Lebih Dekat dengan Bahasa Gaul Uang Goceng hingga Gocap yang Populer di Jakarta, Diadaptasi dari Budaya Tiongkok
Kebudayaan unik ini pun lantas menyebar hingga sekarang dikenal melekat di daerah Jakarta, Bogor, Depok hingga Bekasi (Jabodetabek).
Sadar atau tidak, jika kita bertandang ke wilayah Jakarta dan sekitarnya penyebutan uang terasa berbeda. Umumnya masyarakat Indonesia akan menyebut dengan jumlah nominalnya, misal Rp5 ribu, Rp10 ribu ataupun Rp50 ribu. Namun di sana, yang diucap adalah kata goceng, ceban, goban hingga gocap.
Hal yang sama juga berlaku bagi uang dengan nominal pecahan kecil misal gopek, seceng hingga nopek yang merupakan uang receh. Sebenarnya apa yang terjadi?
-
Apa yang dimaksud dengan peribahasa China bijak? Peribahasa China Bijak 1. "Jangan takut tumbuh perlahan, takutlah hanya berdiri diam." 2. "Ada dua jenis manusia sempurna: mereka yang sudah mati, dan mereka yang belum lahir." 3. "Makin banyak kamu berkeringat dalam latihan, makin sedikit kamu berdarah dalam pertempuran." 4. "Kau mendapatkan apa yang kau bayar." 7. "Pilih pekerjaan yang kamu sukai dan kamu tidak akan pernah harus bekerja sehari pun dalam hidupmu." 8. "Jangan pernah menilai seseorang dari penampilannya." 9. "Perjalanan seribu mil dimulai dengan langkah pertama." 10. "Kesempatan mengetuk pintu hanya sekali."
-
Di mana sampah luar angkasa menghantam Stasiun Luar Angkasa China? “Modul inti Tianhe dari stasiun luar angkasa telah mengalami kehilangan sebagian pasokan daya akibat benturan dari sampah luar angkasa pada kabel daya di sayap panel surya,” ujar wakil direktur CMSA, Lin Xiqiang.
-
Bagaimana bahasa gaul 'gabut' digunakan? Gabut: Dalam bahasa gaul, gabut berasal dari kata gaji buta. Kata ini kerap diungkapkan ketika seorang yang tidak melakukan pekerjaan apapun tapi tetap mendapatkan gaji.
-
Apa yang membuat orang Tionghoa terkenal dengan kemampuan mereka dalam mengelola uang? Orang-orang keturunan Tionghoa memilih hidup hemat dibandingkan berperilaku konsumtif seperti kebanyakan orang. Mereka akan berbelanja barang yang dibutuhkan saja. Pendapatan yang mereka miliki lebih banyak disisihkan untuk ditabung atau investasi.
-
Kenapa singkatan bahasa gaul 'gabut' muncul? Gabut: Dalam bahasa gaul, gabut berasal dari kata gaji buta. Kata ini kerap diungkapkan ketika seorang yang tidak melakukan pekerjaan apapun tapi tetap mendapatkan gaji.
-
Bagaimana bahasa gaul "mantul" digunakan dalam percakapan? Kata ini juga sering digunakan sebagai apresiasi, seperti ungkapan pujian.
Rupanya, istilah unik ini berasal dari kebudayaan Tiongkok. Dalam setiap transaksinya, mereka tidak menyebut kata Rp5 ribu, Rp10 ribu ataupun Rp50 ribu, melainkan pengucapan seperti yang telah disebutkan sebelumnya.
Kebudayaan unik ini pun lantas menyebar hingga sekarang dan dikenal melekat di daerah Jakarta, Bogor, Depok hingga Bekasi (Jabodetabek). Yuk, kenalan lebih dekat dengan istilah ini selengkapnya.
Berasal dari Budaya Tiongkok
Dalam laman Majalah Jakita yang dikelola oleh Pemprov Jakarta, penyebutan uang dengan goceng, ceban hingga gocap berasal dari budaya Tiongkok.
Di negara asalanya, penyebutan uang dengan gaya ini sudah sesuai seperti yang dikenal saat ini, yakni goceng untuk Rp5 ribu, ceban untuk Rp10 ribu, gocap untuk Rp50 ribu hingga cepek ceng Rp100 ribu.
Tradisi ini berangkat dari kebudayaan Tiongkok yakni Hokkian, yang merupakan variasi bahasa atau dialek khas dari Provinsi Fujian.
Dibawa oleh Pedagang Tionghoa di Indonesia
Merujuk Liputan6, penyebutan uang yang unik dan berbeda ini kemudian dikenalkan oleh masyarakat Tionghoa yang tinggal dan menetap di Indonesia.
Mereka sebelumnya merupakan peranakan atau keturunan yang tinggal di Indonesia dan berinteraksi dengan masyarakat setempat melalui perdagangan.
Tak heran jika budaya ini kemudian terbawa dan diadaptasi secara luas, karena lebih nyaman diucap dan cenderung singkat.
Tersebar hingga ke Luar Pulau Jawa
Berkembangnya komunitas Tionghoa asal Tiongkok rupanya amat membawa pengaruh dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Hal ini juga terjadi karena masifnya pendatang yang merantau hingga ke luar pulau Jawa.
Para pendatang asal Tiongkok ini dengan komunitas Tionghoanya sudah banyak menyebar hingga ke pulau-pulau seberang seperti Sumatera, Sulawesi, Bangka Belitung hingga Kalimantan.
Dari sana, beberapa kota lantas mengadaptasi juga bahasa gaul untuk penyebutan nominal uang ini, seperti di Medan, Riau, Kepulauan Bangka, Palembang, Pontianak sampai Tarakan.
Penyebutan Bahasa Gaul Uang dalam Budaya Hokkian
Satuan:
- 1: it
- 2: ji/no
- 3: sa
- 4: si
- 5: go
- 6: lak
- 7: cit
- 8: pek
- 9: kau
Puluhan
- 10: cap
- 11: cap it
- 12: cap ji
- 13: cap sa
- 14: cap si
- 15: cap go
- 16: cap lak
- 17: cap cit
- 18: cap pek
- 19: cap kau
- 20: ji cap
- 21: ji cap it
- 22: ji cap ji
- 23: ji cap sa
- 24: Ji cap si
- 25: ji go
- 50: go cap
- 60: lak cap
- 70: cit cap
- 80: pek cap
- 90: kau cap
Ratusan
- 100: cepek
- 150: pek go
- 200: no pek
- 250: no pek go
- 300: sa pek
- 400: si pek
- 500: go pek
- 600: lak pek
- 700: cit pek
- 800: pek pa tun
- 900: kau pek
Ribuan
- 1.000: seceng
- 1.500: ceng go
- 2.000: no ceng
- 2.500: no ceng go
- 3.000: sa ceng
- 4.000: si ceng
- 5.000: go ceng
- 6.000: lak ceng
- 7.000: cit ceng
- 8.000: pek ceng
- 9.000: kau ceng
Puluhan Ribu
- 10 ribu: ceban
- 15 ribu: ban go
- 20 ribu: no ban
- 25 ribu: no ban go
- 30 ribu: sa ban
- 35 ribu: sa ban go
- 40 ribu: si ban
- 45 ribu: si ban go
- 50 ribu: go ban
- 60 ribu: lak ban
- 70 ribu: cit ban
- 80 ribu: pek ban
- 90 ribu: kau pan
Ratusan Ribu
- 100 ribu: ce pek ceng
- 125 ribu: pek ji go
- 110 ribu: pek it
- 120 ribu: pek ji
- 130 ribu: pek sa
- 140 ribu: pek si
- 150 ribu: pek go
- 160 ribu: pek lak
- 170 ribu: pek cit
- 180 ribu: pak pek
- 190 ribu: pek kau
- 200 ribu: nopek ceng
- 250 ribu: nopek go
- 300 ribu: sa pek ceng
- 350 ribu: sa pek go
- 400 ribu: si pek ceng
- 500 ribu: go pek ceng
- 600 ribu: lak pek ceng
- 700 ribu: cit pek ceng
- 800 ribu: pek pak ceng
- 900 ribu: kau pek ceng
Jutaan
- 1 juta: ce tiao
- 1,1 juta: tiao it
- 1,2 juta: tiao ji
- 1,3 juta: tiao sa
- 1,4 juta: tiao si
- 1,5 juta: tiao puah
- 1,6 juta: tiao lak
- 1,7 juta: tiao cit
- 1,8 juta: tiao pek
- 1,9 juta: tiao kau
- 2 juta: no tiao
- 2,1 juta: no tiao it
- 2,2 juta: no tiao ji
- 2,3 juta: no tiao sa
- 2,5 juta: no tiao puah
- 3 juta: sa tiao
- 4 juta: si tiao
- 5 juta: go tiao
- 6 juta: lak tiao
- 7 juta: cit tiao
- 8 juta: pek tiao
- 9 juta: kau tiao
- 10 juta: cap tiao
- 50 juta: go cap tiao
- 100 juta: cepek tiao
- 500 juta: gopek tiao
Mulanya Pakai Sistem Barter
Sebelum adanya uang, masyarakat Indonesia sudah mengenal adanya transaksi bahkan sejak ribuan tahun silam.
Dalam laman osf.io, disebutkan bahwa sebelum ada uang masyarakat sudah mengenal sistem barter atau bertukar. Sistem ini dijelaskan bahwa barang bisa ditukar dengan barang serupa. Misalnya seseorang menginginkan daging ayam, maka dia bisa menukarnya dengan daging ikan ke pemilik daging ayam.
Bisa juga, seseorang menginginkan beras, lalu ia menukarkan gandum atau umbi-umbian dengan jumlah sama kepada pemilik beras. Begitu seterusnya.
Alat transaksi kemudian berevolusi menjadi logam dengan nilai tukar yang lebih tinggi. Di Indonesia, fenomena ini sudah berlangsung sejak zaman kerajaan saat hadirnya kebudayaan logam. Kemudian, bangsa VOC mematenkan nilainya di abad ke-17 hingga nominalnya terus meningkat.