7 Fakta Bahasa Cirebon, Diadopsi dari Sansekerta dan Punya Dialek Beragam
Namun tahukah Anda, jika bahasa asal Kota Udang tersebut memiliki sejarah panjang dan fakta yang jarang diketahui secara umum. Berikut fakta di balik Bahasa Cirebon yang jarang diketahui.
Bahasa Cirebon memiliki ciri khas yang berbeda dari Bahasa Jawa dan Bahasa Sunda, sehingga membuat Bahasa Cirebon menjadi salah satu identitas masyarakat setempat. Seperti masyarakat yang berada di wilayah Pantura Jawa Barat seperti Cirebon, Indramayu dan sebagian wilayah Majalengka.
Jika didengar sekilas, Bahasa Cirebon sedikit mirip dengan Brebes, Tegal, maupun Purwokerto. Namun yang membedakan bahasa ini adalah pola penyebutan yang tidak tebal seperti wilayah tersebut.
-
Kenapa kasus Vina Cirebon ditarik ke Polda Jabar? Kemudian ramai itulah yang kemudian kasus ini ditarik ke Polda Jabar. Jadi sesama tahanan saling pukul sehingga membuat mereka lebam-lebam," ucap dia.
-
Bagaimana teks proklamasi dibacakan di Cirebon? Pembacaan teks proklamasi di Tugu Kejaksan itu dilakukan spontan,” kata pemerhati sejarah dan budaya Cirebon Jajat Sudrajat.
-
Di mana teks proklamasi dibacakan di Cirebon? Teks proklamasi kemerdekaan Indonesia ternyata lebih dulu dibacakan di Kota Cirebon, Jawa Barat. Pembacaannya dilakukan oleh tokoh penting bernama Soedarsono di Simpang Kejaksan, yang kini lebih dikenal dengan Tugu Pensil.
-
Kapan teks proklamasi dibacakan di Cirebon? Pembacaan proklamasi kemerdekaan Indonesia di Cirebon dua hari lebih awal dari yang dilakukan oleh Soekarno, yakni pada 15 Agustus 1945.
-
Siapa yang membacakan teks proklamasi di Cirebon? Pembacaan proklamasi kemerdekaan oleh Soedarsono dihadiri oleh sekitar 100 sampai 150 orang dari berbagai penjuru di kota pesisir Jawa Barat itu.
-
Kapan Sunan Gunung Jati tiba di Cirebon? Setelah menuntut ilmu di Makkah, Syarif Hidayatullah berangkat ke Nusantara. Ia mampir di Gujarat dan Kerajaan Samudra Pasai sebelum akhirnya tiba di Cirebon pada tahun 1470 Masehi.
Namun tahukah Anda, jika bahasa asal Kota Udang tersebut memiliki sejarah panjang dan fakta yang jarang diketahui secara umum. Berikut fakta di balik Bahasa Cirebon yang jarang diketahui.
Jadi Penyelamat Warga Cirebon Saat DI TII
Dilansir dari Liputan6.com, Budayawan Cirebon Nurdin M Noer menjelaskan, pada masa pemberontakan DI TII di Jawa Barat tahun 1962 hingga 1970 terdapat anggota DI TII yang berasal dari Cirebon, Jawa Barat.
Anggota DI TII tersebut menggunakan dialek Cirebon sehari-hari untuk membedakan antara Anggota DI TII dengan masyarakat Cirebon yang tidak terlibat pemberontakan. Akhirnya salah seorang tokoh Cirebon membuat inisiatif dengan menggunakan bahasa Cirebon Bebasan dan disebarluaskan kepada masyarakat Cirebon agar tidak ada salah paham.
Pernah Menjadi Tren Bahasa Slang
Nurdin juga menceritakan, sebenarnya Bahasa Cirebon memiliki riwayat yang unik, seperti pernah terjadi di tahun 1960an. Di mana pada saat itu, untuk mengelabui pemberontakan Di TII di Jawa Barat, Bahasa Cirebon juga dijadikan bahasa yang dibolak-balik pengucapannya, tren pembolak balikan kata juga terjadi di masyarakat Malang.
Kata Kuham misalnya, yang mengambil dari Bahasa Sunda berarti Kumaha (bagaimana), selain itu Ris atau dari kata Sira (kamu), Yas dari kata saya, Daus atau dari kata Adus (mandi) hingga Pung dari kata polisi.
Nurdin M Noer Liputan6.com 2020 Merdeka.com
Pernah Berafiliasi Dengan Bahasa Sunda
Nurdin juga menjelaskan, di tahun yang sama, sekitar tahun 1960an, Bahasa Cirebon masih terpengaruh oleh Bahasa Sunda dan sedikit pengaruh Bebasan Cirebon.
Citrust.id 2020 Merdeka.com
Nurdin mencontohkan, seperti halnya kata "Pisan" yang familiar di Bahasa Cirebon, dan ternyata diadopsi dari Sunda yang artinya "Banget" di mana kata tersebut menjelaskan tentang suatu keadaan yang dialami.
Memiliki Identitas sebagai Bahasa yang Mandiri
Semenjak DI TII berakhir, Bahasa Cirebon mulai menemukan jati dirinya sebagai bahasa yang mandiri dan diadopsi dari bahasa leluhur yaitu Bebasan. Hingga saat ini Bahasa Cirebon tidak terpengaruh bahasa Sunda maupun Jawa.
Selain itu penentuan Bahasa Cirebon sebagai bahasa yang mandiri telah mengacu pada Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2003. Menurut Kepala Balai Bahasa Bandung, Muh. Abdul Khak mengacu pada Perda tersebut, satu bahasa bisa diakui sebagai bahasa yang mandiri berdasarkan atas tiga hal.
Pertama, bahasa atas dasar pengakuan oleh penuturnya; kedua, atas dasar politik; dan ketiga, atas dasar linguistik.
Memiliki Kalimat Umpatan yang Khas
Jika kita berkunjung ke wilayah Cirebon dalam waktu yang cukup lama, kita akan terbiasa dengan penggunaan bahasa yang khas yaitu Kirik. Kirik sendiri terdapat dalam Bahasa Cirebon yang artinya Anjing dan biasa dikonotasikan sebagai bahasa umpatan untuk merendahkan orang lain. Atau sebagai kalimat penegasan dalam suasana tertentu, seperti kondisi pasrah, penegasan argument serta memaknai keadaan terdesak.
Nurdin menambahkan jika kalimat tersebut sebenarnya tidak elok untuk diucapkan namun seakan telah membudaya di dalam Bahasa Cirebon.
"Saat dihadapkan pada situasi yang sulit atau tak menyenangkan, orang Cirebon kini mengumpat dengan kata itu," paparnya.
Diadopsi dari Bahasa Sansekerta
Menurut hasil penelitian, sekitar 80 persen bahasa Cirebon merupakan serapan bahasa Sanskerta. Para ahli bahasa menyebutkan bahasa Cirebon sebagai sanskerta kontemporer.
"Contoh ingsun, sira, cemera, kirik yang bahasa Jawa-nya asu (anjing) dan kini menjadi bahasa sehari-hari orang Cirebon. Kemudian kita yang merujuk ke arti saya kalau dalam Indonesia kata kita itu merujuk ke lebih dari satu orang," jelas Nurdin.
Menurut Nurdin, sebelumnya, bahasa Cirebon tidak dipengaruhi oleh bahasa Jawa pada masa Amangkurat ke-2. Bahkan, saat itu, bahasa sanskerta digunakan untuk percakapan sehari-hari masyarakat Cirebon.
"Setelah ditelusuri ternyata bibitnya bahasa Cirebon memang dari sanskerta. Dulu waktu saya masih Sekolah Rakyat sampai kelas 3, bahasa pengantarnya Jawa Cirebon. Bahkan, dulu di Cirebon sempat ada sekolah Jawa dan Sunda namanya," ungkap Nurdin.
Memiliki 3 Jenis Dialek yang Unik dan Khas
2020 Merdeka.com
Bahasa Cirebon memiliki 3 jenis dialek yang merujuk kepada wilayah penyebutan dari masyarakatnya. Dialek yang pertama adalah dialek Jawareh atau Jawa Sawareh. Dalam dialek ini merupakan bahasa Cirebon yang lazim digunakan oleh masyarakat yang tinggal di wilayah perbatasan Kabupaten Cirebon dengan Brebes, atau sekitar Perbatasan dengan Kabupaten Majalengka dan Kuningan. Dialek Jawareh ini merupakan gabungan dari separuh Bahasa Jawa dan separuh bahasa Sunda.
Lalu yang kedua adalah dialek Arjawinangun, pada dialek tersebut biasanya dituturkan oleh masyarakat Cirebon di daerah sekitar Desa Arjawinangun, Cirebon. Dialek ini cenderung masih asli dan tidak terpengaruh bahasa lain meskipun, tidak bisa dikategorikan sebagai bahasa Cirebon yang baku. Dialek ini juga merupakan dialek yang paling banyak digunakan oleh masyarakat di Kota Cirebon.
Beda Dua Dialek Khas Cirebon
Yang terakhir terdapat dialek Plered dan Lor, dan merupakan dialek Bahasa Cirebon yang digunakan di wilayah sebelah barat dan utara Kabupaten Cirebon, serta Krangkeng, Indramayu. Dialek ini dikenal dengan cirinya yaitu penggunaan huruf "o" yang kental.
Misalkan pada Bahasa Cirebon standar menggunakan kata "Sira", dialek Kabupaten Cirebon bagian Barat dan Utara (Kapetakan,Suranenggala) dan Krangkeng, Indramayu ini menggunakan kata "Siro" untuk mengartikan "Kamu", kata "Apa" menjadi "Apo", Ora menjadi "Oro", Gawa (membawa) menjadi "Gawo", Sapa menjadi "Sapo", dan Jendela menjadi "Jendelo".
Penutur dialek yang menempati kawasan barat dan Utara Kabupaten Cirebon ini lebih mengekspresikan dirinya dengan sebutan "Wong Cirebon", berbeda dengan Penduduk Kota Cirebon yang menggunakan Bahasa Cirebon standar (Sira) yang menyebut diri mereka sebagai "Tiang Grage", walaupun antara "Wong Cirebon" dan "Tiang Grage" memiliki arti yang sama, yaitu "Orang Cirebon".