Diburu Konsumen Eropa, Ternyata Keindahan Rotan Khas Cirebon Bermula dari Lamaran Pangeran terhadap Gadis Desa di Abad ke-15
Aneka olahan rotan khas Tegal Wangi Cirebon ini bermula dari lamaran seorang pangeran terhadap gadis desa yang ditolak di abad ke-15 silam.
Deretan produk rotan berbentuk kursi kuda, miniatur sepeda, tudung saji sampai ayunan anak menghiasi toko-toko di sepanjang jalan Desa Tegal Wangi, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon.
Ini adalah kawasan industri rotan yang sudah eksis sejak awal tahun 1900-an silam. Seiring berkembangnya zaman, olahan dari tanaman tersebut semakin bervariasi dengan konsumen hingga dari daratan Eropa.
-
Bagaimana kesenian Tayuban Cirebon dipertunjukkan? Pertunjukkan Tayuban Dalam pementasannya, kesenian ini dilakukan oleh seorang penari yang disebut ronggeng dan diiringi pemusik karawitan seperti kendang, goong, kenong, gamelan, kecrek dan suling. Musiknya cenderung dinamis, namun didominasi tempo lambat. Penarinya juga menggunakan selendang yang akan diberikan kepada tamu yang disambut untuk ikut menari.
-
Kapan Gedung Balai Kota Cirebon dibangun? Mengutip laman Kemdikbud, peletakan pertama pondasi bangunan ini dilakukan pada 1926.
-
Apa itu Tayuban Cirebon? Kesenian Tayuban menjadi salah satu warisan lokal yang punya banyak makna.
-
Kapan Taman Pedati Gede di Cirebon dibuat? Menurut sejarahnya, pedati ini dibuat oleh pendiri wilayah Cirebon yakni Pangeran Cakrabuana atau Raden Walasungsang.
-
Kapan Tayuban Cirebon biasa digelar? Biasanya seni Tayuban digelar saat hajatan keluarga keraton seperti pernikahan dan acara kebudayaan.
-
Apa yang dilakukan Syekh Nurjati di Cirebon? Di Cirebon, keduanya sepakat mulai mengajarkan ilmu Agama Islam yang saat itu masih banyak yang belum mengenalnya.
Keunggulan dari rotan khas Cirebon ini adalah di motifnya yang beragam, dengan aneka hiasan dan warna. Selain itu, kualitasnya juga terkenal kuat dan bisa bertahan sampai puluhan tahun.
Namun siapa sangka, aneka olahan rotan khas Tegal Wangi ini bermula dari lamaran seorang pangeran terhadap gadis desa di abad ke-15 silam.
Cerita ini, menjadi salah satu daya tarik dari sejarah industri furnitur yang sampai saat ini belum kehilangan konsumennya tersebut. Yuk yuk simak asal usulnya berikut.
Belasan Pabrik Rotan Hiasi Cirebon
Merujuk kemenperin.go.id, sampai saat ini total ada 11 pabrik rotan besar yang aktif memproduksi aneka olahan tanaman khas Kalimantan itu. Kebanyakan, produk yang dibuat adalah barang rumah tangga.
Konsumen biasanya berburu boks bayi, kursi berbentuk miniatur hewan, ayunan balita, kursi santai sampai meja televisi.
Semuanya dibanderol dengan harga mulai dari ratusan ribu rupiah, sampai jutaan rupiah tergantung jenis dan ukurannya. Dari pesatnya perkembangan industri rotan, warga Tegal Wangi mampu bertahan hidup.
Gabungkan Produksi Tradisional dan Modern
Dalam laman rattanstore.id, pembuatan rotan di Cirebon sendiri masih menggunakan cara yang unik. Perusahaan-perusahaan biasanya menggabungkan teknik produksi modern dan tradisional, melalui pemanasan, pelengkungan, dan pembuatan motif.
Cara ini harus dilakukan presisi, karena batang rotan rentan patah sehingga tidak sesuai desain yang dirancang.
Warga kemudian banyak yang merasa terbantu dengan adanya industri rotan di Cirebon. Mereka bisa turut menyekolahkan anak-anaknya, karena hasil bekerja di pabrik selama puluhan tahun.
Diekspor ke Asia sampai Eropa
Sebenarnya, masih ada industri rotan berskala kecil yang turut membantu memenuhi kebutuhan pasar. Puluhan kontainer pun bisa diberangkatkan dalam beberapa bulan, untuk memenuhi pesanan luar negeri.
Tercatat pasar mancanegara mulai dari Asia hingga Eropa menjadi konsumen tetap dari produk rotan khas Cirebon. Beberapa negara yang menjadi langganan adalah Malaysia, Singapura, Timur Tengah sampai Prancis.
Untuk Prancis, jumlahnya mencapai 90-an unit kursi yang diangkut melalui puluhan kontainer.
"Ini bukti apa yang kami lakukan untuk keperluan UMKM, sehingga tempat waktu dan efort yang kami berikan semata-mata bagi UMKM. Semoga dengan sinergi dan kolaborsi yang terjalin kita bisa kembangkan UMKM dalam tataran go ekspor," kata salah satu pengusaha rotan di Tegal Wangi, Anton, mengutip Liputan6, Rabu (11/9).
Bermula dari Legenda Rakyat
Mundur ke ratusan tahun lalu, industri rotan sebelumnya bermula dari legenda rakyat di wilayah Tegal Wangi, Kabupaten Cirebon. Menurut sejarahnya, industri rotan tidak bisa dilepaskan dari cerita rakyat tentang Pangeran Kejaksan yang terpikat dengan Kecantikan Nyi Mas Galmantro.
Alkisah di abad ke-15 silam, ada seorang gadis desa yang cantik dan kharismatik bernama Nyi Mas Galmantro. Menurut babad Desa Tegal Wangi, ia merupakan warga desa setempat.
Saat Pangeran Kejaksan hendak melamar putri tersebut menggunakan beberapa batang rotan, lamarannya langsung ditolak. Ini karena, Pangeran Kejaksan membawa rotan kurang dua buah yang telah dijanjikan.
Meski ditolak, ia menerimanya dengan lapang dada. Rotan-rotan akhirnya dihibahkan kepada warga setempat untuk kebutuhan hidup anak cucu mendatang. Meski baru sebagai legenda, namun kepercayaan ini dipegang teguh oleh masyarakat Galmantro yang kini menjadi Tegal Wangi.