Sri Sultan HB IX: Kisah Kaos Kaki Kendor dan Mengemudi Mobil Hanya Pakai Singlet
Sultan ternyata memakai kaos kaki yang longgar. Untuk menjaga agar kaos kaki itu tidak melorot, Sultan memperkuatnya dengan karet gelang.
Sri Sultan Hamengku Buwono IX atau biasa dikenal sebagai Gusti Raden Mas Dorodjatun. Dia adalah Raja ke-9 Kesultanan Yogyakarta, sekaligus Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta hingga saat ini.
Hamengku Buwono IX juga sempat menduduki jabatan-jabatan strategis dalam pemerintahan Indonesia. Mulai dari Menteri Pertahanan, Menko Ekuin, Ketua KONI, Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, hingga Wakil Presiden.
-
Kapan Sri Sultan Hamengkubuwono II memerintah? Ia memerintah pada kurun waktu tahun 1792-1828.
-
Apa yang dirancang Sri Sultan Hamengku Buwono I di Keraton Yogyakarta? Arsitektur dari Keraton Yogyakarta juga sepenuhnya dirancang oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I. Bahkan, semua hiasan dan juga tumbuh-tumbuhan yang ditanam di kompleks keraton dirancang sedemikian rupa sehingga memiliki nilai filosofis dan spiritual yang tinggi.
-
Siapa Sri Maharaja Tarusbawa? Menurut Wikipedia, Sri Maharaja Tarusbawa merupakan raja ke-13 dari Kerajaan Tarumanegara.
-
Jalur tradisional mana yang dilalui Sultan HB II ketika dibawa ke Semarang? Catatan perjalanan itu, rombongan tersebut berjalan dari Benteng Vredeburg menuju arah timur dan bermalam di Klaten. Keesokan harinya setelah Subuh, rombongan melanjutkan perjalanan menuju utara ke arah Boyolali. Di Boyolali rombongan menginap satu malam. Keesokan harinya rombongan melanjutkan perjalanan menuju ke Salatiga dan menginap dua malam di sana. Keesokan harinya perjalanan dilanjutkan menuju Ungaran dan bermalam satu malam. Lalu kemudian berjalan dan sampai di Semarang keesokan harinya.
-
Siapa yang menemui Sri Sultan HB X di Yogyakarta? Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkap isi pertemuannya dengan Sri Sultan Hamengku Buwono X di Keraton Klien Yogyakarta, pada Minggu (28/1).
-
Di mana Jokowi bertemu dengan Sri Sultan HB X? Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkap isi pertemuannya dengan Sri Sultan Hamengku Buwono X di Keraton Klien Yogyakarta, pada Minggu (28/1).
Hamengku Buwono IX dikenal sebagai sosok yang demokratis, raja yang sederhana, sampai nasionalis sejati. Setidaknya begitulah yang disampaikan kerabatnya dalam buku Tahta untuk Rakyat.
Menolak Dibuatkan Istana di Bogor
Menurut Adhi Moersid (Ketua Ikatan Arsitek Indonesia) dalam buku Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang Kerap Berseberangan dengan Pemerintah Pusat, mengatakan bahwa Sang Sultan merupakan sosok yang bersahaja, sangat baik, sangat tulus dalam berbicara dan bergaul.
Ini telihat ketika Adhi Moersid merancang sebuah kedaton, istana untuk Hamengku Buwono IX di Bogor pada 1982. Menurut keterangan Adhi, Sri Sultan Hamengku Buwono IX awalnya menolak pembuatan kedaton tersebut dan memilih untuk membangun rumah peristirahatan saja.
"Sebuah rumah biasa. Yang penting ada pendopo, dan juga dapur, karena saya senang memasak," ujar Sultan kepada Adhi.
Kaos Kaki Longgar di Sidang Umum MPR
Kesederhanaannya juga terpancar dari cara berpakaiannya. Dalam Sidang MPR 1978, menjelang Hamengku Buwono IX menjabat sebagai Wakil Presiden, para wartawan menemukan hal yang menarik.
"Sultan ternyata memakai kaos kaki yang longgar. Untuk menjaga agar kaos kaki itu tidak melorot, Sultan memperkuatnya dengan karet gelang."
Hal senada juga diungkapkan mantan Menteri Keuangan Frans. Menurut keterangannya, Sultan memiliki kebiasaan bangun pagi dan jalan-jalan keliling hotel sebelum makan pagi.
Meskipun dalam keadaan musim dingin, Sultan keluar tanpa melapisi badannya dengan jaket tebal. Dia justru melapisi tubuhnya dengan kertas koran sebagai pelindung badan dari udara dingin.
Mengemudi Mobil Sendiri
Sri Sultan Hamengku Buwono IX juga memiliki kebiasaan menyetir sendiri mobilnya. Dia tidak menggunakan sopir pribadi. Sehari setelah jabatan Wakil Presidennya selesai dan bebas dari protokoler, dia terlihat begitu senang mengemudikan mobilnya sendiri.
Dalam buku Sri Sultan Hamengkubuwono IX yang Kerap Berseberangan dengan Pemerintah Pusat, diceritakan kisah menarik tentang sang Raja Yogya yang gemar menyetir mobil. Pada tahun 1950-an, Sultan sering bepergian sendiri, bolak balik Jakarta-Yogyakarta. Pada masa itu mobil belum memiliki pendingin alias AC.
Sehingga pernah dalam satu waktu, Sri Sultan mengemudi mobil hanya menggunakan singlet dan celana dalam.
Ketika di perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah, ada pemeriksaan kendaraan. Polisi menghentikan mobil Sri Sultan. Mereka meneliti surat-surat mobil Sri Sultan. Alangkah terkejutnya mereka ketika mengetahui bahwa sosok tersebut adalah Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Mereka lantas berdiri tegak dan memberi hormat sambil terbata-bata.
"Eh, selamat malam, Pak, silakan jalan terus," cerita Sultan dalam buku Tahta Untuk Rakyat.
Menantu dari Kalangan Orang Biasa
Terakhir, kesederhanaannya juga terlihat dari fakta bahwa menantu Sultan berasal dari kalangan rakyat biasa, bukan kalangan ningrat.
"Orang tua saya orang tak punya, hanya petani kecil. Toh, saya bisa menjadi menantunya," tutur Letkol CPM Budi Permana yang menikah dengan putri Sultan, Gusti Kanjeng Ratu Anom.
Reporter Magang: Muhammad Rigan Agus Setiawan