Cara Menghitung Istihadhah berdasarkan 4 Mazhab, Ketahui Bedanya dengan Darah Haid
Cara menghitung istihadhah ini perlu diketahui. Istihadhah adalah kondisi darah keluar dari kemaluan wanita di luar waktu haid.
Istihadhah adalah darah yang keluar dari kemaluan wanita di luar kebiasaan bulannya (haid) atau di luar waktu haid, serta bukan disebabkan karena melahirkan.
Cara Menghitung Istihadhah berdasarkan 4 Mazhab, Ketahui Bedanya dengan Darah Haid
Istihadhah adalah peristiwa yang tidak menentu kesudahannya dan tidak merupakan kebiasaan, pembawaan, atau kodrat penciptaan wanita.
Darah istihadhah berwarna merah dan tidak berhenti kecuali jika wanita tersebut sembuh dari kondisi tersebut.
Istihadhah tidak sama dengan haid atau nifas, sehingga wanita yang mengalami istihadhah ini dihukumi sama seperti wanita suci.
Dengan kata lain, wanita muslim tetap harus shalat, puasa, dan boleh berhubungan intim dengan suami.
-
Bagaimana cara melakukan Istighosah? Istighosah tergolong ke dalam bentuk doa yang berisi kumpulan doa, sholawat, wirid, zikir, dan istighfar.
-
Bagaimana cara menghitung darah istihadhah menurut Mazhab Imam Syafi'i? Menurut Mazhab Imam Syafi'i, jika seorang wanita mengalami haid yang terputus dan keluar lagi dalam waktu kurang dari 15 hari, maka hal tersebut dianggap sebagai darah haid. Jadi, jika darah haid terhenti selama 10 hari, kemudian keluar kembali, maka masa haid dihitung dari hari pertama munculnya darah haid yang pertama hingga darah haid yang kedua.
-
Bagaimana cara mengamalkan sayyidul istighfar? Pengamalan sayyidul istighfar dalam kehidupan sehari-hari adalah dengan membaca bacaan sayyidul istighfar secara rutin dan khusyuk, terutama di waktu pagi dan sore hari.
-
Bagaimana cara membaca istighfar? Dengan mengucapkan istighfar, maka Allah SWT akan membantu dalam setiap kesulitan yang ada.
-
Apa yang dimaksud dengan darah istihadhah? Darah istihadhah adalah istilah dalam agama Islam yang mengacu pada darah yang keluar dari seorang wanita di antara waktu haid dan waktu bersih. Istihadhah biasanya terjadi karena adanya gangguan hormonal atau kelainan fisik yang mengubah siklus menstruasi wanita.
-
Kenapa darah istihadhah bisa terjadi? Faktor penyebab darah istihadhah dapat bervariasi. Salah satu faktor utama adalah ketidakseimbangan hormon dalam tubuh wanita. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai alasan seperti stres, obat-obatan tertentu, gangguan kesehatan seperti tiroid, atau penurunan kadar hormon tertentu dalam tubuh.
Imam Bukhari dan Imam Muslim telah meriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu‘anha:
Fatimah binti Abi Hubaisy telah datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata: “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku adalah seorang wanita yang mengalami istihadhah, sehingga aku tidak bisa suci. Haruskah aku meninggalkan shalat?” Maka jawab Rasulullah SAW: “Tidak, sesungguhnya itu (berasal dari) sebuah otot, dan bukan haid. Jadi, apabila haid itu datang, maka tinggalkanlah shalat. Lalu apabila ukuran waktunya telah habis, maka cucilah darah dari tubuhmu lalu shalatlah.”
Cara Menghitung Istihadhah
Cara menghitung darah istihadhah menurut 4 mazhab dalam Islam memiliki beberapa perbedaan yang signifikan.
Berikut adalah penjelasan yang panjang tentang cara menghitung istihadhah menurut mazhab Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hambali:
1. Mazhab Hanafi
Cara menghitung istihadhah menurut mazhab Hanafi, istihadhah terbagi menjadi dua jenis: mu'tadah dan bukan mu'tadah.
Istilah "mu'tadah" digunakan untuk menyatakan darah haid yang keluar sesuai dengan masa kebiasaan haid seseorang. Sedangkan "bukan mu'tadah" mengacu pada darah haid yang keluar di luar masa kebiasaan haid.
Prinsip Utama
- Penggunaan Istilah Mu'tadah dan Bukan Mu'tadah: Istilah "mu'tadah" digunakan untuk menyatakan darah haid yang keluar sesuai dengan masa kebiasaan haid seseorang. Istilah "bukan mu'tadah" mengacu pada darah haid yang keluar di luar masa kebiasaan haid.
- Mengukur Berdasarkan Lama Masa Haid Biasa: Jika darah haid keluar melewati masa haid biasa, maka darah tersebut dianggap sebagai istihadhah. Contohnya, jika seseorang biasanya haid selama 7 hari, tetapi darah haidnya masih keluar di hari ke-8, maka darah tersebut dianggap sebagai istihadhah.
- 4 Amalan Bisa Dilakukan saat Muslimah Haid, Salah Satunya Perbanyak Istighfar
- Cara Menghindari Sifat Hasad adalah Tingkah Laku Terpuji, Ini Penjelasan Lengkapnya
- Cara Menghitung Masa Suci Haid dalam Islam, Begini Penjelasannya
- Cara Menghitung Darah Istihadhah dalam Islam, Perempuan Muslim Wajib Tahu
- Maksimal 10 Hari Haid: Menurut mazhab Hanafi, masa haid tidak boleh melebihi 10 hari 10 malam. Jika darah haid keluar lebih dari 10 hari, maka hari-hari setelah 10 hari dianggap sebagai istihadhah.
2. Mazhab Maliki
Cara menghitung istihadhah menurut mazhab Maliki, istihadhah didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:
- Darah Haid Terputus dan Keluar Lagi: Jika darah haid keluar pada hari pertama dan kemudian terputus atau berhenti, namun kemudian keluar lagi dalam rentang waktu 15 hari (atau 18 hari jika mu'tadah), maka darah pertama dan kedua dianggap sebagai satu fase darah haid.
- Masa Minimal Suci: Mazhab Maliki memiliki masa minimal suci yang singkat, yakni beberapa tetes saja. Jika darah terputus dalam masa tersebut, wanita dianggap suci dan wajib menunaikan shalat.
3. Mazhab Syafi'i
Cara menghitung istihadhah menurut mazhab Syafi'i, istihadhah didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:
Prinsip Utama
- Darah Haid Terputus dan Keluar Lagi: Jika darah haid keluar pada hari pertama, lalu terputus, dan kemudian darah haid keluar lagi, semua masa darah ini dianggap sebagai satu periode haid. Ini berlaku asalkan seluruh rentang waktu dari awal darah pertama hingga akhir darah kedua tidak melebihi masa maksimal haid, yaitu 15 hari.
- Keharusan Darah Pertama Selama Minimal Sehari Semalam: Darah pertama yang keluar harus minimal satu hari semalam sebelum terjadi periode terputus. Ini berarti jika darah pertama yang keluar hanya beberapa tetes atau kurang dari sehari semalam, maka periode haid yang terjadi setelahnya tidak dianggap sebagai haid.
4. Mazhab Hambali
Menurut mazhab Hambali, istihadhah didasarkan pada prinsip-prinsip berikut:
Prinsip Utama
- Darah Haid Terputus dan Keluar Lagi: Jika darah haid keluar pada hari pertama, lalu terputus, dan kemudian darah haid keluar lagi, semua masa darah ini dianggap sebagai satu periode haid. Ini berlaku asalkan seluruh rentang waktu dari awal darah pertama hingga akhir darah kedua tidak melebihi masa maksimal haid, yaitu 15 hari.
- Keharusan Darah Pertama Selama Minimal Sehari Semalam: Darah pertama yang keluar harus minimal satu hari semalam sebelum terjadi periode terputus. Ini berarti jika darah pertama yang keluar hanya beberapa tetes atau kurang dari sehari semalam, maka periode haid yang terjadi setelahnya tidak dianggap sebagai haid.
Penyebab dan Ciri-ciri Istihadhah
Istihadhah dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk:
- Stress dan Tekanan: Stres dan tekanan dapat menyebabkan istihadhah.
- Ketidakseimbangan Hormon: Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron dapat menyebabkan istihadhah.
- Disfungsi Ovarium: Kondisi di mana ovarium tidak berfungsi dengan baik dapat menyebabkan istihadhah.
- Polip: Polip di rahim dapat menyebabkan istihadhah.
- Masalah Medis: Kondisi medis seperti endometriosis, fibroid, atau masalah hormonal lainnya dapat menyebabkan istihadhah.
Darah istihadhah juga memiliki beberapa ciri-ciri yang membedakannya dari darah haid. Beberapa ciri-ciri tersebut adalah:
- Warna: Darah istihadhah berwarna merah.
- Bau: Darah istihadhah memiliki bau yang khas.
- Kadar: Darah istihadhah memiliki kadar yang lebih banyak daripada darah haid.
- Durasi: Darah istihadhah dapat keluar dalam waktu yang relatif lama, melebihi kebiasaan haid yang normal.
Perbedaan dengan Darah Haid
Istihadhah berbeda dengan darah haid dalam beberapa hal:
- Waktu: Istihadhah dapat terjadi di luar waktu haid dan nifas.
- Durasi: Istihadhah dapat keluar dalam waktu yang relatif lama, melebihi kebiasaan haid yang normal.
- Penyebab: Istihadhah disebabkan oleh gangguan atau penyakit, sedangkan haid adalah proses alami.