Segera Dibangun Jalan Tol, Begini Waktu Tempuh Jogja-Semarang Tahun 1800-an
Pada waktu itu, perjalanan ke luar kota masih dilakukan dengan berjalan kaki.
Pada waktu itu, perjalanan ke luar kota masih dilakukan dengan berjalan kaki.
Segera Dibangun Jalan Tol, Begini Waktu Tempuh Jogja-Semarang Tahun 1800-an
Saat ini, waktu tempuh perjalanan Jogja-Semarang lewat jalur darat adalah 2,5 sampai 3 jam. Namun waktu tempuh itu bisa lebih cepat apabila nanti kedua kota besar tersebut sudah terhubung jalan tol.
-
Apa tujuan Tol Jogja-Solo? Selain memberikan kenyamanan serta efisiensi dalam perjalanan, jalan tol itu juga memanjakan pengendara dengan keindahan pemandangan yang memukau di sepanjang perjalanan.
-
Kapan pembangunan tol Semarang-Batang dimulai? Dilansir dari Wikipedia, proyek tol ini dimulai pembangunannya dengan ground breaking oleh Presiden Joko Widodo pada 17 Juni 2016 hingga November 2017.
-
Kapan Jalan Tol Solo-Jogja dibuka? Menjelang puncak arus mudik Lebaran, Jalan Tol Solo-Jogja mulai dibuka untuk umum.
-
Kapan Tol Jogja-Solo dibuka? Mulai 22 Desember 2023, tol fungsional Jogja-Solo mulai dibuka untuk umum.
-
Dimana titik awal Tol Jogja-Solo? Jalan bebas hambatan ini dibuka sejauh 13 kilometer mulai dari Kartasura hingga Karanganom, Klaten.
-
Bagaimana Tol Jogja-Solo diantisipasi? Langkah antisipasi itu tertuang dalam draf rencana operasional antisipasi angkutan lebaran 2024.
Dari masa ke masa, dengan perkembangan teknologi modern, waktu tempuh sebuah perjalanan semakin cepat. Pada era 1800-an, jarak Jogja-Semarang harus ditempuh setelah melalui perjalanan selama lima hari.
Kok bisa?
Waktu itu, belum ada kendaraan bernama mobil. Masyarakat bepergian masih dengan berjalan kaki atau bagi yang mampu bisa menunggangi kuda.
Pada saat itu, para petinggi Belanda yang berada di Semarang harus menuju Surakarta dulu sebelum melanjutkan perjalanan menuju Yogyakarta.
Pada waktu itu, Kota Yogyakarta baru saja berdiri. Jalur dari Semarang melewati Kota Salatiga, Boyolali, lalu menuju Kartasura.
Dari Kartasura, ada sebuah jalan tradisional menuju Kotagede (pusat Kerajaan Mataram pertama), Plered (pusat Kerajaan Mataram ketiga), dan berakhir di Makam Raja-Raja Imogiri.
Mengutip Instagram @sejarahjogya, jalur tradisional itu tidaklah sebesar jalur dari Semarang menuju Kartasura.
Sebagai contoh, pada saat Sultan HB II hendak menjalani hukuman pengasingan karena menentang Inggris pada peristiwa Geger Sepoy, ia diperintahkan untuk dibawa ke Semarang yang saat itu menjadi pusat militer kolonial wilayah Jawa.
Maka pada 3 Juli 1812, Sultan HB X dibawa meninggalkan Keraton Yogyakarta menggunakan tandu kajang beratap nipah, yang merupakan sumbangan Tan Jin Sing kepada Residen Crawfurd.
Iring-iringan itu membawa sebanyak 43 orang. Ditambah satu kompi pasukan Sepoy di bawah pimpinan Letnan Kolonel Watson.
Catatan perjalanan itu, rombongan tersebut berjalan dari Benteng Vredeburg menuju arah timur dan bermalam di Klaten. Keesokan harinya setelah Subuh, rombongan melanjutkan perjalanan menuju utara ke arah Boyolali.
Di Boyolali rombongan menginap satu malam. Keesokan harinya rombongan melanjutkan perjalanan menuju ke Salatiga dan menginap dua malam di sana.
Keesokan harinya perjalanan dilanjutkan menuju Ungaran dan bermalam satu malam. Lalu kemudian berjalan dan sampai di Semarang keesokan harinya.
Rincian waktu tempuh Jogja-Semarang waktu itu sebagai berikut: Jogja-Klaten (hari ke-1), Klaten-Boyolali (hari ke-2), Boyolali-Salatiga (hari ke-3), Salatiga-Ungaran (hari ke-4), dan Ungaran-Semarang (hari ke-5).
Dengan demikian total waktu tempuhnya adalah lima hari. Bila perjalanan itu dilakukan dengan kuda, diperkirakan waktu tempuh merupakan setengah lebih cepat dari total waktu yang diperlukan kalau berjalan kaki.