Mengenal Prajurit Estri Ladrang Mangungkung, Pasukan Perang Perempuan dari Keraton Mangkunegaran
Keberadaan pasukan ini membuktikan peran perempuan dan laki-laki di dalam keraton memiliki tanggung jawab yang setara.
Keberadaan pasukan ini membuktikan peran perempuan dan laki-laki di dalam keraton memiliki tanggung jawab yang setara.
Mengenal Prajurit Estri Ladrang Mangungkung, Pasukan Perang Perempuan dari Keraton Mangkunegaran
Pasukan Estri (perempuan) Ladrang Mangungkung dibentuk Pangeran Sambernyawa pada 1742 di Kartasura. Pasukan ini selalu berada di samping Pangeran Sambernyawa pada saat pertempuran melawan Kompeni Belanda.
-
Apa nama pasukan elite Kerajaan Pajajaran? Surawisesa memiliki pasukan elite dari Kerajaan Pakuan Pajajaran.Pasukan itu bernama Balamati.
-
Apa tugas Legiun Canthang Balung? Setelah peristiwa pengusiran lelembut itu, pasukan ini bertugas mengiringi watangan setiap Sabtu sore. Setelah watangan dihapus pada abad ke-19, pasukan ini menempati posisi baru sebagai jajar yang bertugas menari tarian Gajah Ngombe di depan bangsa Angun-Angun waktu raja berjalan dari Siti Hinggil menuju kedaton.
-
Bagaimana Ratu Sinuhun memperjuangkan perempuan? Ia menikah dengan Pangeran Seda Ing Kenayan yang sempat berkuasa di Palembang pada rentang periode 1636-1642 M. Namanya mencuat karena sistem undang-undang yang dibuatnya itu kombinasi antara kearifan lokal dan juga kesetaraan gender.
-
Siapa yang memimpin Legiun Canthang Balung? Namun sebelum sempat pergi, Pakubuwono II telah mengirim pasukan, sebuah pasukan yang para anggotanya berpakaian aneh dan menabuh gamelan. Pasukan itulah yang disebut Legiun Canthang Balung.
-
Siapa yang terlibat dalam pertempuran Palagan Ambarawa? Sejak itulah pecah pertempuran antara TKR dengan tentara Inggris.
-
Dimana Perang Manggopoh berlangsung? Sama halnya di wilayah Manggopoh, mereka turut melakukan perlawanan atas berlakunya sistem Belasting ini.
Mengutip Puromangkunegaran.com, pembentukan pasukan Estri Ladrang Mangungkung merupakan bentuk terobosan dalam konsep dan peranan perempuan dalam tradisi Jawa.
Peran mereka tak hanya sebagai pengawal kerajaan dan bertempur di medan perang, namun juga luwes dalam berkesenian serta cekatan menyelesaikan pekerjaan domestik.
Mereka dilatih strategi perang gerilya ala Pangeran Sambernyawa, yaitu dhedhemitan, weweludan, dan jejemblungan.
Dhedhemitan artinya laksana dhemit atau hantu yang tidak tampak, weweludan artinya seperti belut yang licin dan tidak bisa ditangkap, lalu jejemblungan artinya seperti orang gila yang tidak memiliki rasa takut.
Selanjutnya pada era KGPAA Mangkunegara I, pasukan Estri Ladrang Mangungkung diberi serangkaian pelatihan sehingga menghasilkan pasukan yang berkualitas.
Mereka dilatih dalam penguasaan senjata (panah, pedang, senapan, meriam, dan berkuda), serta bercocok tanam, berkesenian, melakukan pekerjaan rumah tangga, serta membaca dan menulis.
Pasukan Ladrang Mangungkung terdiri dari 60 orang prajurit perempuan. Mereka mengendarai kuda dan menggunakan senjata karabin dan wedung.
Setiap anggota Ladrang Mangungkung memiliki peran ganda baik di medan tempur maupun rumah tangga. Selain punya kemampuan berperang, mereka juga memiliki keterampilan menari, menyinden, dan memainkan alat musik gamelan.
Di Istana Mangkunegaran, mereka juga bertugas untuk menghibur tamu-tamu kerajaan dengan alunan suara yang merdu, dan juga membawakan beberapa tarian bedhaya, srimpi, munggeng kelir, dan taledhekan.
Kualitas prajurit Estri Ladrang Mangungkung juga tak kalah dari prajurit pria. Mereka dikagumi oleh kawan dan disegani oleh lawan.
Mengutip Liputan6.com, Pembentukan Pasukan Estri Ladrang Mangungkung membuktikan peran perempuan dan laki-laki memiliki tanggung jawab yang setara. Perempuan juga bisa melakukan apa saja jika diberi kesempatan yang sama seperti laki-laki.