Didatangi dan Dijemput Tentara, Bung Tomo Sampai Ambil Pistol dan Istri Ketakutan
Suatu malam, pagar rumah Bung Tomo diketok-ketok orang tak dikenal. Tak digubris, suara ketukan tersebut berubah menjadi suara ambrukan gerbang pintu rumah Bung Tomo.
Satu pekan sebelum peristiwa pembantaian para jenderal dalam Gerakan 30 September atau lebih dikenal G30S. Seorang teman bernama Musa datang ke rumah Bung Tomo.
Dia menyampaikan kabar kondisi negara yang sudah genting. Terutama di Jakarta.
-
Siapa yang meneliti sejarah Sidoarjo? Mengutip artikel berjudul Di Balik Nama Sidoarjo karya Nur Indah Safira (Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo, 2000), Kabupaten Sidoarjo terkenal dengan sebutan Kota Delta yang merujuk pada sejarah daerah ini yang dulunya dikelilingi lautan.
-
Di mana sejarah terasi dapat ditelusuri? Sejarah terasi di kawasan Cirebon dapat ditelusuri hingga masa kekuasaan Pangeran Cakrabuana, yang memainkan peran penting dalam perkembangan kawasan tersebut.
-
Apa yang dilakukan seniman AI itu pada tokoh-tokoh sejarah? Gambar-gambar tersebut menunjukkan Mahatma Gandhi dalam avatar berotot, Albert Einstein dengan tubuh kekar, dan Rabindranath Tagore memamerkan fisik berototnya.
-
Bagaimana KEK Singhasari memanfaatkan sejarah? Keunggulan lain dari KEK Singhasari yakni adanya sektor pariwisata dengan tema heritage and sejarah. Hal ini dilatarbelakangi nilai situs sejarah kerajaan Singhasari.
-
Bagaimana Asisi Suharianto menyajikan kisah-kisah sejarah? Asisi dan sang istri pun mendapatkan pengalaman luar biasa selama keliling dunia. Keduanya bertemu dengan saksi mata maupun para korban perang masa lalu di beberapa negara.
-
Bagaimana cara sejarawan menentukan kebenaran sebuah peristiwa sejarah? Sejarah menggunakan metode ilmiah dan analisis kritis untuk menilai keandalan sumber dan menyusun narasi yang berdasarkan bukti.
Bung Tomo bersama keluarganya diminta segera meninggalkan rumahnya. Karena akan terjadi pemberontakan dari Partai Komunis Indonesia (PKI) dan kondisi Jakarta tak aman.
"Sebentar lagi pemberontakan PKI akan meletus. Sebaiknya mas ngungsi saja dengan keluarga keluar kota. Sungguh di dalam kota Jakarta akan tidak aman bagi mas," kata Musa, kerabat Bung Tomo yang ditulis oleh Sulistina dalam buku Bung Tomo Suamiku.
Rumah Bung Tomo Didatangi Tentara
Bung Tomo menolak saran dari kawannya. Dia menganggap jauh lebih aman di dalam kota. Alasannya, lebih mudah mengetahui kondisi yang sebenarnya terjadi.
Benar saja, sepekan kemudian pemberontakan benar-benar meletus. Malam saat penculikan, Bung Tomo dan keluarga berada di rumah tidak mendengar suara apapun. Padahal rumah Bung Tomo dekat dengan rumah Jenderal Suprapto dan Jenderal Ahmad Yani.
Ketika pagi hari, Bung Tomo dan keluarga baru mendengar kabar bahwa 7 jenderal TNI diculik dan dibunuh. Kejadian tersebut membuat Bung Tomo dan keluarga makin waspada.
Suatu malam, pagar rumah Bung Tomo diketok-ketok orang tak dikenal. Tak digubris, suara ketukan tersebut berubah menjadi suara ambrukan gerbang pintu rumah Bung Tomo.
Mendengar itu, Bung Tomo segera mengambil pistolnya. Dia meminta istri dan anak-anaknya bersembunyi. Mendengar pintu diketuk kembali, Sulistina istri Bung Tomo memberi isyarat pada suaminya. Sulistina akan membuka pintu.
Seorang berpangkat kapten dan beberapa anak buahnya berdiri di depan pintu. Saat ditanya oleh Sulistina, mereka justru balik bertanya mencari Bung Tomo.
"Saya disuruh jemput Pak Tomo," ucap seorang berpangkat kapten tersebut.
Bukan PKI
Pikiran Sulistina kacau, segala kemungkinan buruk muncul. Dia takut suaminya akan dibunuh seperti para jenderal di hari sebelumnya.
"Bu ini penting, demi keselamatan Bapak, kita bukan PKI," Tambahnya.
Kemudian, Bung Tomo keluar dengan siaga membawa pistolnya. Sang kapten tadi memberikan hormat kepada Bung Tomo.
"Pak, saya disuruh atasan untuk membawa bapak malam ini juga. Harap bapak membawa pakaian secukupnya. Ibu tak perlu khawatir … besok akan dapat kabar di mana tempat bapak berada."
Akhirnya Bung Tomo ikut dibawa. Kepergian Bung Tomo membuat Sulistina merasa tidak tenang. Dia hanya bisa berharap sang suami tidak dibawa oleh gerombolan pemberontak.
Mencari Bung Tomo
Pagi hari setelah kejadian dibawanya Bung Tomo, dengan mata masih sembab, Sulistina ditemani anak-anaknya yang masih kecil pergi mencari suaminya.
Dia menyambangi semua rumah teman-teman tentara yang dikenalnya. Tapi tak ada satupun yang tahu. Sulistina memutuskan menyambangi Kostrad di jalan Merdeka Timur. Di sana dia menunggu sangat lama. Tak ada jawaban sama sekali atas pertanyaannya. Sampai seorang Letkol keluar dan menghampirinya.
"Bilang kek dari tadi istri Bung Tomo. ‘Kan saya tahu persoalannya. Sekarang beliau ada di kompleks perwira blok P. Ibu boleh menengok bapak sebebas-bebasnya," tutur sang Letkol.
Mendengar hal itu, Sulistina merasa lega. Dengan segera dia bawa anak-anaknya menuju kompleks perwira blok P untuk menemui suaminya, Bung Tomo.
Diantar oleh ajudan jenderal Sarbini, Sulistina dan anak-anaknya bertemu Bung Tomo. Bung Tomo ditempatkan di sebuah rumah bersama satu pengawal.
Reporter Magang: Ita Rosyanti