Desa di Banyumas Raup Omzet Rp140 Juta dari Kelola Sampah, Ini 5 Faktanya
Dalam sehari, mereka bisa mengolah sekitar 15 ton sampah.
Dalam sehari, mereka bisa mengolah sekitar 15 ton sampah.
Desa di Banyumas Raup Omzet Rp140 Juta dari Kelola Sampah, Ini 5 Faktanya
Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Randu Makmur Desa Kedungrandu, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, mampu meraup omzet hingga Rp140 juta per bulan dari hasil mengelola sampah di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Kedungrandu.
“KSM Randu Makmur mengelola sampah di TPST ini dengan jumlah personel 40 orang termasuk saya,” kata Ketua KSM Randu Makmur, Wahidin, dikutip dari ANTARA pada Rabu (13/9).
Berikut fakta-faktanya:
-
Apa yang dihasilkan dari pengolahan sampah di Banyumas? Sebanyak 98 persen sampah di Banyumas berhasil dikelola menjadi sesuatu yang berharga dan bernilai jual tinggi.
-
Apa yang dilakukan Pemkab Bantul untuk mengatasi sampah? “Mohon kerja sama kabupaten/kota untuk mengambil langkah-langkah penanganan sampah secara mandiri di wilayah masing-masing. Penutupan itu juga hasil kesepakatan rapat Sekda DIY dengan Sekda Kabupaten Sleman, Sekda Kabupaten Bantul, dan Sekda Kota Yogyakarta,“ katanya melalui sebuah surat edaran.
-
Bagaimana Desa Kemudo kelola limbah? 'Kami mencoba melihat potensi yang ada di Desa Kemudo, yakni dengan adanya limbah kering dari industri,' kata Kepala Desa Kemudo, Hermawan Kristanto, kepada Merdeka.com baru-baru ini.
-
Bagaimana sampah di Banyumas diolah? Sampah organik mereka pisahkan untuk dijadikan maggot atau larva dari lalat yang bisa digunakan sebagai pakan ternak. Sedangkan sampah anorganik diolah menjadi berbagai produk seperti bahan bakar pabrik semen, paving blok, dan masih banyak lagi.
-
Bagaimana cara desa mengatasi masalah sampah? Masyarakat mau tidak mau harus mempunyai tingkat partisipasi untuk memilah dari dapur pindah ke depan pintu masing-masing rumah,“ Menurut Kuncoro, warga yang tinggal di 10 desa percontohan itu akan dibantu penyaluran sampahnya menuju Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce, Recycle (TPS3R) aktif.
-
Bagaimana Pemkab Sleman atasi masalah sampah? Pemkab Sleman menetapkan beberapa kebijakan dalam pengelolaan sampah rumah tangga agar semakin dapat terkelola dengan baik.
1. Mantan Pemulung
Wahidin mengatakan bahwa personel KSM Randu Makmur terdiri dari mantan pemulung di eks Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Gunung Tugel yang selanjutnya diberdayakan untuk mengelola TPST Kedungrandu.
2. Melayani hingga 15 Ton Sampah
Ia menjelaskan, kelompok swadaya yang ia kelola melayani pengambilan sampah rumah tangga dari 3.000 pelanggan yang tersebar di 17 kelurahan/desa di tujuh kecamatan. Walau demikian ia mengaku tidak semua sampah rumah tangga di satu kelurahan diambil oleh KSM Randu Makmur karena ada pula yang diambil oleh KSM dari TPST yang lain.
“Total sampah yang masuk ke TPST Kedungrandu setiap harinya rata-rata 15 ton karena pelanggan kami tak hanya rumah tangga, tapi juga restoran, pasar, dan objek wisata Menara Pandang ‘Teratai’ Purwokerto,” terang Wahidin.
3. Proses Pengolahan Sampah
Wahidin menjelaskan, layanan pengambilan sampah tersebut bervariasi, yaitu setiap hari untuk sampah dari tempat usaha, tiga hari sekali untuk sampah rumah tangga, dan satu minggu sekali untuk sampah dari instansi atau industri. Sampah itu selanjutnya diproses dengan mesin untuk memilah sampah anorganik atau sampah residu.
“Potensi sampah anorganik sekitar 20 persen, potensi residu sekitar 10 persen. Itu yang dipisahkan di awal dengan mesin conveyor,” ujar Wahidin.
Sampah yang sudah terpilah atau residu 2 selanjutnya masuk ke mesin gibrig yang berfungsi mencacah dan memilah sampah organik yang sudah terpilah, sehingga menjadi sampah organik dan bahan bakar alternatif (refused derived fuel/RDF).
4. Produksi Bahan Bakar
Menurut Wahidin, potensi sampah organik di TPST Kedungrandu bisa mencapai 55 persen dan sisanya berupa RDF. Dalam sehari, tempat pembuangan itu bisa memproduksi 1 ton RDF atau sekitar 25 ton per bulan. Hasil RDF itu kemudian disalurkan ke PT Solusi Bangun Indonesia Tbk yang merupakan anak usaha PT Semen Indonesia.
Sementara potensi sampah organiknya dalam sehari bisa mencapai 5-6 ton dan sekitar 4 ton yang dihasilkan terserap untuk produksi bahan bakar jumputan padat (BPJP) yang dimanfaatkan oleh pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), sedangkan sisanya untuk budi daya maggot.
5. Pendapatan yang Dihasilkan
Dalam sebulan, KSM Randu Makmur bisa meraih omzet hingga Rp140 juta yang berasal dari iuran pelanggan serta penjualan produk hasil pengolahan sampah termasuk rongsok. Dari 3.000 pelanggan rumah tangga, mereka mendapat iuran rata-rata sebesar Rp92 juta per bulan.
Sedangkan hasil penjualan rongsok rata-rata menghasilkan Rp30 juta per bulan dan penghasilan tersebut belum termasuk penjualan RDF dan beberapa produk lainnya.
Sementara untuk biaya operasional, dalam satu bulan rata-rata membutuhkan sebesar Rp120 juta termasuk di dalamnya upah personel KSM yang besarnya Rp2 juta per bulan.
“Dengan demikian para mantan pemulung yang sekarang bekerja di TPST mempunyai kesejahteraan dengan gaji minimal Rp2 juta per bulan dan jaminan kesehatan dan kesejahteraan lain,” kata Wahidin dikutip dari ANTARA.