Intip Rahasia Sukses Masyarakat Tionghoa Agar Bisa Kaya
Tidak dipungkiri pengusaha besar dan kecil di Indonesia merupakan keturunan Tionghoa. Setiap lini bisnis, hampir selalu terdapat pengusaha keturunan Tionghoa.
Intip Rahasia Sukses Masyarakat Tionghoa Agar Bisa Kaya
Tidak dipungkiri pengusaha besar dan kecil di Indonesia merupakan orang keturunan Tionghoa.
Setiap lini bisnis, hampir selalu terdapat pengusaha keturunan Tionghoa. Kegigihan mereka dalam berbisnis patut diacungi jempol.
Apa saja yang membuat orang-orang keturunan Tionghoa banyak yang menjadi konglomerat hingga pebisnis?
Youtube Data Fakta
-
Siapa yang bisa melakukan tips orang kaya ini? Beberapa kebiasaan dan praktik kesehatan yang mereka lakukan dapat diadopsi oleh siapa saja untuk meningkatkan kualitas hidup.
-
Apa rahasia orang kaya dalam menambah kekayaan? Rahasia lainnya, orang kaya tidak pernah puas dengan satu sumber penghasilan. Dengan ini, mereka acap kali menambah usaha atau bisnis. Tanpa disadari cara inilah yang menjadikan orang kaya terus bertambah kekayaannya.
-
Bagaimana orang kaya makin kaya? Faktanya, mereka memperoleh kekayaan hampir dua kali lipat dalam bentuk uang baru dibandingkan dengan 99% total penduduk di dunia ini.
-
Bagaimana orang kaya mengelola uang? Mereka cenderung memiliki pendekatan yang bijak terhadap uang, mengutamakan pengeluaran yang berdasarkan nilai dan investasi jangka panjang.
-
Bagaimana cara orang kaya mengatur keuangan? Meskipun mereka mungkin memiliki berbagai investasi, seperti real estate, saham, atau usaha, mereka tetap berhati-hati dalam mengatur pengeluaran sehari-hari.
-
Siapa yang memberi tips keuangan? Perusahaan konsultan audit dan pajak Grant Thornton Indonesia menyarankan langkah-langkah seperti diversifikasi pendapatan, pengelolaan utang yang bijak, dan peningkatan literasi keuangan agar tetap mampu bertahan bahkan tetap tumbuh di tengah tekanan ekonomi.
1. Hemat dan cermat mengelola uang
Orang-orang keturunan Tionghoa memilih hidup hemat dibandingkan berperilaku konsumtif seperti kebanyakan orang. Mereka akan berbelanja barang yang dibutuhkan saja.
Pendapatan yang mereka miliki lebih banyak disisihkan untuk ditabung atau investasi.
Bahkan, ada sebagian dari orang Tionghoa menabung menyisihkan 50 persen lebih dari pendapatan yang mereka terima setiap bulannya. Untuk kebutuhan sehari-hari menggunakan uang sisa dari alokasi tabungan.
2. Lebih mengutamakan nilai guna daripada gengsi
Di era narsistik media sosial, orang-orang keturunan Tionghoa justru memilih untuk hidup sederhana.
Mereka membeli barang yang diperlukan saja, sebab bagi mereka nilai guna jauh lebih penting daripada memiliki barang yang mahal akan tetapi tidak begitu dibutuhkan.
Bahkan, baju mewah dan perhiasan hanya mereka kenakan saat perayaan hari raya dan acara penting keluarga. Karena itu, dapat disimpulkan bahwa kehidupan sehari-hari orang Tionghoa jauh dari kata gengsi terutama dalam hal penampilan.
3. Selalu menawar untuk mendapatkan harga terbaik
Orang-orang Tionghoa tidak sungkan menawar hingga angka 70 persen. Bahkan kebiasaan ini juga dijadikan sebuah prinsip "jangan malu untuk menawar." Bagi mereka, menawar bukan sekadar untuk mendapat harga terjangkau melainkan agar perjanjian yang adil juga terwujud.
4. Pekerja keras dengan semangat yang tinggi
Orang-orang keturunan Tionghoa juga dikenal dengan keuletan dengan bekerja mereka melakukan pekerjaan dengan telaten dan teliti. Ketika orang biasa menghindari lembur, orang Tionghoa justru mencari lembur. Mereka memiliki prinsip selagi muda kerja keras terus dilakoni, kehidupan mereka ke depan tidak pantas untuk dipertaruhkan.
Mereka hidup dengan perencanaan yang matang, jaminan hidup juga dipersiapkan sampai beberapa generasi mendatang. Orang-orang Tionghoa juga kadang-kadang mencari pekerjaan tambahan.
5. Mengerti cara membuat uang tumbuh
Orang Tionghoa identik dengan penjagaan toko. Mereka memang dikenal sebagai kelompok yang pandai menjalankan usaha. Bahkan sedari kecil, mereka sudah dilatih untuk berbisnis dengan bersentuhan langsung dengan bisnis keluarga yang dirintis.
Mereka berprinsip menjual apa saja yang bisa menguntungkan dan dapat digunakan terus-menerus, misalnya bahan bangunan, kebutuhan sembako.
Yang tidak kalah penting mereka berjualan bukan seberapa besar untung yang diperoleh, melainkan seberapa banyak yang mampu dijual dan perputaran uang terus berjalan.