. Anwari (tokoh PKI) dan Ki Hajar Dewantoro (tokoh pendidikan nasional).
Direncanakan menjadi salah satu kantor partai politik termegah, bekas kantor CC PKI kini dianggap sebagai tempat berhantu.
Penulis: Hendi Jo
-
Bagaimana Suparna Sastra Diredja tergabung dalam PKI? Pergerakannya yang masif bersama rakyat membuatnya banyak terlibat di Partai Komunis Indonesia terutama setelah pemilihan 1955. Di sana ia menjadi anggota dewan yang mengurusi konstitusi baru pengganti undang-undang dasar semetara.
-
Siapa yang menjadi tokoh penting dalam pergerakan nasional Indonesia, yang juga terlibat dalam berdirinya PKI? Alimin bin Prawirodirjo, Tokoh PKI yang Ditetapkan Sebagai Pahlawan Nasional Indonesia Seorang tokoh pergerakan nasional asal Surakarta ini terlibat aktif dalam pergerakan nasional Indonesia, organisasi politik maupun ikut serta dalam berdirinya PKI. Namanya mungkin tidak begitu dikenal masyarakat Indonesia, bahkan jarang sekali muncul di buku-buku sejarah. Namun, peran selama hidupnya cukup memberikan pengaruh besar terhadap bangsa dan negara ini.
-
Mengapa G30S PKI menjadi salah satu peristiwa kelam dalam sejarah Indonesia? Bagaimana tidak, G30S PKI dikenal sebagai salah satu upaya penghianatan besar yang pernah terjadi di Indonesia.
-
Bagaimana KEK Singhasari memanfaatkan sejarah? Keunggulan lain dari KEK Singhasari yakni adanya sektor pariwisata dengan tema heritage and sejarah. Hal ini dilatarbelakangi nilai situs sejarah kerajaan Singhasari.
-
Bagaimana TNI AU mengebom Purwodadi yang dikuasai PKI? TNI AU Mengebom Purwodadi yang dikuasai PKI. Serangan udara itu berhasil membuat pasukan PKI kocar-kacir dan batal melakukan eksekusi pada sejumlah tawanan. Kadet Udara I Aryono menerbangkan pesawat, sementara Kapten Mardanus duduk di belakangnya menjadi observer udara. Mereka terbang rendah kemudian menjatuhkan bom di komplek kantor kabupaten. Misi itu sukses.
-
Apa bukti sejarah yang menunjukan kebesaran Purnawarman? “Inilah (tanda) sepasang telapak kaki yang seperti kaki Dewa Wisnu (pemelihara) ialah telapak yang mulia sang Purnawarman, raja di negeri Taruma, raja yang gagah berani di dunia”.
GEDUNG tua nan kusam itu menjulang tinggi di pinggir Jalan Kramat Raya Jakarta. Dengan rerumputan liar dan lilitan akar pohon-pohon tumbuh di badannya, orang-orang sekitar menjulukinya sebagai sarang hantu.Tak ada yang berani merambah, sekalipun di halamannya.
"Ini gedung bekas kantor PKI. Angkernya luar biasa. Sudah banyak yang mencoba masuk tapi kebanyakan 'enggak kuat' dan malah kesurupan," ujar Jumali (59), tukang jahit keliling yang biasa mangkal di sebelah gedung tua tersebut.
Saat ini, gedung yang aslinya bernomor 81 itu tak bisa sembarang dimasuki orang. Guna keperluan pengambilan gambar saja, minimal harus mengurusi izin yang berliku kepada pihak-pihak tertentu. Salah satunya kepada pihak manajemen sebuah hotel berbintang yang terletak persis di sampingnya.
"Ya katanya sih sudah dijual kepada mereka. Entah mau dibikin restoran atau hotel lagi, kurang jelas ..." kata Jumali.
Commite Central PKI mulai membangun gedung yang rencananya akan dibuat megah itu pada sekitar 1962. Sebelumnya mereka berkantor di di Gang Lontar (sekarang Jalan Kramat Lontar) bareng dengan Committee Daerah BesarJakarta Raya. Merasa harus terpisah, maka CC PKI berinisiatif membuat patungan nasional di antara anggotanya. Setelah terkumpul, hasil patungan itu ternyata bisa membeli sebidang tanah di pinggir Jalan Kramat Raya pada 1954.
Menurut Achmad, sebelum dibeli CC PKI tanah itu ditempati oleh seorang pedagang Tionghoa dan seorang pedagang Arab. Mereka masing-masing menjual barang-barang kelontongan serta alat-alat rumah tangga seperti ranjang, kasur dan lain-lain.
"Tanah itu lalu dibeli oleh CC PKI dengan harga yang disepakati," ungkap lelaki kelahiran Jakarta pada 1932 itu.
CC PKI lantas memperluas kepemilikan tanahnya hingga 3 hektare. Tanah seluas itu membentang dari Gang Sentiong (sekarang Jalan Kramat Sentiong) hingga Gang Lontar dan memiliki batas memanjang ke belakang hingga rel kereta api. Rencananya selain kantor pusat, PKI juga akan membangun lapangan olahraga dan perumahan untuk para pegawai CC PKI. Pembangunan itu konon akan melibatkan arsitek-arsitek dari Uni Soviet.
Namun soal ini dibantah oleh Martin Aleida, ex wartawan Harian Rakyat – surat kabar yang berafiliasi dengan PKI. Tidak ada keterlibatan negara lain dalam rencana pembangunan itu.
"Sepengetahuan saya, arsiteknya adalah Ir. Sakirman, tokoh PKI yang juga merupakan adik dari Mayor Jenderal Siswondo Parman," ungkap Martin.
Proyek raksasa pembangunan infrastruktur kaum komunis itu sendiri, baru berjalan pada 1962. Dimulai dengan renovasi Gedung CC PKI dari satu lantai menjadi enam lantai. Lantas seperti apa interior kantor kaum merah itu?
Sebagai eks sekretaris CC PKI, Siswoyo memiliki kenangan tersendiri mengenai situasi dalam kantor-nya tersebut. Menurutnya, interior kantor CC PKI sangat artistik. Di seputar ruang tamu dihiasi dengan berbagai relief dan patung karya para seniman komunis dari Yogyakarta. Dan yang tak banyak orang luar PKI tahu, di dinding ruang tamu Gedung CC PKI juga dipasang tiga foto besar: Panglima Besar Jenderal Soedirman (tokoh TNI), Ir. Anwari (tokoh PKI) dan Ki Hajar Dewantoro (tokoh pendidikan nasional).
"Pak Dirman dan Ki Hajar Dewantoro itu adalah orang-orang Indonesia yang hebat. Sebagai penghormatan terhadap sikap konsisten dan prestasi perjuangan para tokoh di luar golongan kami, PKI memasang gambar mereka di Kantor CC PKI," ujar Siswoyo dalam biografi politiknya, Siswoyo dalam Pusaran Arus Sejarah Kiri (disusun Joko Waskito).
Sebagai partai kader sekaligus partai massa, PKI tentu saja mengupayakan munculnya simpati dari masyarakat. Guna mewujudkan itu, CC PKI kerap mengadakan bakti sosial. Masih segar dalam ingatan Achmad, hampir menjelang hari-hari besar nasional seperti lebaran, natal dan memperingati hari kemerdekaan, partai berlambang palu arit itu kerap mengadakan pembagian sembako gratis dan bazar murah. Mereka juga kerap memberikan hiburan gratis kepada masyarakat sekitar.
"Biasanya lewat pengadaan kegiatan pentas seni rakyat di depan kantor mereka," ujar lelaki Betawi itu.
Sebelum meletus Insiden 30 September 1965, hubungan PKI dengan masyarakat sekitar bisa dikatakan baik-baik saja. Namun demikian, menurut Dadi, tak ada satupun orang-orang asli Gang Lontar yang kepincut aktif di PKI. Bisa jadi itu dikarenakan orang-orang Gang Lontar sempat meyakini isu bahwa orang-orang PKI itu enggak bertuhan.
"Ya walau gimane, orang-orang Betawi itu kan Islam-nye fanatik ye. Jadi istilah kate mereka mau bagi-bagi bantuan kite terima aja deh, tapi kalau mereka mau mengaruhi kite, pastinye kagak dapet…" ujar Dadi, kelahiran Gang Lontar 72 tahun lalu itu.
Menurut Dadi, tak banyak orang saat itu menyangka pembangunan kantor CC PKI hanya akan sampai lantai empat saja. Seminggu setelah para jenderal dibunuh di Lubang Buaya, gedung tersebut diserbu dan dibakar oleh ribuan massa anti komunis. Berbagai aset partai pun musnah, termasuk dokumen-dokumen penting. Seiring dibubarkannya PKI, Gedung CC-pun menjadi 'fosil' dengan sendirinya.
"Sekarang mungkin hanya hantu-hantu yang betah tinggal di sana," kata Jumali sambil tertawa lebar.
(mdk/noe)