Cerita di Balik Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro Yang Fenomenal
Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro menjadi salah satu karya terbaik Raden Saleh. Bagaimana kisah di baliknya?
Lukisan itu menjadi salah satu karya terbaik Raden Saleh. Bagaimana kisah di baliknya?
Cerita di Balik Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro yang Fenomenal
Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro Diselesaikan Raden Saleh Tahun 1857
Lukisan itu menjadi antitesis dari lukisan seorang pelukis Belanda bernama Nicolaas Pieneman. Penangkapan Diponegoro menggambarkan adegan yang berlawanan dengan yang dilukis Belanda.
-
Kapan Raden Saleh menyelesaikan lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro? Tahun 1857, selesailah lukisan fenomenal tersebut.
-
Apa yang Raden Saleh lukis sebagai jawaban atas lukisan Pieneman? Lewat karya seni Raden Saleh menjawab adegan yang dilukis oleh Nicolaas Pieneman.
-
Kapan Letjen Muhammad Saleh Mustafa menjabat sebagai Pangkostrad? Letnan Jenderal TNI Muhammad Saleh Mustafa adalah seorang perwira tinggi TNI AD yang saat ini mengemban amanat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat atau Pangkostrad sejak Desember 2023 lalu.
-
Kapan Raden Rakha lahir? Raden Rakha memiliki nama lengkap Raden Rakha Daniswara Putra Permana. Ia lahir pada 16 Februari 2007 dan kini baru berusia 16 tahun.
-
Bagaimana Raden Saleh melukiskan Jenderal De Cock di lukisannya? Raden Saleh menempatkan Diponegoro dan Jenderal De Cock dalam satu tingkat tangga yang sama. Berbeda dengan Pieneman yang melukis Diponegoro berada lebih rendah.
-
Apa yang Raden Saleh temukan di wilayah yang pernah ia jelajahi? Meskipun detail mengenai metode penggalian yang dilakukan oleh Raden Saleh masih belum jelas, keberadaan fosil mamalia laut yang ditemukan di wilayah yang pernah dijelajahi olehnya menunjukkan kontribusinya yang signifikan.
Dalam Lukisan Pieneman, Pangeran Diponegoro Tampak Pasrah Menghadapi Peristiwa Itu,
Jenderal De Cock Terlihat Jumawa dan Berdiri Dengan Pongah, Lebih Tinggi dari Diponegoro
Dalam Lukisan Raden Saleh, Pangeran Diponegoro Tampak Berdiri Dengan Sikap Menantang
Tangannya terkepal dengan kepala mendongak. Wajahnya tak sedikit pun menunjukkan rasa takut. Sementara orang-orang Belanda yang culas digambarkan dengan kepala besar dan wajah tanpa ekspresi.
Awal Raden Saleh Memutuskan Melukis Penangkapan Diponegoro
Raden Saleh mengetahui wafatnya Pangeran Diponegoro dari sebuah artikel tanggal 3 Februari 1855. Sesaat setelah itu, dia memutuskan untuk melukis penangkapan pejuang Perang Jawa tersebut. Raden Saleh meminta izin pemerintah Belanda untuk melakukan penelitian ke Magelang. Tempat penangkapan Diponegoro di kediaman Residen Kedu. Namun Pemerintah Kolonial tidak memberikan izin.
Sosok Diponegoro Erat Kaitannya Dengan Pribadi Raden Saleh.
Saudara Sepupu Raden Saleh, Raden Sukur dari Semarang berjuang di barisan Diponegoro melawan Belanda, Paman Raden Saleh, Suradimanggala dan putera keduanya ditangkap Belanda dan diasingkan.
Setelah bercerai dengan istri pertamanya yang orang Eropa, Raden Saleh menikahi Raden Ayu Danudiredjo.
Istri Kedua raden Saleh pun Masih Keturunan Salah Satu Panglima Perang Diponegoro
Pria yang menunduk, menandakan dukacita atas peristiwa ditangkapnya Pangeran Diponegoro.
- Hasil Kerja Keras Jadi Penyanyi di Indonesia, Potret Rumah Jirayut yang Luas Bergaya Modern
- Potret Miris Makam Pelukis Fenomenal Sahabat Soekarno, Terbengkalai Tak Terurus di Perkampungan
- Kanker Paru-Paru Jadi Penyebab Kematian Terbanyak di Dunia, Apa Solusinya?
- Potret Terbaru Jenderal Kopassus Peraih Gelar 3 Lulusan Terbaik, Kini Pendidikan di Lemhannas
Konon Raden Saleh Melukis Dirinya Sendiri Dalam Lukisan Diponegoro
Lukisan Yang Telah Selesai, Kemudian Diserahkan Pada Raja Willem III.
Tak dijelaskan apakah Raja Belanda itu benar-benar meneliti setiap detilnya, karena Sang Raja bukan orang yang menyukai seni. Lukisan tersebut kemudian masuk ke ruangan rumah jompo militer di Broenbeek. Dari sana, tahun 1975 lukisan itu sampai di Indonesia sebagai hadiah dari keluarga kerajaan Belanda. Kini lukisan tersebut disimpan di Istana Presiden Yogyakarta.