Bekasi Punya Seni Wayang Kulit, Tampilkan Kekuatan Cahaya saat Pertunjukan
Kota Bekasi di Jawa Barat ternyata juga memiliki kesenian wayang kulit khas yang sudah dipertunjukkan selama ratusan tahun. Eksistensinya terus bertahan karena memiliki keunikan terutama dari segi visualisasi cahayanya.
Kota Bekasi di Jawa Barat ternyata juga memiliki kesenian wayang kulit khas yang sudah dipertunjukkan selama ratusan tahun. Eksistensinya terus bertahan karena memiliki keunikan terutama dari segi visualisasi cahayanya.
Wayang kulit Bekasi ini berbeda dari kebanyakan wayang yang berada di Jawa Barat. Musik tradisional Betawi menjadi pengiringnya hingga makin mengukuhkan sisi ke-Bekasiannya. Belum lagi tema yang diangkat juga tak jauh dari sejarah daerah pinggiran ibu kota Jakarta itu.
-
Apa isi dari surat kabar *Bataviasche Nouvelles*? Mengutip dari berbagai sumber, isi konten tulisan yang ada di surat kabar Bataviasceh Nouvelles ini mayoritas adalah iklan. Ada pula beberapa terbitannya juga memuat aneka berita kapal dagang milik VOC.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Kapan nama surat kabar Benih Merdeka diubah? Akhirnya pada tahun 1920, ia mengubah nama menjadi "Mardeka".
-
Apa nama surat kabar pertama yang terbit di Jogja? Melalui sebuah unggahan pada 9 Mei 2024, akun Instagram @sejarahjogya menampilkan dua surat kabar yang pertama kali terbit di Jogja. Koran satu bernama “Mataram Courant” dan satunya lagi bernama “Bintang Mataram”.
-
Apa kabar terbaru dari Nunung? Nunung bilang badannya sekarang udah sehat, ga ada keluhan lagi dari sakit yang dia alamin. Kemo sudah selesai "Nggak ada (keluhan), karena kemo-nya sudah selesai sudah baik, aman, Alhamdulillah," tuturnya.
-
Apa isi dari surat kabar Soenting Melajoe? Terbit pertama kali pada 10 Juli 1912, isi dari surat kabar Soenting Melajoe ini seperti tajuk rencana, sajak-sajak, tulisan atau karya mengenai perempuan, hingga tulisan riwayat tokoh-tokoh kenamaan.
Saat ini kesenian tersebut masih sering dipertontonkan di banyak acara kebudayaan lokal, dan terus dilestarikan oleh pelaku pertunjukan wayang di sana. Berikut ulasan selengkapnya.
Musik Betawi Jadi Pengiring
©2023 YouTube Ipenk Project/ Merdeka.com
Seperti terlihat dalam pertunjukan wayang kulit Bekasi yang diunggah di kanal YouTube Ipenk Project, terdapat keunikan dari pertunjukan seni tersebut. Terlihat sang dalang mengenakan pakaian khas Betawi atau pakaian serba hitam dengan peci dengan warna senada.
Kemudian iringan musik khas Betawi mengalun yang terdiri dari gamelan, suling, dan kecapi yang mendayu-dayu.
Tema yang ditampilkan juga tak jauh dari kebudayaan Betawi pinggiran, seperti Babang Wali Rupa, Bambang Awan Sakti, hingga Ngruwatan Muludan. Sesekali selipan bahasa Sunda juga disisipkan untuk menggambarkan tokoh dari wayang yang dimainkan.
Beberapa Tokoh Digambarkan Wayang Mirip Wayang Golek
©2023 badan-penghubung.jabarprov.go.id/ Merdeka.com
Keunikan lain yang terdapat di wayang kulit Bekasi adalah keberadaan tokoh yang dibuat mirip dengan wayang golek seperti Semar, Cepot, Udel, dan Gareng. Lalu Dorna juga yang didandani wajah layaknya keturunan timur tengah lengkap dengan surban dan songkok.
Di daerah asalnya, kesenian ini memiliki dua fungsi di masyarakat yakni hiburan dan religi. Untuk hiburan, penyelenggara akan menanggapnya di momen-momen khusus seperti hari jadi desa, maupun hiburan rakyat lainnya. Sedangnya fungsi religiu sifatnya lebih sakral lagi, dan ditampilkan saat acara adat hajat bumi.
Kekinian, temanya lebih menyesuaikan dengan kondisi sosial saat ini termasuk kondisi sosiologis dan topografi lingkungan masyarakatnya. Ini yang kemudian membuat wayang kulit Bekasi masih mendapat banyak perhatian masyarakat dan tetap lestari.
Penampilan Wayang Kulit Sunda Tampilkan Keunikan Efek Cahaya
Dalam pertunjukannya terdapat tiga babak yang biasa dilakukan oleh dalang. Pertama adalah Bubuka atau pembukaan oleh dalang dengan melakukan penjabaran akan kisah yang diangkat.
Kemudian Tatalu atau menjelaskan tentang lelakon atau adegan dalam pertunjukan dan ketiga adalah Tutupan Kayon atau penutup yang biasanya dilangsungkan pada tengah malam hingga dini hari pertunjukan.
Dalam menampilkan adegan demi adegan tersebut, teknik pencahayaan menjadi sangat berpengaruh demi kelancaran acara. Di sana, warna lampu antara merah, biru hingga kuning menjadi efek visual yang menarik untuk memperkuat antara tokoh dengan peran yang dimainkan.
Sebagai contoh saat membawakan tema guyonan betawian atau peperangan, cahaya lampu akan menampilkan kombinasi warna yang terang, sehingga membuat pertunjukan jadi makin hidup. Kemudian saat membawakan kisah kedukaan, warna-warninya akan dipilih dengan warna yang kalem dan redup.
Sejarah Wayang Kulit Bekasi
Sementara itu, sejarah wayang kulit Bekasi bermula di tahun 1918. Ketika itu terdapat seorang pelaku seni bernama Baletet yang mempelajari ilmu pedalangan dan pewayangan di daerah Cirebon. Ia kemudian kembali ke Bekasi dan membawa oleh-oleh lima tokoh wayang kulit Pandawa Lima yang diwariskan oleh guru-gurunya yakni Mbah Belentuk, Mbah Rasiun dan Mbah Cepe.
Perpaduan kultur Jawa dengan Betawi dan sedikit Sunda rupaya sukses dikemas oleh Baletet sehingga wayang kulit Bekasi bisa diterima oleh masyarakat salah satunya sebagai sarana hiburan.
Baletet sendiri terus mendalang hingga tahun 1980 an hingga mengembuskan napas terakhirnya. Setelah ia wafat, kesenian ini terus diwariskan oleh keturunannya yakni Naman Sanjaya Balentet dan Namin.