Cerita Wihara Avalokitesvara di Banten, Dibangun Sunan Gunung Jati dan Layani 3 Agama
Banyak cerita menarik yang lahir dari tempat ibadah yang terletak di Jalan Tubagus Raya Banten, Kawasan Banten Lama, Kecamatan Kasemen, Kota Serang tersebut. Bahkan kehadirannya sangat berkaitan erat dengan Sunan Gunung Jati. Di mana dirinya lah yang menginisiasi pembangunan sebagai hadiah bagi warga Tionghoa di sana.
Sebagai salah satu tempat ibadah, kehadiran Wihara Avalokitesvara banyak mendapat sorotan karena kisah uniknya yang melegenda.
Banyak cerita menarik yang lahir dari tempat ibadah yang terletak di Jalan Tubagus Raya Banten, Kawasan Banten Lama, Kecamatan Kasemen, Kota Serang tersebut.
-
Bagaimana para jawara Banten mendapatkan kekuatannya? Kekuatan magis yang dimiliki para jawara ini bersumber dari para kiai melalui bimbingan khusus. Ilmu-ilmu yang dimanfaatkan untuk memukul mundur penjajah di antaranya brajamusti, kanuragan, dan ilmu kebal.
-
Apa saja yang ditemukan di Situs Banten Girang sebagai bukti peradaban di masa lampau? Di area tersebut terdapat kompleks bangunan, arca hingga makam dari tokoh agama yang cukup berpengaruh kala itu.
-
Kenapa Banten disebut tanah jawara? Para jawara berada di bawah komando para ulama dan kiai yang saat itu menjadi sumber kekuatan sosial dan spiritual di Banten. Para kiai ini memiliki dua kategori murid, yang pertama adalah para santri yang terus masif menyebarkan agama Islam untuk mengusir penjajah. Lalu murid kedua adalah para jawara yang fokus menangani perlawanan secara fisik dan spiritual.
-
Bagaimana pernyataan tersebut dibantah? Seorang dokter kulit di negara bagian Maryland, AS yang berspesialisasi dalam terapi cahaya untuk penyakit kulit membantah klaim kacamata hitam yang dikaitkan dengan kanker."Apakah kacamata hitam yang menghalangi sinar UV bersifat melindungi? Ya. Apakah ada bukti bahwa memakai kacamata hitam berbahaya bagi kesehatan mata atau kulit? Tidak," dikutip dari AFP.
-
Apa isi dari surat kabar *Bataviasche Nouvelles*? Mengutip dari berbagai sumber, isi konten tulisan yang ada di surat kabar Bataviasceh Nouvelles ini mayoritas adalah iklan. Ada pula beberapa terbitannya juga memuat aneka berita kapal dagang milik VOC.
-
Apa yang diterima Pemprov Jateng dari Balai Bahasa? Pada Kamis (10/8), Pemprov Jateng menerima hibah dari Balai Bahasa berupa bangunan gedung permanen dan perangkatnya.
Bahkan kehadirannya berkaitan dengan salah satu wali yang berpengaruh di Pulau Jawa, yakni Sunan Gunung Jati. Di mana dirinya lah yang menginisiasi pembangunan sebagai hadiah bagi warga Tionghoa di sana.
Hingga kini, Wihara Avalokitesvara masih menjadi salah satu bukti tingginya pesan toleransi di wilayah Provinsi Banten. Hal ini karena bisa didatangi oleh kalangan masyarakat tanpa memandang suku hingga agama apapun. Melansir dari berbagai sumber pada Rabu (8/9), berikut kisah uniknya.
Melayani Tiga Agama Sekaligus
©2021 Youtube Master Ong/editorial Merdeka.com
Salah satu kisah unik dari Wihara Avalokitesvara adalah fungsinya yang ternyata diperuntukkan bagi tiga kepercayaan di Banten yakni Kong Hu Cu, Taoisme, dan Buddha.
Mengingat praktik keagamaan berlaku untuk tiga kepercayaan, maka rumah ibadah ini juga dikenal dengan nama Klenteng Tri Dharma yang mengacu kepada tiga penganut agama di Wihara Avalokitesvara.
Melansir laman Indonesia Kaya, saat ini kawasan tersebut termasuk dalam cagar budaya di Provinsi Banten dengan fungsi lainnya sebagai lokasi wisata religi yang ramai didatangi warga saat hari libur.
Hadiah Dari Sunan Gunung Jati
Seperti telah disinggung sebelumnya, Wihara Avalokitesvara memiliki catatan sejarah yang amat panjang sejak zaman Sunan Gunung Jati menyebarkan agama Islam di wilayah Banten dan Jawa Barat.
Sebagaimana dimuat di kanal Good News From Indonesia, mulanya wihara atau kelenteng ini merupakan hadiah yang diberikan Sunan Gunung Jati kepada para pengikut Putri Ong Tien.
Ketika itu, pengembara asal Tiongkok tersebut tengah singgah di Banten, saat hendak melakukan praktik dagang dari China ke Surabaya.
Melihat prospek yang menguntungkan, rombongan Putri Ong Tien pun memutuskan untuk singgah lebih lama. Karena ada perbedaan ras dan agama, keberadaannya sempat dikecam warga Banten.
Saat itu Sunan Gunung Jati mengambil peran untuk memediasi hingga masyarakat sepakat bahwa rombongan asal China itu tidak akan melakukan hal yang mengancam.
Dari situ, Putri Ong Tien akhirnya mau diajak untuk masuk ke Agama Islam dengan kesadarannya dan Sunan Gunung Jati menghadiahkan sebuah bangunan Klenteng dengan persetujuan warga Banten untuk para pengawal setia Ong Tien melaksanakan ibadah.
Berjasa Mengusir Wabah Penyakit di Banten
Sebagaimana dikisahkan di laman Historia, Wihara Avalokitesvara di masa lampau pernah turut berjasa dalam penanganan wabah di wilayah Banten yang resahkan warga.
Saat itu banyak warga di sana yang menjadi korban serangan massal wabah penyakit perut tersebut.
Atas inisiatif para penganut di wihara, mereka melakukan ritual keagamaan sebagai upaya mengusir wabah secara spiritual. Berdasarkan catatan Buku Pemetaan Kerukunan Umat Beragama di Banten, wabah tersebut terjadi di Cirebon dan Banten sekitar tahun 1772-1773 dan 1805-1806.
Atas keberhasilan itu, Sultan Abdul Mufakar yang tengah berkuasa menghadiahkan sebidang tanah untuk kebutuhan perluasan dan operasional Wihara Avalokitesvara.
"Ternyata usai dilakukan praktik keagamaan dengan mengarak patung Dewi Kwan Im, wabah penyakit tersebut hilang. Dari situ warga Banten bisa kembali melakukan aktivitas seperti biasa," ujar Asaji Manggala Putra, Humas Wihara Avalokitesvara.
Lindungi Warga dari Bencana Alam
©2021 Youtube Master Ong/editorial Merdeka.com
Fakta menarik lainnya diketahui jika wihara yang dibangun di lahan seluas 10 hektare tersebut dikisahkan pernah menjadi penyelamat warga Banten dari dampak bencana alam yakni gelombang tsunami dan letusan Gunung Krakatau pada tahun 1883.
Saat itu banyak warga yang terdampak bencana melakukan perlindungan di lokasi tersebut, sehingga nyawa mereka terselamatkan.
Sebagai bangunan bersejarah, Wihara Avalokitesvara juga banyak memiliki corak khas salah satunya bentuk gerbang dengan atap berhiaskan dua naga memperebutkan mustika sang penerang (matahari). Kemudian ada juga seperti yang terlihat di sisi kanan dan kiri bangunan di mana terdapat patung dewa yang berjumlah 16 dan tiang batu yang berukir naga.