Cerita Dekan Unisba Rela Urus Sampah Langsung di Kampus, Tak Ingin Kejadian 'Bandung Lautan Sampah' Terulang
Begini kisah dosen Unisba rela urus sampah di kampus
Begini kisah dosen Unisba rela urus sampah di kampus
Cerita Dekan Unisba Rela Urus Sampah Langsung di Kampus, Tak Ingin Kejadian 'Bandung Lautan Sampah' Terulang
Fokus di bidang akademik tak membuat seorang dosen Universitas Islam Bandung (Unisba), Muhammad Satori lepas tangan dengan kondisi lingkungan sekitar. Ia lantas mengembangkan sistem Eco Campus agar kejadian “Bandung Lautan Sampah” terulang.
-
Kenapa Sariban rela membersihkan sampah di Bandung? Sariban mengaku tak pernah lelah untuk memperjuangkan keindahan Kota Kembang. Baginya, Paris Van Java sudah menjadi rumah yang nyaman sehingga perlu dijaga kebersihan dan ketertibannya.
-
Siapa yang kuliah di Bandung? Baik Kika maupun Jema tengah menjalani studi di Bandung, Jawa Barat.
-
Apa yang dilakukan mahasiswa UGM untuk mengajarkan pengelolaan sampah? Kelompok mahasiswa asal Universitas Gadjah Mada (UGM) punya cara kreatif dalam hal menanamkan ide pengelolaan sampah sejak dini. Mereka mengembangkan sebuah permainan bernama “Dalang Board”.
-
Apa yang dihasilkan dari pengelolaan sampah di TPST Kedungrandu? Dalam sehari, mereka bisa mengolah sekitar 15 ton sampah. Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Randu Makmur Desa Kedungrandu, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, mampu meraup omzet hingga Rp140 juta per bulan dari hasil mengelola sampah di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Kedungrandu.
-
Kenapa Sesko TNI AU dipindahkan ke Lembang, Bandung? Pada awal pendiriannya, Seskoau berlokasi di Jakarta, namun kemudian dipindahkan ke Lembang, Bandung, Jawa Barat.
-
Kapan Desa Panggungharjo dibentuk? Desa Panggungharjo dibentuk berdasarkan maklumat monarki Yogyakarta tahun 1946 yang mengatur tentang tata kalurahan saat itu.
Belakangan, Kota Bandung memang masih berkutat terkait penanganan sampah yang membludak. Sebenarnya kejadian tersebut bukan kali ini terjadi. Dahulu, permasalahan seputar sampah pernah terjadi saat TPA Leuwigajah mengalami longsor.
Satori mengaku kejadian tersebut menjadi contoh betapa pentingnya pengelolaan sampah yang bijak, sehingga sistem menampung di suatu lahan sudah tidak lagi efektif.
Ia berharap pengembangan Eco Campus bisa efektif dalam penanggulangan masalah sampah yang tak pernah usai.
Ubah Mindset Tentang Sampah
Hal yang dijalankan melalui Eco Campus sebenarnya cukup sederhana, yakni dengan mengubah cara pandangan orang tentang sampah yang harus dibuang.
Foto: Pemkot Bandung
Dirinya berpendapat bahwa sampah sangat mungkin didaur ulang secara mandiri, sehingga mengurangi penumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
"Tata kelola yang mengganggap TPA itu segalanya ada keliru. Sebelumnya pada tahun 2000 saya sudah mengembangkan program 3R (Reduce, Reuse, Recycle) tapi jangankan terimplementasi, direspon saja sangat minim," tuturnya, mengutip Pemkot Bandung, Rabu (6/3).
Membiasakan untuk Memilah Sampah di Kampus
Menurut dekan Fakultas Teknik dan Pembina Clean and Green Unisba ini, pengembangan program Eco Campus harus melibatkan seluruh unsur di kampus, termasuk lembaga swadaya masyarakat.
Seluruh unsur kampus kemudian dibiasakan dengan kegiatan memilah sampah organik dan non organik, kemudian mengolahnya menjadi benda yang terpakai.
- Cerita Indah Permatasari jadi Pedagang Hewan Kurban, Datangkan Sapi-sapi Lokal dari Bima NTB
- Dosen Cabul Tak Dipecat walau Dipenjara 2,5 Tahun, Korban Singgung Ketegasan Rektorat Unsri
- Kisah Unik Desa Sinar Bandung di Lampung, Warganya 90% Sunda dan Pendukung Setia Persib
- Mengenal Sosok Brigjen TNI Radjamin Purba, Pendiri Kampus USI dan Bupati Simalungun Tahun 1960
“Setelah memilah, lalu mengolah sampah yang sudah terpilah organik, anorganik dan residu. Untuk organik kita bisa olah menjadi kompos. Anorganik bisa kita jual atau serahkan ke bank sampah. Terakhir residu, baru diangkut ke TPA," jelasnya.
Mengolah Sampah Menjadi Kompos
Satori menambahkan, agar program Go Green Unisba ini berjalan dengan baik, perlu ada keterlibatan seluruh unsur seperti internal kampus, mahasiswa sampai eksternal.
Selain itu, peran dari pemerintah juga akan menentukan keberhasilan program untuk kesadaran lingkungan.
"Office Boy mengambil sampah di dapur setiap lantai untuk dipilah. Sore harinya dibawa ke saung kompos untuk diproses menjadi kompos", terangnya.
Saat ini sampah yang didapat dan dikelola di kampus akan diolah menjadi kompos. Pengelolaan di sini memakai bata terawang atau bata berongga dan takakura yang sudah dikembangkan di berbagai daerah.
"Kompos tersebut digunakan untuk sayuran di sekitar kampus. Hasil panen akan dibagikan pada saat jumat berkah," ucapnya.
Ia juga meminta kepada seluruh unsur agar mengurangi produksi sampah dengan menghindari penggunaan produk sekali pakai, dan menyerahkan sampah ke bank sampah.
"Terakhir mulailah membuang sampah sesuai jenisnya," tambahnya