7 Fakta Kopi Java Preanger, Pernah Jadi Kopi Nomor Satu di Dunia
Kopi sudah lama dikenal di Indonesia sebagai minuman yang digemari oleh berbagai kalangan. Namun tahukah Anda bahwa terdapat satu jenis kopi di Jawa Barat bernama Java Preanger. Kopi tersebut konon pernah menjadi nomor satu di dunia pada masa penjajahan Belanda. Berikut 7 Faktanya.
Berbicara soal kopi, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penghasil kopi khas terbesar nomor 4 di dunia. Indonesia hanya kalah dari Brasil, Kolombia, dan negara Asia Tenggara lainnya, Vietnam.
Seperti yang dilansir dari Brilio, saat ini kopi dengan urutan terbaik dan terenak di Indonesia adalah kopi arabica dari daerah Gayo. Namun tau kah Anda bahwa di Ciwidey, Bandung terdapat kopi khas yang pernah menjadi nomor 1 di dunia?
-
Di mana Kedai Kopi Berbagi berlokasi? Kedai Kopi Berbagi yang berlokasi di Margahayu, Jalan Mars Utara III, Kota Bandung ini begitu menginspirasi.
-
Bagaimana Kopi Arabika Mandailing ditandai? Kopi Arabika Mandailing memiliki cita rasa tegas dengan sensasi halus dan rasa yang kompleks.
-
Kenapa Kopi Santan Mbah Sakijah begitu terkenal? Kopi Santan Mbah Sakijah kuliner minuman dari Desa Jepangrejo, Kecamatan Blora Kota. Kuliner ini sangat populer tak hanya di kalangan bapak-bapak, melainkan kalangan milenial sangat antusias untuk menikmati segelas kopi ini.
-
Di mana Kopi Gunung Puntang ditanam? Sesuai namanya, komoditas ini berasal dari dataran tinggi Gunung Puntang yang ada di Kecamatan Cimaung, Desa Campaka Mulya dan Desa Pasir Mulya.
-
Apa yang diibaratkan sebagai kopi dalam kata mutiara kopi? Dia adalah krim saya, dan saya adalah kopinya - Dan ketika Anda menuangkan kami bersama, itu menjadi sesuatu.
-
Bagaimana Warung Kopi Ake menjaga tradisi "Kopi Kuli"? Buka dari jam 06.00 WIB sampai 00.30 WIB, tempat ini cocok bagi pengunjung yang ingin eksplor tentang kopi dan teh yang ada di Belitung. Warung Kopi Ake turut menjaga tradisi "Kopi Kuli" yang menjadi budaya ngopi bagi penambang timah Tiongkok pada zaman kolonial.
Dilansir dari kopimalabarindonesia.com, saat itu Wali Kota Amsterdam Nicholas Witsen memerintahkan komandan Belanda di Malabar, India untuk membawa bibit kopi arabika ke Indonesia. Namun usaha penanaman tersebut gagal karena diterpa bencana alam.
Selanjutnya Belanda kembali mendirikan perkebunan kopi pertama di daerah Priangan, Jawa Barat dengan sistem tanam paksa dan berhasil menghasilkan kopi berkualitas terbaik di dunia.
Bernama Java Preanger
Kopi tersebut bernama Java Preanger, yang biasa disebut masyarakat setempat sebagai Sunda Buhun. Kopi ini begitu terkenal seantero Eropa pada abad ke-17 hingga 18.
Pada masa itu dikatakan bahwa kopi dari dataran Bandung lah yang dianggap nomor satu. Ditengarai dataran tinggi juga berpengaruh terhadap cita rasa kopi jenis arabica tersebut.
Buah Kopi Java Breanger
http://disbun.jabarprov.go.id/ 2020 Merdeka.com
Memiliki Usia Ratusan Tahun
Buhun merupakan istilah masyarakat setempat untuk menyebutkan unsur usia dari jenis kopi yang terdapat di wilayah Ciwidey tersebut.
Dilansir dari Mongabay.co.id, Kopi Java Preanger pertama kali ditanam pada tahun 1706. Sebelumnya kopi jenis ini pernah coba ditanam oleh Belanda pada tahun 1696 namun gagal karena terdapat bencana alam yang merusak tanaman kopi tersebut.
Diujicoba di Belanda
Kopi Java Preanger tersebut lantas dibawa kembali ke Belanda untuk diteliti di kebun raya Amsterdam untuk dibudidaya.
Ternyata Kopi Java Preanger mengalami sukses besar. Banyak warga di Belanda hingga Eropa lainnya turut menyukai kopi khas wilayah Sunda tersebut.
http://disbun.jabarprov.go.id/ 2020 Merdeka.com
Kopi Terbaik di Dunia
Setelah kopi tersebut dibawa ke Eropa dan diperkenalkan di sana, masyarakat Eropa ternyata sangat menyukainya.
Bahkan menurut peneliti di Amsterdam pada saat itu Kopi Java Preanger dianggap kopi nomor satu di dunia sehingga orang-orang Eropa tidak menyebut minuman tersebut dengan secangkir kopi, melainkan secangkir jawa (a Cup of Java) saking otentiknya minuman kopi khas tatar sunda tersebut.
Disebar ke Beberapa Wilayah di Indonesia
Selanjutnya tanaman kopi tersebut dijadikan bibit bagi seluruh perkebunan kopi yang dikembangkan oleh pemerintahan Belanda sebagai upaya pengenalan kopi jenis baru yang sukses besar di Eropa. Belanda memperluas area budidaya kopi ini hingga ke beberapa wilayah di Indonesia, seperti Sumatera, Sulawesi, Bali, Timor dan pulau-pulau lainnya di Nusantara.
http://disbun.jabarprov.go.id/ 2020 Merdeka.com
Mengalami Pasang Surut
Cucu Samsudin, salah seorang petani dan legenda kopi di wilayah Mekarwangi, Ciwidey menjelaskan bahwa, setelah masa penjajahan Jepang, pamor kopi Java Preanger mengalami penurunan.
Menurutnya tradisi minum kopi yang pernah terpelihara selama ratusan tahun sejak penjajahan Jepang mulai hilang dan digantikan komoditas lain seperti buah dan teh.
Namun menurut Cucu semangat warga untuk kembali menanam kopi premium sunda tersebut kembali tumbuh tahun 1998-an, sehingga Ia dan beberapa temannya, Sugiri dan Samsudin mencoba menanam kopi kembali secara massal dalam bentuk perkebunan.
Tujuannya untuk mengenalkan kembali kopi Java Preanger sehingga bisa lebih komersil.
Membangun Taraf Hidup Masyarakat Secara Unik
Masih menurut Samsudin, selain rasanya yang luar biasa dan disukai kalangan Eropa, Kopi Java Preanger juga membawa dampak ekonomi yang unik bagi masyarakat sekitar. Pasalnya berbeda dengan komoditas lain seperti buah dan sayuran, jika kopi ini semakin melimpah semakin menguntungkan.
Samsudin menjelaskan, prinsip ekonomi dari Kopi khas Ciwidey tersebut memiliki karakter, semakin melimpah hasil panen kopi maka semakin tinggi juga harga jualnya. Berbeda dengan sayur atau buah, jika hasilnya melimpah maka akan mengalami penurunan harga yang signifikan.
Ia juga menambahkan, jika kopi khas Ciwidey tersebut bisa memiliki 12 kali periode panen dalam satu tahun di luar hari panen raya. Desa Mekarwangi sebagai penghasil terbanyak kopi Java Preanger mampu membuat para petani yang sebelumnya menanam sayur, padi atau buah untuk beralih menjadi petani kopi selama kurun waktu 16 tahun terakhir ini.