Khawatir Ditangkap Tentara Inggris, Presiden RI Mengungsi ke Pesantren
Mereka ditempatkan di suatu rumah tersendiri dengan dijaga oleh Muntoyo, sopir sekaligus anggota Polisi Istimewa yang menjadi pengawal Bung Karno.
Karena aktivitas politiknya di era pemerintah militer Jepang, Bung Karno sempat diincar militer Inggris untuk dibawa ke pengadilan penjahat perang. Situasi yang membuatnya pergi ke Sukanagara.
Oleh: Hendi Jo
-
Dimana Soekarno diasingkan? Penganan Pelite rupanya juga menjadi kue favorit Bung Karno saat berada dipengasingan di Kota Muntok sekitar tahun 1949.
-
Bagaimana Soekarno mempelajari bahasa Sunda? Inggit didapuk jadi penerjemah Bahasa Sunda masyarakat, dan membantu Soekarno saat kesulitan mengucap Bahasa Sunda.
-
Apa pekerjaan pertama Soekarno di Surabaya? Kota Surabaya menjadi tempat pertama kali belajar agama, menikah, dan bekerja. Kisah Presiden Soekarno Menyatakan Cinta pada Siti Oetari di Jembatan Peneleh Surabaya, Sederhana tapi Romantis Kisah cinta Presiden Pertama RI, Ir. Soekarno dengan istri pertamanya, Siti Oetari, tak terlalu mendapat sorotan. Masih ada banyak fakta yang belum terungkap ke publik terkait hubungan asmara tersebut. Kasih Sayang Soekarno Kota Surabaya jadi saksi di mana Soekarno pertama kali bekerja untuk menghasilkan uang. Pekerjaan pertamanya yakni sebagai petugas kereta api di Stasiun Semut.
-
Apa yang dilakukan oleh Presiden Soekarno untuk mendukung kemerdekaan Aljazair? Satuan Elite Kapal Selam ALRI Diperintahkan Menyelundupkan Senjata ke Aljazair. Jumlah Senjata yang Dikirim Cukup Banyak. ""Cukuplah. Lebih kurang dua kapal selam penuh," kata Bung Karno.
-
Di mana Soekarno belajar untuk memimpin? Soekarno, yang tinggal di Surabaya pada era 1920-an, belajar untuk menundukkan hati rakyat dan menjadi inspirasi bagi mereka dalam melawan penjajah serta mencapai kemerdekaan Indonesia.
-
Siapa yang meneliti sejarah Sidoarjo? Mengutip artikel berjudul Di Balik Nama Sidoarjo karya Nur Indah Safira (Universitas Nahdlatul Ulama Sidoarjo, 2000), Kabupaten Sidoarjo terkenal dengan sebutan Kota Delta yang merujuk pada sejarah daerah ini yang dulunya dikelilingi lautan.
Cianjur, awal Oktober 1945. Suara telepon berdering di rumah tokoh pemuda sekaligus pengusaha Hasjim Ning pagi itu. Ketika diangkat ternyata dari Bupati Cianjur, Mohammad Jasin.
Dia meminta Hasjim untuk datang secepatnya pendopo kabupaten. Ada seorang penting dari pusat yang mau bertemu dengannya, kata Jasin.
Sekitar jam tujuh pagi, Hasjim tiba di pendopo. Di sana, dia sudah ditunggu oleh Bupati Jasin dan Menteri Dalam Negeri R.A.A. Wiranatakusumah, yang juga seorang aristokrat Priangan.
Kepada Hasjim, Menteri Wiranatakusumah menyampaikan situasi Jakarta yang tidak menentu. Banyak desas-desus yang sulit dilacak kebenarannya. Termasuk rumor yang mengatakan bahwa pihak Inggris tengah mengincar Presiden Sukarno untuk kesalahannya yang pernah bekerjasama dengan pihak pemerintah militer Jepang.
"Inggris memang memiliki rencana akan menghadapkan Bung Karno ke meja pengadilan atas tuduhan sebagai penjahat perang," ungkap sejarawan Rushdy Hoesein.
Presiden Harus Diungsikan
Sukarno memang pernah beberapa kali akan dihabisi oleh pasukan KNIL. Terakhir mobil yang biasa ditumpangi olehnya ditabrak oleh sebuah truk militer sehingga menyebabkan sopir pribadinya terluka parah.
"Mereka mengira aku berada di dalam mobil," ujar Sukarno.
Demi keamanan presiden, kabinet menyepakati Wiranata menjadi pengatur pengungsian Sukarno ke Cianjur. Atas bantuan dari Hasjim Ning, maka diputuskan jika Bung Karno dan keluarganya akan dititipkan di Pesantren Al Basyariah di Kampung Cikiruh, Sukanagara di Cianjur Selatan.
Singkat cerita, dengan diantar oleh Hasjim sendiri, pada suatu malam sesudah magrib, sampailah Bung Karno, Fatmawati dan Guntur di Pesantren Al Basyariah. Mereka ditempatkan di suatu rumah tersendiri dengan dijaga oleh Muntoyo, sopir sekaligus anggota Polisi Istimewa yang menjadi pengawal Bung Karno.
"Sebelum saya kembali ke Cianjur, saya serahkan sepucuk senapan mesin ringan kepada Muntoyo sekaligus secara kilat mengajarkan penggunaannya," ujar Hasjim.
Dititip di Pesantren Al Basyariah
Sukarno memang pernah beberapa kali akan dihabisi oleh pasukan KNIL. Terakhir mobil yang biasa ditumpangi olehnya ditabrak oleh sebuah truk militer sehingga menyebabkan sopir pribadinya terluka parah.
"Mereka mengira aku berada di dalam mobil," ujar Sukarno.
Demi keamanan presiden, kabinet menyepakati Wiranata menjadi pengatur pengungsian Sukarno ke Cianjur. Atas bantuan dari Hasjim Ning, maka diputuskan jika Bung Karno dan keluarganya akan dititipkan di Pesantren Al Basyariah di Kampung Cikiruh, Sukanagara di Cianjur Selatan.
Singkat cerita, dengan diantar oleh Hasjim sendiri, pada suatu malam sesudah magrib, sampailah Bung Karno, Fatmawati dan Guntur di Pesantren Al Basyariah.
Mereka ditempatkan di suatu rumah tersendiri dengan dijaga oleh Muntoyo, sopir sekaligus anggota Polisi Istimewa yang menjadi pengawal Bung Karno.
"Sebelum saya kembali ke Cianjur, saya serahkan sepucuk senapan mesin ringan kepada Muntoyo sekaligus secara kilat mengajarkan penggunaannya," ujar Hasjim.
Titip Uang Bekal Hidup Presiden
Kepada Ajengan Achmad, tak lupa Hasjim juga memberikan sejumlah uang untuk bekal hidup Bung Karno sekeluarga selama di Sukanagara. Kendati awalnya ditolak, namun Hasjim tak urung bisa menyampaikan uang itu lewat istri sang kiai.
"Uang ini untuk persiapan saja. Siapa tahu Bung Karno akan lama di sini dan akan banyak tamu yang datang," kata Hasjim.
"Baiklah, Nak. Terimakasih," jawab istri Ajengan itu.
Setelah beberapa hari Bung Karno sekeluarga tinggal di Sukanagara, Hasjim Ning ditelepon oleh pamannya, Wakil Presiden Mohammad Hatta. Dia meminta Hasjim agar segera membawa Sukarno sekeluarga ke Istana Bogor karena Hatta dan Sutan Sjahrir sudah mendapat kepastian dari pihak Inggris.
Maka diboyonglah Sukarno sekeluarga ke Istana Bogor. Di sana Presiden Sukarno lantas melakukan diskusi dengan Hatta dan dua utusan Sutan Sjahrir yakni Soedjatmoko dan Soedarpo Sastrosatomo. Rupanya dari Sjahrir, didapatkan berita baik bahwa Sekutu tak bermaksud menangkap Bung Karno.
Sukarno yang tadinya akan tinggal sementara di Bogor lantas memutuskan untuk kembali ke Jakarta.