Situs Tingkip, Peninggalan Masa Hindu-Buddha yang Ditemukan Melalui Mimpi
Salah satu peninggalan sejarah yang berada di Provinsi Sumatera Selatan ini bercorak agama Buddha sederet dengan situs Candi Lesungbatu.
Salah satu peninggalan sejarah yang berada di Provinsi Sumatera Selatan ini bercorak agama Buddha sederet dengan situs Candi Lesungbatu.
Situs Tingkip, Peninggalan Masa Hindu-Buddha yang Ditemukan Melalui Mimpi
Pulau Sumatera menjadi salah satu pintu gerbang peradaban Indonesia dari dunia luar, mulai dari perdagangan, hingga budaya ada di wilayah ini. Lebih dari itu, situs-situs purbakala berharga turut ditemukan di pulau tersebut.
Seperti di Desa Lesung Batu Muda, Kecamatan Rawas Ulu, Kabupatan Musi Rawas Utara Provinsi Sumatera Selatan terdapat sebuah peninggalan masa lalu berupa situs bernama Candi Tingkip. (Foto: kebudayaan.kemdikbud.go.id)
-
Bagaimana Arca Buddha Bukit Siguntang ditemukan? Pada tahun 1920-an di lereng selatan bukit ini ditemukan arca Buddha bergaya Amarawati.
-
Dimana Candi Jabung berada? Candi yang terletak di Desa Jabung, Kecamatan Paiton, Kabupaten Probolinggo ini dikenal dengan nama Candi Jabung.
-
Siapa yang menemukan Candi Rimbi? Runtuhan Candi Rimbi ditemukan oleh Alfred Wallace yang melewati tempat itu saat mengoleksi tanaman di Wonosalam sekitar akhir abad 19.
-
Kapan Candi Ngempon ditemukan? Menurut sejarahnya, candi ini ditemukan pertama kali pada tahun 1952 oleh seorang petani bernama Kasri.
-
Dimana Candi Bogang ditemukan? Kini situs penemuan arca Buddha raksasa itu dinamakan Situs Candi Bogang, letaknya di Desa Selomerto, Wonosobo.
Masih dalam satu wilayah yang sama, terdapat 3 buah situs bercorak Hindu-Buddha mulai dari Bingin Jungut, Lesung Batu, dan juga Tingkip yang letaknya berada tepat di daerah aliran Sungai Musi dan Sungai Rawas.
Ditemukan Berdasarkan Mimpi
Dilansir dari situs giwang.sumselprov.go.id, Situs Candi Tingkip ini sudah ditemukan oleh peneliti sejak pertengahan tahun 1981. Bukan hanya situsnya saja, di dalamnya terdapat sebuah arca Buddha yang terbuat dari batu.
Uniknya, arca Buddha ini ditemukan oleh seorang ibu-ibu bernama Siti Nurbaya berdasarkan mimpi. Kemudian, ia bersama penduduk sekitar melakukan penggalian untuk mengangkat arca tersebut.
Tidak diketahui pasti apakah asal-usulnya sesuai atau tidak, tetapi situs ini memang memiliki corak agama Buddha yang begitu terlihat jelas, sama seperti kedua situs lainnya.
Replika Gunung Meru
Orang zaman dahulu menganggap jika Candi Tingkip ini digambarkan sebagai replika Gunung Meru. Kemudian, di sekeliling candi terdapat aliran sungai yang disimbolkan sebagai sebuah samudra yang memutarinya.
Gunung Meru dianggap sebagai suatu upaya mewujudkan kesejajaran antara Mikrokosmos dan Makrokosmos. Candi Tingkip sendiri menjadi bagian bangunan masif, tanpa bilik, dan terbuka seperti candi-candi bercorak Buddha lainnya.
Dekat dengan Sumber Daya Alam
Melihat letak Candi Tingkip yang tidak begitu jauh dengan sumber daya alam, kemungkinan besar pembangunan situs ini memang disengaja agar dekat dengan aliran sungai.
Dengan sumber air yang dekat dengan candi, menimbulkan dugaan jika sedang mengadakan upacara keagamaan masyarakat akan mudah untuk mencari air untuk keperluan ibadah.
Arca Buddha Abad ke-6
Melansir dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, ada pula arca Buddha tersebut digambarkan berdiri pada padmasāna (bantalan teratai) dengan sikap tangannya witarkamudrā yang diarahkan ke depan.
Lalu memakai jubah yang digambarkan transparan menutup kedua bahunya. Tinggi arca keseluruhan 172 cm. Jika dilihat dari posisinya, arca ini termasuk kelompok pre-angkor yang sudah berkembang pada abad 6 sampai 7 masehi.