Jejak Letusan Semeru, Gunung yang Konon 'Dipindahkan' Dewa dari India
Banyak kisah menarik di balik gunung yang memiliki ketinggian 3.676 meter di permukaan laut (mdpl) itu. Termasuk legenda Semeru yang dibawa oleh Dewa di masa lampau untuk menjaga keseimbangan Jawadwipa (Pulau Jawa). Begini kisah Gunung Semeru dan jejak letusannya.
Gunung Semeru yang terletak di Provinsi Jawa Timur dikenal memiliki kisah yang menarik. Gunung Semeru memiliki kawah Jonggring-Seloko yang menjadi kawah paling aktif di puncak Mahameru. Lubang tersebut menjadi pusat letusan, tapi juga menjadi salah satu daya tarik para pendaki.
Banyak kisah menarik di balik gunung yang memiliki ketinggian 3.676 meter di permukaan laut (mdpl) itu. Termasuk legenda Semeru yang dibawa oleh Dewa di masa lampau untuk menjaga keseimbangan Jawadwipa (Pulau Jawa). Begini kisah Gunung Semeru dan jejak letusannya.
-
Kapan Jalur Lingkar Barat Purwakarta dibangun? Sebelum dibangun jalan lingkar pada 2013, Kecamatan Sukasari yang berada paling ujung di Kabupaten Purwakarta aksesnya tidak layak.
-
Apa kabar terbaru dari Nunung? Nunung bilang badannya sekarang udah sehat, ga ada keluhan lagi dari sakit yang dia alamin. Kemo sudah selesai "Nggak ada (keluhan), karena kemo-nya sudah selesai sudah baik, aman, Alhamdulillah," tuturnya.
-
Bagaimana bentuk Jurig Jarian? Mulai dari perempuan berambut panjang, sosok bertubuh tinggi dan besar sampai yang menyerupai tuyul karena ukurannya yang kecil dan berkepala botak.
-
Apa isi dari surat kabar Soenting Melajoe? Terbit pertama kali pada 10 Juli 1912, isi dari surat kabar Soenting Melajoe ini seperti tajuk rencana, sajak-sajak, tulisan atau karya mengenai perempuan, hingga tulisan riwayat tokoh-tokoh kenamaan.
-
Apa nama surat kabar pertama yang terbit di Jogja? Melalui sebuah unggahan pada 9 Mei 2024, akun Instagram @sejarahjogya menampilkan dua surat kabar yang pertama kali terbit di Jogja. Koran satu bernama “Mataram Courant” dan satunya lagi bernama “Bintang Mataram”.
-
Kenapa Padi Salibu dilirik Pemprov Jabar? Padi dengan teknologi salibu saat ini tengah dilirik Pemprov Jabar sebagai upaya menjaga ketahanan pangan.
Mitos Gunung Semeru
Gunung Semeru ©Creative Commons/Mbah ukik
Sebagaimana dimuat di Wikipedia, Gunung Semeru mulanya merupakan gundukan yang konon dibawa dari India oleh dewa demi menyelamatkan Jawadwipa atau Pulau Jawa.
Dalam teks Tantu Pangelaran yang ditulis pada 1635 Masehi, keadaan Jawa masih terombang-ambing di lautan. Sehingga dewa dalam kepercayaan Hindu membawakan paku bumi, agar posisinya kembali stabil.
Mulanya gundukan besar itu akan ditempatkan di barat Pulau Jawa. Namun sisi Timur tidak seimbang. Hingga kembali dipindah ke Timur dan di perjalanan tercecer dan membentuk beberapa gunung seperti Lawu, Wilis, Kelud, Kawi, Arjuna dan Kemukus.
Menjadi Salah Satu Gunung Teraktif di Indonesia
Di Pulau Jawa, Semeru merupakan gunung tertinggi dan dikenal dengan sebutan ‘Atap Jawa’. Di balik kepopulerannya, gunung tersebut menyimpan potensi bahaya dengan intensitas letusan yang tinggi dan sudah terjadi puluhan kali, tercatat sejak November 1818.
Mengutip laman volcanolive.com, setidaknya Semeru mengalami 50-an kali erupsi. Namun hanya sekitar 12 kali yang tercatat dengan intensitas cukup besar.
Dimulai tahun 1941, sebuah letusan terjadi di dasar gunung berapi Semeru. Tidak ada catatan lain dari erupsi ini. Di bulan Februari 1946 terjadi hujan abu di Malang, hingga pada tanggal 27 Mei 1946 sebuah laporan dari Aneta, Batavia menyatakan bahwa Gunung Semeru akhir-akhir ini menjadi aktif. Seratus rumah tinggal dan sekitar 150 hektar sawah hancur dikarenakan banjir lahar.
Kemudian pada tahun 1957, aliran debris (aliran sungai dengan sedimentasi tinggi) terjadi di Gunung Semeru hingga mencapai kota Lumanjang, Jawa Timur.
Kembali Meletus di Tahun 1981
©2021 Sosial media
Pada tanggal 14 Mei 1981, hujan lebat menyebabkan semburan lumpur/tanah longsor menewaskan 252 orang, 152 luka-luka dan 120 hilang. Lokasi longsor mirip dengan kejadian di tahun 1909.
Pada tanggal 3 Februari 1994, Semeru kembali aktif dengan ditandai munculnya longsoran lava dan aliran piroklastik (material vulkanik) dari kawah puncak turun ke tenggara di sepanjang sungai Kembar dan Kobokan. Jarak luncurnya mencapai 7,5 km dan 11,5 km dari puncak.
Akibat kejadian itu, enam orang dikabarkan meninggal dunia dan 275 orang dievakuasi dari Desa Sumbersari.
Selanjutnya, erupsi juga tercatat pada 11 Maret 2002 dengan diawali peningkatan status dari normal menjadi waspada. Kejadian itu dikarenakan peningkatan jumlah gempa-gempa vulkanik dangkal maupun dalam sejak Januari 2002 dan mencapai puncaknya di bulan April 2002, masing-masing 10 dan 57 kali.
Terjadi peningkatan gempa tremor harmonis serie pertama di bulan Maret 2002 sampai dengan Juni 2002. Guguran lava pijar pun ikut meningkat secara tajam sejak April 2002 (610 kali) hingga Agustus 2002 (484 kali), namun sejak September hingga Desember 2002 menunjukkan penurunan (93-151 kali) kembali.
Pada letusan tersebut, penurunan guguran lava pijar digantikan oleh kemunculan aliran awan panas yang cukup signifikan di bulan Desember 2002. Selain itu, diikuti munculnya gempa tremor harmonis susan sejak Agustus 2002.
Gempa-gempa tremor harmonis ini mencapai puncaknya di bulan Desember 2002, dan sampai tanggal 3 Januari 2003 telah terjadi beberapa kali gempa tremor harmonis dengan amplitudo maksimum mencapai 4 mm. Adapun pada 23 Desember 2002 terjadi 8 kali letusan di kawah utama dan 25 Desember 2002 terjadi 1 kali letusan.
Letusan 2009
Letusan kembali terjadi di tahun 2009 bulan Maret, dengan 873 catatan gempa sejak satu bulan sebelumnya. Pada tanggal 5 Maret tercatat satu periode tremor, dan kembali terjadi pada 6 Maret dengan satu kali gempa disertai suara dentuman yang terdengar di observatorium Semeru.
Masih di tahun sama, status Gunung Semeru berada pada waspada level 2 karena keadannya yang makin meningkat. Ledakan terjadi pada interval 20-30 menit, dengan emisi abu 100-400 m di atas kawah Jonggring Seloko. Sejauh ini erupsi itu belum disertai aliran piroklastik, namun hal ini tetap menjadi bahaya.
Daerah yang mungkin terkena aliran piroklastik (bebatuan vulkanik) antara lain daerah berpenduduk Rowo Baung, Supit, Pronojiwo, Urip, dan Umbulandi Urang Supit. Rowo Baung dan Supit merupakan desa terdekat dengan pusat erupsi, 9 km dari puncak Gunung Semeru.
Ada potensi ancaman terhadap aktivitas penambangan pasir di Supit dan Rowo Baung. Rekomendasi dari Pusat Vulkanologi dan Geologi Indonesia adalah agar masyarakat menghindari area 4 km tenggara kawah aktif di Semeru karena ancaman aliran piroklastik.
Masyarakat juga disarankan untuk tidak mendaki ke puncak (Mahameru). Warga harus bersiap untuk kemungkinan hujan abu. Pesawat harus waspada terhadap bahaya ledakan, dan emisi abu dari Semeru.
Jejak Letusan di Tahun 2011 hingga 2021
©2021 Merdeka.com/Instagram @khofifah.ip
Letusan diamati di gunung berapi ini pada tanggal 9,14, dan 17 Juni 2011. Aktivitas di Semeru dilanjutkan pada akhir Desember 2011. Antara 29 Desember 2011 dan 15 Januari 2012 terjadi delapan ledakan di kawah Jonggring Seloko, mengirimkan abu hingga 600 m tinggi. Kejatuhan pijar diamati radius 200 m dari kawah.
Melansir dari laman Volcano Live, pada tanggal 2 Februari 2012 aliran piroklastik mencapai 2,5 km dari kawah. Status waspada di gunung berapi Semeru dinaikkan ke Level 3 (dari maksimum 4) pada 3 Februari 2012. Zona eksklusi 4 km ditempatkan di lereng tenggara gunung berapi tempat aliran piroklastik terjadi. Pendaki disarankan untuk tetap berada setidaknya 1 km dari kawah Jonggring Seloko.
Di tahun 2018, aktivitas hujan abu terpantau di Gunung Semeru pada Agustus. Dan di Januari 2020 terjadi letusan selama 3 menit 50 detik. Terakhir, letusan besar terjadi di gunung berapi Semeru pada 4 Desember 2021 lalu. Dalam peristiwa itu, emisi abu mencapai ketinggian 50.000 kaki. Aliran piroklastik mendekati daerah berpenduduk.