Peran Besar Orang Minahasa dalam Serangan Umum 1 Maret
Banyak orang Minahasa yang melakukan perantauan. Hal ini terjadi karena para pemuda Minahasa mulai menyadari bahwa dunia itu luas.
Banyak orang Minahasa yang melakukan perantauan. Hal ini terjadi karena para pemuda Minahasa mulai menyadari bahwa dunia itu luas, tidak terbatas pada kampung halaman mereka saja, dan mereka berkeinginan keluar untuk mencari nama.
Salah satu jalan yang diambil dalam perantauan ini adalah bergabung dengan Koninklijk Nederlandsch Indische Leger (KNIL). Oleh karena itu, banyak orang Minahasa yang merupakan keturunan dari serdadu KNIL.
- Mengunjungi Negeri Seribu Menhir di Sumbar, Pameran Mahakarya Seni dari Zaman Prasejarah
- Empat Remaja Terseret Ombak Pantai Perawan Desa Sidoasri, Satu Orang Meninggal Dunia
- Puisi Berantai 2 Orang Lucu, Bisa Menghibur di Waktu Senggang
- Bagaimana Orangtua Bisa Menjawab Pertanyaan Anak ketika Kita Tidak Tahu Jawabnya?
Setelah Indonesia merdeka, banyak orang Minahasa yang berpihak kepada Indonesia. Melalui badan perjuangannya bernama Kesatuan Rakjat Indonesia Sulawesi (KRIS), banyak pemuda Minahasa yang memiliki latar belakang keluarga atau memiliki pengalaman militernya sendiri bergabung ke badan perjuangan ini.
Kecakapan mereka di bidang militer kemudian diangkat menjadi militer Indonesia. Sebagian besar dari mereka adalah ‘anak kolong’, yaitu sebutan untuk anak-anak serdadu bawahan yang masa kecilnya dihabiskan di tangsi militer dan berpindah tempat mengikuti ayah mereka.
Pimpin Serangan di Yogya
Pada tahun 1948, banyak pemuda Minahasa tinggal di Yogyakarta, kebanyakan merupakan mantan tentara KRIS. Banyak dari mereka bergabung dalam Brigade XII.
Setelah Agresi Militer Belanda II, brigade tersebut tersebar, sebagian berada di Jawa Timur, di sekitar Yogyakarta, dan di sektor barat Yogyakarta. Sisi barat Yogyakarta itu dipimpin oleh Ventje Sumual.Ventje Sumual adalah tokoh militer dari Minahasa yang menjadi salah satu pemimpin Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta.
“Malam itu saya bergerak ke barat, menyusun sektor di daerah itu. Yang ada di sana waktu itu Mayor Ventje Sumual. Maka saya tunjuk dia menjadi pimpinan di sektor barat dengan tugas menghimpun, mengkonsolidasi semua pasukan yang bersenjata di daerahnya,” ujar Soeharto dalam Soeharto, Pikiran Ucapan dan Tindakan Saya.
Pasukan di bawah pimpinan Ventje Sumual ditugaskan untuk menjaga dan menyerang dari sektor barat, atau dari arah Godean. Pasukan Ventje Sumual berhasil melakukan pengintaian dan mempersiapkan diri dalam melakukan penghadangan tentara Belanda.
Pasukan tersebut sebagian besar terdiri dari orang-orang Minahasa, walaupun ada juga yang berasal dari Sulawesi Selatan, yakni Mayor Andi Mattalata.Keberhasilan dalam menguasai kota Yogyakarta selama enam jam melalui Serangan Umum 1 Maret tidak hanya hasil dari perjuangan orang Jawa saja, tetapi juga melibatkan pejuang dari berbagai daerah lain, termasuk para pemuda Minahasa yang turut berperan penting dalam peristiwa tersebut.
Reporter Magang: Yulisha Kirani Rizkya Pangestuti