Melihat Pemrosesan Kopi di Banceuy, Cita Rasa Tak Berubah Sejak 1930
Widyapratama (70), selaku generasi kedua pengelola pabrik kopi aroma di Banceuy mengatakan jika proses produksi di tempatnya tidak banyak berubah sejak hampir satu abad silam. Bahkan mesin-mesin berukuran besar masih digunakan untuk memasak kopi.
Berburu kopi menjadi aktivitas menarik yang bisa Anda lakukan saat berkunjung ke Kota Bandung. Di Jalan Banceuy nomor 51, terdapat sebuah industri kopi yang melegenda sejak 92 tahun silam.
Diprakarsai oleh Tan Houw Sian pada 1930, di sini masyarakat bisa mendapatkan kopi otentik robusta dan arabika dengan proses produksi yang dilakukan secara manual. Hal ini membuat produk yang bernama Kopi Aroma itu tetap terjaga kualitasnya.
-
Apa isi dari surat kabar *Bataviasche Nouvelles*? Mengutip dari berbagai sumber, isi konten tulisan yang ada di surat kabar Bataviasceh Nouvelles ini mayoritas adalah iklan. Ada pula beberapa terbitannya juga memuat aneka berita kapal dagang milik VOC.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Kapan nama surat kabar Benih Merdeka diubah? Akhirnya pada tahun 1920, ia mengubah nama menjadi "Mardeka".
-
Apa nama surat kabar pertama yang terbit di Jogja? Melalui sebuah unggahan pada 9 Mei 2024, akun Instagram @sejarahjogya menampilkan dua surat kabar yang pertama kali terbit di Jogja. Koran satu bernama “Mataram Courant” dan satunya lagi bernama “Bintang Mataram”.
-
Apa kabar terbaru dari Nunung? Nunung bilang badannya sekarang udah sehat, ga ada keluhan lagi dari sakit yang dia alamin. Kemo sudah selesai "Nggak ada (keluhan), karena kemo-nya sudah selesai sudah baik, aman, Alhamdulillah," tuturnya.
-
Apa isi dari surat kabar Soenting Melajoe? Terbit pertama kali pada 10 Juli 1912, isi dari surat kabar Soenting Melajoe ini seperti tajuk rencana, sajak-sajak, tulisan atau karya mengenai perempuan, hingga tulisan riwayat tokoh-tokoh kenamaan.
Widyapratama (70), selaku generasi kedua pengelola pabrik kopi aroma di Banceuy mengatakan jika proses produksi di tempatnya tidak banyak berubah sejak hampir satu abad silam. Bahkan mesin-mesin berukuran besar masih digunakan untuk memasak kopi.
“Kalau di sini kopinya ada dua macam, robusta dan arabika. Hanya datangnya dari tempat yang berbeda, seperti arabika dari Aceh, Medan, Toraja sampai Flores. Kalau robusta itu dari Bengkulu, Lampung sampai Jawa Tengah” jelas Widya ramah, mengutip YouTube Erlangga Inspirasi Channel.
Digiling Pakai Mesin Buatan Jerman yang Dibakar Api
©2022 YouTube Erlangga Inspirasi Channel/Merdeka.com
Proses roasting atau penggarangan kopi di pabrik aroma disebut Widya masih terus dipertahankan sejak dulu. Di sebuah gudang, proses itu dilangsungkan menggunakan mesin bulat yang diputar berulang ulang.
Mesin itu, kata Widya, merupakan alat roasting tradisional buatan Jerman yang sudah ada sejak pabrik itu berdiri di tahun 1930. Ini yang kemudian membuat kopi aroma menjadi khas dan berbeda karena proses pemasakannya yang sempurna.
Saat digiling, kopi akan terus dipanaskan menggunakan arang dan api sehingga warnanya berubah menjadi cokelat.
“Pada saat dipetik ini warnanya hijau (greenbean), kemudian setelah digarang warnanya berubah jadi cokelat, digarangnya selama dua jam,” jelasnya.
Memakan Proses yang Panjang
©2022 YouTube Erlangga Inspirasi Channel/Merdeka.com
Sebelum melakukan penggilingan, kopi produksi pabrik aroma ternyata sudah melalui waktu yang panjang. Setelah dipetik dari pohon, kopi kemudian dijemur di bawah sinar matahari.
Kemudian untuk dua jenis kopi tadi, akan langsung disimpan di dalam gudang dengan waktu yang cukup lama. Untuk kopi arabika didiamkan selama delapan tahun, sedang robusta selama lima tahun.
Penyimpanan selama bertahun-tahun sendiri dimaksud agar kadar asam dan kafein dari kopi tersebut berkurang. Untuk arabika kemasan 250 gram, dijual di kisaran Rp40.000 sampai Rp80.000. Sedangkan untuk robusta, harganya Rp27.000 sampai Rp55.000 dengan berat kemasan sama.
“Ini memang untuk mengurangi kadar asam dan kafein, walaupun nantinya timbangan akan berkurang karena susut,” terangnya
Hasilkan Kopi yang Sehat
Lebih lanjut, Widya mengatakan bahwa semua jenis kopi pada dasarnya baik. Satu hal yang paling utama adalah kopi dipetik dalam keadaan merah dengan biji yang hijau.
Kopi di sini memiliki kadar keasaman yang rendah, sehingga saat aman bagi lambung para penikmatnya. Hal ini karena kopi sudah mengalami proses penyusutan acidity atau pengurangan kadar asam usai disimpan bertahun-tahun.
Kopi arabika dengan tingkat keasaman dan kafein rendah baik bagi penderita jantung dan darah tinggi. Sedangkan robusta sangat baik bagi penderita darah rendah serta penyakit diabetes.
“Memproduksi itu melatih kesabaran diri sendiri, step-stepnya harus betul” katanya lagi.
Toko dan pabrik ini sehari-hari buka mulai Senin sampai Sabtu pukul 08.30 hingga 14.30 WIB.
Rahasia Nikmatnya Kopi Aroma
©2022 laman kopi aroma/Merdeka.com
Pak Widya menambahkan, untuk rahasia kenikmatan produk kopi aroma terletak dari pemrosesannya yang memakan waktu lama. Kemudian ia juga mengaku tidak pernah mengganti mesin-mesin giling Jerman tersebut lantaran akan berpengaruh terhadap rasa.
“Kalau mesinnya diganti, rasanya akan berubah” katanya lagi.
Proses maintenance pun menjadi perhatiannya, dan terbilang tidak sulit karena hanya perlu mengganti karet untuk menggiling kopi.
Para pembeli kopi aroma sendiri bermacam-macam, mulai dari tokoh, pejabat, hingga para artis. Namun Widya mengaku tidak membeda-bedakan siapa yang membeli.
“Saya cuma ingin orang bisa menikmati apa yang telah dirintis oleh orang tua saya," terangnya.
Widya sendiri sehari-harinya juga menjadi dosen di Fakultas Ekonomi Unpad. Ia pun ingin menawarkan kopi dengan kualitas yang otentik, sehingga bisa dirasakan betul oleh para penikmatnya
"Yang penting kami bisa hidup, dan apa yang didapat menjadi berguna dan barokah," tutur pria sederhana ini.