Ketika Ali Sadikin Dijuluki “Gubernur Monyet” karena Sifatnya, Begini Kisahnya
Orang-orang Jakarta dulu menjuluki Ali Sadikin sebagai "Gubernur Monyet"
Ali Sadikin yang pernah menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta antara 28 April 1966 – 11 Juli 1977 pernah dijuluki sebagai “Gubernur Monyet”. Ungkapan ini kabarnya disampaikan oleh banyak warga Jakarta karena gaya kepemimpinannya yang tegas dan keras.
Sosok Ali Sadikin memang kontroversial. Di masa kepemimpinannya, ia pernah melegalkan judi demi pemasukan daerah. Rupanya cara ini tepat. Jakarta banyak dikunjungi para penggila lempar dadu dari berbagai kota hingga negara.
-
Siapa saja yang diusulkan untuk menjadi calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta oleh PDI Perjuangan? Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan partainya masih mencermati nama-nama tokoh yang diusulkan untuk diusung sebagai calon gubernur dan calon wakil gubernur DKI Jakarta pada Pilkada serentak 2024.
-
Kapan PDI Perjuangan akan mengumumkan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta? Nama-nama akan tersaring sesuai dengan usulan dari daerah-daerah. Mohon maaf, belum bisa kami sebut karena masih melakukan proses pencermatan," kata Hasto di Posko Pemenangan, Jakarta, Senin (6/5) malam.
-
Kapan Gubernur Ali Sadikin mulai mengusulkan penghapusan becak? Pada 1967, Gubernur Ali Sadikin mengusulkan penghapusan becak.
-
Kapan Tjokropranolo menjadi Gubernur DKI Jakarta? Hingga pada tahun 1977, ia dilantik menjadi Gubernur DKI Jakarta periode 1977-1982.
-
Apa yang diresmikan oleh Jokowi di Jakarta? Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan kantor tetap Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) Asia di Menara Mandiri 2, Jakarta, Jumat (10/11).
-
Bagaimana cara PKB menentukan calon Gubernur dan Wakil Gubernur di Jakarta? Saya sejak keputusan banyak yang harus diambil, dilemanya saya tidak ikut-ikut, saya serahkan ke Desk Pilkada," kata Cak Imin kepada wartawan di Kawasan Bundaran HI, Jakarta, Minggu (21/7).
Meski sosoknya kerap tak berani dilawan oleh warganya, namun gubernur kelahiran Citamiang, Sumedang, Jawa Barat 7 Juli 1926 ini memiliki hati yang baik dan sifat mengayomi. Ia hanya marah kepada warga yang tak menuruti kebijakan dan melanggar peraturan daerah.
Lantas bagaimana asal mula ia dijuluki sebagai “Gubernur Monyet”? berikut informasi selengkapnya.
Tampar Orang-orang yang Mengganggu Ketertiban
Di bawah kendalinya, Jakarta harus menjadi provinsi yang tertib, rapi dan bersih. Bang Ali (begitu sapaannya), seringkali blusukan ke kota-kota di DKI untuk memantau kemajuan wilayah serta penataan kota.
Saat melakukan kunjungan, Bang Ali sering melempar senyuman hingga candaan, serta tak jarang ia juga murka lantaran kebijakannya diterabas.
Mengutip buku Jakarta Sejarah 400 Tahun karya Susan Blackburn, Ali Sadikin tak segan menampar orang-orang yang mengganggu ketertiban Jakarta, seperti sopir truk dan angkutan umum yang ugal-ugalan, pencopet, tukang parkir dan lain sebagainya.
Dijuluki “Gubernur Monyet”
Selain tegas namun sering bercanda, Ali Sadikin saat menjabat juga pernah dijuluki “Gubernur Monyet” oleh warga Jakarta. Usut punya usut, monyet yang dimaksud bukanlah ejekan terhadap sosoknya, melainkan untuk menirukan gaya Bang Ali yang tegas saat sedang marah.
Mengapa demikian? Sebab, Ali sering melontarkan kata makian berupa “Monyet” kepada permasalahan yang ia temui di jalan. Tak hanya orang-orang yang mengganggu ketertiban, namun juga kepada birokrasi yang dianggap tidak mengutamakan kepentingan rakyat bawah.
Istilah “Gubernur Monyet” diketahui populer sekitar tahun 1968 sampai akhir kepemimpinannya. Namun demikian, Ali Sadikin tidak mengambil pusing ini, karena kemarahannya bertujuan untuk memperbaiki birokrasi dan tata wilayah.
Siap Dimarahi Rakyat
Dalam bukunya, Susan juga mengatakan bahwa Ali Sadikin merupakan sosok yang tanggung jawab terhadap jabatannya. Sering terlontarnya kata makian adalah upaya Ali untuk menyadarkan seseorang tersebut, terkait tindakan buruknya yang tidak mematuhi tata tertib.
Namun demikian, Ali juga tak serta merta lepas tangan ketika ada warga yang mengeluh. Ia dengan segenap hati akan mendengarkan, bahkan ia siap untuk dimarahi balik jika kebijakannya dianggap menyusahkan masyarakat.
“Makian itu tidak dimaksudkan untuk menghina, melainkan lebih kepada agar bisa menunjukkan apa yang salah dan mengerti kewajiban,” tulis Susan.
Legalkan Judi dan Bangun Kompleks Lokalisasi
Sementara itu, laman Wikipedia menyebut bahwa Ali Sadikin merupakan gubernur yang memiliki kebijakan kontroversial saat masa jabatannya. Paling terlihat adalah ketika perjudian dilegalkan di Jakarta, dengan dibangun banyak kasino dan lokasi-lokasi serupa.
Kemudian, Ali juga membangun kompleks Kramat Tunggak sebagai lokalisasi pelacuran yang banyak didatangi masyarakat. Ali kemudian berniat memungut pajak dari tempat-tempat hiburan malam tersebut, karena perputaran uang sangat besar.
Namun di lain sisi, Ali merupakan sosok yang peduli akan kesenian dan kebudayaan di Jakarta. Di masa dirinya memimpin, Ali turut mengadakan ajang pemilihan Abang-None, mendirikan Jakarta Fair sampai membangun kompleks Tangkiwood, untuk bermukim artis dan seniman lanjut usia.
Disebut Soekarno Cocok Pimpin Jakarta karena Watak Kerasnya
Sebelumnya, Ali Sadikin merupakan seorang letnan jenderal KKO-AL (Korps Komando Angkatan Laut) yang berduet dengan Laksamana Muda Udara Raden H. Atje Wiriadinata. Keduanya ditunjuk oleh Presiden Soekarno menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta pada tahun 1966.
Kendati demikian, Ali diketahui sempat kaget dan bingung mengapa ia dipilih. Rupanya Soekarno mengenal sosok Ali memiliki watak yang keras sehingga cocok memimpi Jakarta.
Nyatanya, jejaknya masih bisa dilihat sampai sekarang yakni pemilihan Abang-None Jakarta yang diadakan rutin sampai Jakarta Fair yang kini menjadi Pekan Raya Jakarta.