4 Masjid Unik di Jabar Ini Cocok untuk Ngabuburit Ramadan, Ada yang Corak Hindu
Saking legendarisnya, masjid-masjid rekomendasi berikut telah lama menjadi ikon di wilayahnya masing-masing, dan salah satu di antaranya memiliki corak Hindu yang unik.
Kegiatan ngabuburit di bulan Ramadan menjadi hal yang paling dinanti saat menunggu waktu berbuka puasa. Di sana masyarakat bisa mengisinya dengan ragam aktivitas, salah satunya berwisata religi.
Provinsi Jawa Barat menjadi salah satu tempat dengan banyaknya masjid unik yang bisa dikunjungi sebagai alternatif tempat untuk menghabiskan jam sore.
-
Apa isi dari surat kabar *Bataviasche Nouvelles*? Mengutip dari berbagai sumber, isi konten tulisan yang ada di surat kabar Bataviasceh Nouvelles ini mayoritas adalah iklan. Ada pula beberapa terbitannya juga memuat aneka berita kapal dagang milik VOC.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Kapan nama surat kabar Benih Merdeka diubah? Akhirnya pada tahun 1920, ia mengubah nama menjadi "Mardeka".
-
Apa nama surat kabar pertama yang terbit di Jogja? Melalui sebuah unggahan pada 9 Mei 2024, akun Instagram @sejarahjogya menampilkan dua surat kabar yang pertama kali terbit di Jogja. Koran satu bernama “Mataram Courant” dan satunya lagi bernama “Bintang Mataram”.
-
Apa kabar terbaru dari Nunung? Nunung bilang badannya sekarang udah sehat, ga ada keluhan lagi dari sakit yang dia alamin. Kemo sudah selesai "Nggak ada (keluhan), karena kemo-nya sudah selesai sudah baik, aman, Alhamdulillah," tuturnya.
-
Apa isi dari surat kabar Soenting Melajoe? Terbit pertama kali pada 10 Juli 1912, isi dari surat kabar Soenting Melajoe ini seperti tajuk rencana, sajak-sajak, tulisan atau karya mengenai perempuan, hingga tulisan riwayat tokoh-tokoh kenamaan.
Saking legendarisnya, masjid-masjid rekomendasi berikut telah lama menjadi ikon di wilayahnya masing-masing, dan salah satu di antaranya memiliki corak Hindu yang unik.
Saat hari-hari tertentu, lokasi-lokasi tersebut ramai didatangi oleh wisatawan dari luar daerah, dengan protokol kesehatan ketat pandemi Covid-19. Berikut ulasannya yang telah dirangkum dari ANTARA, disbudpar.jabarprov.go.id dan cagarbudaya.kemdikbud.go.id.
Masjid Raya Bandung
©2022 bandung.go.id/Merdeka.com
Masjid Raya Bandung, menjadi tempat pertama yang wajib dikunjungi saat ngabuburit di wilayah Jawa Barat. Masjid ini berada di alun-alun Kota Bandung, dengan dua menara kembar setinggi 81 meter.
Kedua menara menjadi pemandangan yang menakjubkan, terutama saat dilihat dari jarak jauh. Di bagian halaman alun-alun turut dibangun rumput sintesis, sehingga makin asyik menikmati keindahan bangunan masjid yang dibangun tahun 1810 itu.
Berdasarkan sejarahnya, sebelumnya bernama Masjid Agung yang dibangun bersamaan dengan dipindahkannya pusat Kota Bandung dari Krapyak dengan bentuk bangunan yang menyerupai panggung tradisional sederhana.
Di sana, corak budaya Sunda begitu kental di setiap sudutnya. Belum lagi adanya kolam besar untuk mengambil air wudhu, makin menjadi daya tarik di kala itu.
Seiring dengan perkembangan zaman, masjid yang memiliki luas 8.573 meter persegi ini telah mengalami belasan kali renovasi hingga dirombak ulang secara maksimal saat momentum Konferensi Asia Afrika tahun 1955.
Di tahun yang sama, Presiden Soekarno membuat rancangan Masjid Raya Bandung dengan kubah persegi empat bergaya timur tengah seperti bawang. Model kubah nyungcung bentukan Soekarno itu hanya bertahan kurang lebih 15 tahun, setelah rusak akibat tiupan angin kencang.
Saat ini bagian halaman masjid dengan rumput sintetis yang dibangun Ridwan Kamil (saat masih menjabat Wali Kota Bandung) telah menjadi ikon tempat wisata religi dan keluarga dari masjid tersebut.
Masjid Sang Cipta Rasa Cirebon
Masjid Sang Cipta Rasa Cirebon
©2012 Merdeka.com
Masjid yang kedua ini tak kalah legendarisnya. Terletak di dalam kompleks Keraton Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Jawa Barat. Sang Cipta Rasa menjadi ikon masjid kuno yang banyak didatangi saat momen-momen keagamaan, seperti Ramadan.
Masjid Agung Sang Cipta Rasa menjadi salah satu saksi bisu perjuangan Wali Sango dalam menyebarkan Islam di Tanah Jawa.
Masjid ini dibangun pada tahun 1498 M oleh Wali Sango atas prakarsa Sunan Gunung Jati pada tahun 1480, dengan arsiteknya Raden Sepat (dari Majapahit) bersama dengan 200 orang pembantunya (tukang) yang berasal dari Demak.
Keunikan dari masjid ini terletak pada desainnya yang bercorak Hindu. Hal itu tampak pada bentuk gerbang masjid yang menyerupai candi. Gerbang ini dibuat dari tumpukan batu yang tertata rapi, dengan konsep utama budaya Majapahit.
Tujuan dibuat dengan corak candi adalah untuk menarik perhatian masyarakat Cirebon yang kala itu masih hidup dalam budaya Hindu yang kuat. Kemudian pintunya terdapat 9 buah dan 44 lubang angin yang melambangkan kesembilan wali (Walisongo) yang ada di tanah Jawa.
Kemudian, daya tarik lain adalah dikumandangkannya azan oleh tujuh orang muazin yang kemudian dikenal dengan sebutan Masjid Adzan Pitu. Tujuannya adalah untuk melawan sosok Menjagan Wulu di Cirebon yang dengki terhadap Islam itu.
Saat ini, azan pitu atau azan oleh tujuh orang muazin masih tetap dipertahankan dan menjadi identitas Masjid Agung Sang Cipta Rasa terutama saat panggilan salat Jumat.
Masjid Kubah Mas Depok
©brilio.net
Dari Cirebon, beralih ke Masjid Kubah Mas yang ada di Jalan Raya Meruyung, Meruyung, Kecamatan Limo, Kota Depok, Jawa Barat.
Masjid Kubah Mas telah lama populer menjadi lokasi wisata religi, karena daya tarik emas di bagian kubah besarnya.
Disebutkan, penamaan Kubah Mas atau Kubah Emas diambil dari bentuk atap masjid yang memang dilapisi emas murni.
Masjid jami bernama Dian Al-Mahri ini dibangun tahun 2001 dan selesai pada 2006 oleh pengusaha asal Banten, Hj Dian Djuriah Maimun Al-Rasyid. Masjid ini dapat menampung kurang lebih 20.000 jamaah dan disebut sebagai masjid termegah di Asia Tenggara.
Saat memasuki bagian dalam, terdapat interior pilar yang menjulang tinggi.
Simbolisasi tersebut merupakan bentuk gambaran bangunan megah sebagai bukti kebesaran Allah SWT.
Biasanya para pengunjung akan takjub dengan keindahannya, sehingga kerap dijadikan sebagai lokasi selfie baik di dalam, maupun di halaman luar bangunan masjid.
Selain itu jumlah pengunjung akan lebih membludak ketika momen-momen tertentu seperti Idul Fitri, Idul Adha, atau Maulid Nabi Muhammad SAW.
Banyak wisatawan dari dalam dan luar kota yang berkunjung ke masjid seluas 8.000 meter persegi ini.
Masjid Agung Al-Imam Majalengka
©2021 Liputan6/Merdeka.com
Rekomendasi tempat wisata masjid ikonik terakhir di Jawa Barat adalah Masjid Masjid Agung Al-Imam di Kabupaten Majalengka. Letaknya sendiri yang berada di sebelah barat Alun-alun kota angin tersebut.
Secara tampilan, Masjid Al Imam Majalengka terlihat antik, megah dan luas dengan bentuk estetik dari motif-motifnya.
Pengunjung juga akan disuguhi empat menara yang menjulang di setiap sisinya, termasuk rumput sintesis yang berada di halaman pinggir masjid. Di sini wisatawan bisa rehat sembari bersantai untuk menikmati keindahan Masjid Al Imam
Masjid Al Imam ini merupakan wakaf atau peninggalan dari Kiai Imam Syafari, kakek dari pahlawan nasional KH Abdul Halim. Di mana, dahulu masjid ini dibangun secara sederhana dengan bentuk panggung yang di bawahnya terdapat kolam kecil.
Renovasi masjid ini pun dilakukan secara bertahap, hingga akhirnya pada masa Bupati Majalengka ke-6 R.M.A.A Salmon Salam Sura Adi Ningrat pada 1888 masjid ini mulai dirombak secara menyeluruh.
Terakhir masjid ini direnovasi lagi pada masa Bupati Majalengka, Karna Sobahi di tahun 2019 hingga terlihat indah dan menjadi ikon menarik di kota Majalengka saat ini.