Mengapa Tubuh Kita Membatu dn Diam Tak Bergerak saat Ketakutan?
Pada saat kita ketakutan, salah satu hal yang biasa terjadi adalah tubuh menjadi membeku atau membatu tak bergerak.
Ketika dihadapkan dengan situasi berbahaya, sebagian besar dari kita membayangkan akan bertindak dengan berani—melawan atau melarikan diri dari ancaman. Namun, kenyataannya tidak selalu demikian. Dalam situasi yang penuh ketakutan, seringkali tubuh kita justru membeku, membuat kita tidak bisa bergerak atau berkata-kata. Fenomena ini sering menimbulkan kebingungan dan penyesalan, dengan pertanyaan "Mengapa saya hanya berdiri diam?"
Reaksi tubuh terhadap ketakutan ini, yang disebut sebagai "freeze response" atau respons membatu, adalah bagian dari mekanisme pertahanan alami tubuh kita. Meski tampaknya tidak produktif, reaksi ini adalah upaya otak kita untuk membantu, bukan menghambat.
-
Bagaimana tubuh bereaksi saat orang malu? Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Psychological Science menemukan bahwa orang yang merasa malu lebih cenderung memerah dan berkeringat daripada orang yang tidak merasa malu.
-
Mengapa merinding bisa muncul saat takut? Ketika mamalia merasa terancam, bulu mereka berdiri untuk membuat mereka terlihat lebih besar dan lebih menakutkan bagi predator.
-
Apa yang terjadi saat merinding? Merinding adalah fenomena yang sering dialami oleh banyak orang dalam berbagai situasi, seperti saat merasa kedinginan atau ketakutan.
-
Kenapa tubuh harus tetap bugar? Tubuh yang bugar adalah kondisi tubuh manusia yang mampu melakukan kegiatan sehari-hari dengan penuh energi dan setelah menyelesaikan kegiatan tersebut masih memiliki semangat dan tenaga cadangan untuk menikmati waktu senggang dan siap melakukan kegiatan lain yang mendadak atau tidak terduga.
-
Bagaimana proses tubuh merespon cemas dengan mual? Ketika stres atau cemas, tubuh akan melepaskan aliran hormon. Intinya, kecemasan dapat memengaruhi hampir setiap sistem tubuh.
-
Apa penyebab badan tiba-tiba menggigil? Badan yang tiba-tiba menggigil bisa menjadi tanda bahwa tubuh sedang merespons suatu kondisi tertentu. Badan yang tiba-tiba menggigil bisa menjadi tanda bahwa tubuh sedang merespons suatu kondisi tertentu. Menggigil merupakan reaksi alami tubuh untuk menghasilkan panas ketika suhu tubuh turun atau ketika tubuh mengalami infeksi.
Apa yang Membuat Kita Membatu?
Dilansir dari Mental Floss, reaksi membatu saat ketakutan pertama kali mendapatkan perhatian ilmiah pada tahun 1915 oleh fisiolog Walter Bradford Cannon, yang menciptakan istilah "fight or flight" untuk menjelaskan dua respons utama terhadap ancaman: melawan atau melarikan diri. Namun, di balik dua respons tersebut, ada satu reaksi lain yang sering terlupakan, yaitu membatu. Pada 1970-an, psikolog Gordon G. Gallup Jr. mulai mengaitkan tonic immobility—ketidakmampuan bergerak yang dialami hewan ketika berhadapan dengan predator—dengan respons manusia terhadap ketakutan.
Saat kita merasa terancam, otak memulai reaksi berantai. Amygdala, bagian otak yang bertanggung jawab atas persepsi rasa takut, mengirim sinyal ke hipotalamus, yang kemudian mengatur kimia tubuh dan otak. Hipotalamus merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan hormon stres seperti adrenalin, yang memicu sistem saraf otonom kita.
Sistem saraf otonom terdiri dari dua komponen: sistem saraf simpatis dan parasimpatis. Sistem simpatis bertanggung jawab atas tindakan—ketika sistem ini dominan, kita merasa energi meningkat, mengarahkan kita untuk melawan ancaman atau melarikan diri. Di sisi lain, sistem parasimpatis memiliki fungsi sebaliknya. Ketika dominan, sistem ini membuat tubuh tetap tenang dan diam, menyebabkan respons membatu.
Dalam respons membatu, tubuh dan otak kita bekerja untuk mengevaluasi ancaman. Ini setara dengan menekan tombol “pause” sebelum bertindak. Pendengaran kita menjadi lebih tajam, detak jantung melambat untuk menghemat energi, dan persepsi rasa sakit sering berkurang. Semua ini terjadi dalam sekejap, sebelum otak kita memiliki waktu untuk berpikir rasional. Dengan kata lain, membatu bukanlah pilihan yang disengaja, melainkan respons refleks yang dikendalikan oleh bagian otak yang berevolusi untuk melindungi kita dari predator.
Bisakah Kita Menghentikan Respons Membatu?
Meskipun siapa pun dapat mengalami respons membatu, orang yang memiliki riwayat trauma masa kecil atau kecemasan lebih rentan terhadap reaksi ini. Pada tahun 2024, peneliti dari Universitas Tulane menemukan jalur kimia baru di otak tikus yang mengatur perpindahan dari respons membatu ke respons melarikan diri. Penemuan ini dapat membantu ilmuwan memahami mekanisme serupa di otak manusia, yang berpotensi membuka jalan bagi pemahaman lebih lanjut mengenai kondisi-kondisi yang dipicu oleh trauma, seperti PTSD (gangguan stres pascatrauma).
Walaupun kita belum bisa secara sadar menghentikan reaksi membatu, kita dapat melatih otak kita agar tidak bereaksi secara refleks terhadap situasi yang tidak benar-benar mengancam. Respons melawan, melarikan diri, atau membatu tidak selalu dipicu oleh bahaya nyata; kadang-kadang, hanya memikirkan situasi yang penuh tekanan sudah cukup untuk membuat amigdala kita merespons seolah-olah itu adalah ancaman bagi hidup kita.
Bagi banyak orang, reaksi membatu sering disalahartikan sebagai kelemahan atau kegagalan pribadi. Perasaan bersalah dan frustrasi yang muncul setelahnya hanya membuat stres semakin buruk. Namun, memahami sains di balik respons ini dapat membantu kita memproses apa yang sedang terjadi di tubuh kita. Memahami bahwa reaksi ini adalah bagian dari mekanisme pertahanan kita adalah langkah pertama untuk mengenali dan keluar dari "mode beku."
Meskipun tidak selalu masuk akal bagi otak yang berpikir rasional, respons membatu adalah salah satu cara otak kita berusaha melindungi diri. Amygdala, sebagai pusat ketakutan di otak, tidak beroperasi berdasarkan logika, tetapi berdasarkan naluri bertahan hidup. Meskipun respons ini bisa membuat kita merasa tidak berdaya, penting untuk diingat bahwa tubuh kita hanya berusaha membantu kita dengan cara yang telah berevolusi selama ribuan tahun.