Melihat Pembuatan Kopi yang Masih Eksis di Lebak, Warisan Kejayaan Abad ke-19
Jika dilihat sejarahnya, kopi Lebak sudah mulai ada sejak tahun 1834. Ketika itu, pemerintah Belanda membudidayakannya secara masif di wilayah Rangkasbitung.
Sudah pernah mencicipi kopi khas Kabupaten Lebak? Jika belum, ada baiknya Anda mencicipi secangkir nikmatnya. Mayoritas kopi yang ditanam berjenis robusta dengan rasa gurih otentik yang menggugah selera.
Salah satu sentra kopi robusta khas Lebak terdapat di Kampung Sarangali, Desa Kaduagung Barat, Kecamatan Cibadak dan bisa dikunjungi untuk melihat proses pembuatannya.
-
Dimana letak kebun kopi tertua? Salah satu kebun kopi tertua di Indonesia ada di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, namanya De Karanganjar Koffieplantage.
-
Apa yang istimewa dari Piknik Kopi Lembang? Berbagai menu lezat dengan latar tempat yang penuh kisah di Piknik Kopi dijamin akan memberi kesan berbeda saat berkunjung ke 'lantai dua' Bandung itu.
-
Di mana Kopi Lanang ditemukan? Pada sejumlah daerah di Jawa timur, kopi lanang dipercaya sebagai minuman yang bisa meningkatkan vitalitas pria.
-
Apa saja kreasi kopi yang pernah populer? Selain memiliki rasa segar dan gampang dibikin, ternyata alasan populernya aneka kreasi minuman tersebut adalah terletak pada keunikan yang masing-masing miliki.
-
Apa ciri khas dari Kopi Kemiri Barat? “Selain enak, kopi juga memiliki makna yakni kopi itu hitam dan hitam itu gelap, tapi kopi itu nikmatnya luar biasa, di mata membuat terang dan membuat semangat. Makanya segelap-gelapnya hidup manusia, dia harus bisa menjadi penerang bagi yang lain, “
-
Kenapa bangunan Piknik Kopi Lembang unik? Mengutip kanal YouTube berisi informasi sejarah, Jejak Siborik, suasana yang mencolok di kafe ini adalah khas masa kolonial.
Hampir setiap hari, dilakukan proses penyortiran, pembersihan, dan penggilingan kopi untuk dijual ke para pembeli. Di lokasi juga terdapat mesin penggiling dan pengemasan, untuk memproduksi kopi bermerek Leuit Lebak tersebut.
Menurut sang pemilik, kopi robusta Lebak bisa diproduksi sebagai hingga 60 kilogram dalam satu hari.
“Awalnya usaha ini saya dirikan, karena saya pencinta kopi, saya suka kopi di tahun 2017,” kata pemilik usaha kopi Lebak, Riswanto, mengutip Youtube Liputan6 SCTV, Senin (26/8).
Gunakan Kopi Asli Robusta Tanpa Campuran
Sebagai orang yang sudah bertahun-tahun menggemari kopi, Riswanto hanya memakai biji kopi pilihan, alias tidak mencampurkannya dengan jenis lain.
Menurutnya, kemurnian rasa bisa terlihat dari aroma dan sensasinya yang nikmat, selepas menyesap kopi khas Lebak.
“Sejak nongkrong sama rekan-rekan ini terpikir untuk membuat usaha ini, karena kopi Lebak sudah menjadi salah satu daerah penghasil kopi terbesar sejak zaman kolonial (Belanda),” kata dia, menambahkan.
Angkat Kembali Kejayaan Kopi Lebak
Dalam sejarahnya, Lebak memang dikenal sebagai produsen kopi dengan hasil panen yang melimpah. Pihak kolonial kemudian menjual panen kopi dengan harga yang tinggi, hingga ke luar wilayah.
Sayangnya, lambat laun kopi mulai tergantikan dengan tanaman lain. Ini yang kemudian membuat industri kopi khas Lebak semakin menurun dan tidak seramai dulu.
“Karena harga jual yang turun di kalangan petani, maka pohon-pohon kopi kemudian digantikan dengan tanaman-tanaman lainnya,” terang Riswanto.
Terjual hingga Luar Banten
Produk UMKM kopi cap Leuit Baduy diketahui sudah terjual hingga luar daerah seperti Kota Depok, Jakarta, Bandung, sampai Bali. Kemasan juga dijual dalam berbagai ukuran, mulai dari bungkus kecil hingga sedang.
Biji kopi hanya didapatkan dari pegunungan Baduy, agar kualitasnya terjadi dengan rasa otentik yang khas.
Dirinya berharap agar geliat kopi khas Lebak ini bisa kembali berjalan seperti masa kejayaannya ratusan tahun silam dan bisa diproduksi tidak hanya dalam skala rumahan.
Menilik Kejayaan Kopi di Lebak Sejak Abad ke-19
Jika dilihat dalam sejarahnya, kejayaan kopi khas Lebak dan Banten sebenarnya dimulai sejak tahun 1834. Ketika itu, pemerintah Belanda membudidayakannya secara masif di wilayah Rangkasbitung.
Mengutip ANTARA, kejayaan kopi di Lebak juga ditandai adanya dua tempat pengumpulan kopi besar yakni koffie loots dan gudang kopi (koffie pakhuis). Karena dibudidayakan secara baik, kualitasnya juga unggul.
Hasil panen kopi yang melimpah kemudian mampu terjual hingga ke berbagai belahan dunia, dengan menjaga kualitas dan cita rasa yang otentik juga harum.
Lebak Jadi Sentra Kopi Terbesar di Indonesia
Kemudian, catatan sejarah juga menyebut kopi khas Lebak merupakan jenis yang paling laku. Kondisi ini mendorong pemerintah penjajah memperluas kebun kopi di kabupaten tersebut seperti di Kecamatan Sobang, Cibeber, Cilograng, Panggarangan, Cigombong, Cilograng, Cihara, Bayah, Cimarga, Muncang, Leuwidamar, Cileles, Sajira, Banjarsari, Gunungkencana, Cijaku dan Malingping.
Luasnya lahan juga menjadikan Kabupaten Lebak sebagai lumbung kopi di pulau Jawa, dan menjadi saingan teh yang ketika itu masif ditanam di wilayah Priangan (Jawa Barat).
Jika ingin melihat jejak kejayaan kopi di Lebak, Anda bisa berkunjung ke Museum Multatuli, karena di sana ada alur penyebaran termasuk mesin pembuat kopi dari zaman kuno Belanda.