Memperingati Hari Pendidikan Nasional 2 Mei, Ini Sejarah Singkatnya
Penetapan Hari Pendidikan Nasional ini dilatarbelakangi oleh sosok Ki Hajar Dewantara yang lahir pada tanggal 2 Mei 1889, yaitu orang yang memiliki jasa luar biasa bagi dunia pendidikan Indonesia.
Bulan Mei menjadi bulan yang spesial untuk dunia pendidikan di Tanah Air Indonesia. Ini karena di awal bulan, tepatnya pada 2 Mei, kita memperingati Hari Pendidikan Nasional, atau yang juga dikenal dengan Hardiknas.
Penetapan 2 Mei sebagai Hari Pendidikan Nasional oleh pemerintah Republik Indonesia melalui Keppres RI Nomor 316 Tahun 1959 merupakan wujud dari kepedulian pemerintah akan pentingnya pendidikan di negeri ini.
-
Kapan Hari Pendidikan Nasional dirayakan? Bangsa Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional setiap tanggal 2 Mei.
-
Kapan Hari Pendidikan Nasional diperingati? Hari Pendidikan Nasional, yang diperingati setiap tanggal 2 Mei, bukan sekadar momen untuk mengenang jasa Ki Hajar Dewantara dan para pahlawan pendidikan lainnya, melainkan juga kesempatan untuk membangkitkan semangat belajar dan mengajar yang berkelanjutan.
-
Apa makna dari peringatan Hari Pendidikan Nasional? Dalam rangka Hari Pendidikan Nasional ini, mari kita sematkan pesan inspiratif yang dapat memotivasi seluruh elemen masyarakat untuk lebih menghargai dan memajukan dunia pendidikan di Indonesia. Karena melalui pendidikan, kita menanam benih-benih masa depan yang lebih cerah bagi generasi penerus bangsa.
-
Kapan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) diperingati? Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) diperingati setiap 2 Mei 2024.
-
Kapan Hari Jamu Nasional diperingati? Hari Jamu Nasional, yang diperingati setiap tanggal 27 Mei, merupakan momen penting untuk merayakan dan mengapresiasi kekayaan warisan budaya Indonesia dalam bentuk jamu.
Penetapan Hari Pendidikan Nasional ini dilatarbelakangi oleh sosok Ki Hajar Dewantara yang lahir pada 2 Mei 1889, yaitu orang yang memiliki jasa luar biasa bagi dunia pendidikan Indonesia.
Namun, peringatan Hari Pendidikan Nasional ini tidak semata-mata untuk mengenang hari kelahiran Ki Hajar Dewantara, tapi juga menjadi momentum untuk menumbuhkan kembali rasa patriotisme dan nasionalisme bagi seluruh pelaku pendidikan.
Pada tahun ini, berdasarkan Surat Nomor 12811/MPK.A/TU.02.03/2023 tentang Pedoman Peringatan Hari Pendidikan Nasional 2023 oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia, tema dari Hari Pendidikan Nasional 2023 yaitu "Bergerak Bersama Semarakkan Merdeka Belajar".
Sejarah Hari Pendidikan Nasional di Indonesia
Hari Pendidikan Nasional yang diperingati setiap 2 Mei memiliki sejarah yang tak bisa dilepaskan dari sosok Ki Hadjar Dewantara, sang pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia yang juga dikenal sebagai Bapak Perintis Pendidikan Nasional.
Mengutip dari laman bpmpriau.kemdikbud.go.id, Ki Hadjar Dewantara yang memiliki nama asli R.M. Suwardi Suryaningrat lahir dari keluarga ningrat di Yogyakarta, pada 2 Mei 1889. Setelah menyelesaikan pendidikan dasar, Ia mengenyam pendidikan di STOVIA, namun tidak dapat menyelesaikannya karena sakit. Pada akhirnya, dia bekerja menjadi seorang wartawan di beberapa media surat kabar, seperti De Express, Utusan Hindia, dan Kaum Muda.
Selama era kolonialisme Belanda, Ki Hadjar Dewantara dikenal berani menentang kebijakan pendidikan yang diberlakukan oleh pemerintah Hindia Belanda pada masa itu. Kebijakan tersebut hanya memperbolehkan anak-anak kelahiran Belanda atau kaum priayi yang bisa mengenyam bangku pendidikan.
Kritiknya terhadap kebijakan pemerintah kolonial menyebabkan ia diasingkan ke Belanda bersama dua rekannya, Ernest Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo. Ketiga tokoh ini kemudian dikenal sebagai “Tiga Serangkai”.
Setelah kembali ke Indonesia, ia kemudian mendirikan sebuah lembaga pendidikan National Onderwijs Instituut Tamansiswa atau Perguruan Nasional Tamansiswa.
Tiga Semboyan
liputan6.com
Ki Hadjar Dewantara memiliki semboyan yang selalu ia terapkan dalam sistem pendidikannya. Semboyan itu terkenal dengan bahasa Jawanya yang berbunyi ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani.
Arti dari semboyan tersebut adalah: Ing Ngarsa Sung Tulada (di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik), Ing Madya Mangun Karsa (di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide), dan Tut Wuri Handayani (dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan),
Ini adalah salah satu peninggalan Ki Hadjar Dewantara yang masih terus bertahan sampai saat ini. Tiga semboyan pendidikan tersebut memang sangat dikenal di kalangan pendidikan Indonesia dan terus digunakan dalam dunia pendidikan rakyat Indonesia.
Pentingnya Pendidikan
1. Membentuk karakter: Pendidikan membantu membentuk karakter individu, seperti kemampuan berpikir kritis, kreativitas, dan nilai-nilai positif seperti toleransi, kejujuran, dan disiplin. Karakter yang baik dapat membantu individu menghadapi tantangan dalam hidup dan menjalin hubungan yang baik dengan orang lain.
2. Meningkatkan kemampuan: Pendidikan juga membantu meningkatkan kemampuan individu, baik dalam hal keterampilan teknis maupun sosial. Individu yang terdidik memiliki lebih banyak kesempatan untuk meraih kesuksesan di bidang pekerjaan, serta mampu beradaptasi dengan perubahan dan mengatasi masalah dengan lebih baik.
3. Mengurangi kemiskinan: Pendidikan dapat membantu mengurangi kemiskinan melalui peningkatan keterampilan dan pengetahuan individu, sehingga mereka dapat memperoleh pekerjaan yang lebih baik dan meningkatkan penghasilan. Selain itu, pendidikan juga dapat membantu mengurangi kesenjangan sosial dan ekonomi antar individu dan kelompok masyarakat.
4. Mendorong inovasi dan kemajuan: Pendidikan juga berperan dalam mendorong inovasi dan kemajuan di bidang teknologi, sains, dan seni. Individu yang terdidik memiliki pengetahuan dan keterampilan yang lebih luas sehingga dapat menghasilkan ide-ide baru dan meningkatkan efisiensi serta efektivitas dalam berbagai bidang.
5. Membangun kesadaran dan partisipasi politik: Pendidikan juga membantu membentuk kesadaran dan partisipasi politik individu. Individu yang terdidik lebih mampu memahami dan mengambil bagian dalam proses politik, serta menghasilkan keputusan yang lebih baik dan berbasis pada data dan fakta.