Mengenal Arti Puasa dalam Islam dan Tujuannya, Bentuk Ketaatan pada Allah
Secara harafiah, arti puasa adalah berpantang sepenuhnya dari makanan, minuman, hingga nafsu, mulai sebelum fajar hingga matahari terbenam.
Arti puasa dalam Islam perlu dipahami bagi setiap umat muslim. Dalam Al Quran, Allah SWT telah berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa” (QS. Al-Baqarah: 183).
Puasa adalah karakteristik moral dan spiritual Islam yang unik. Secara harafiah, arti puasa adalah berpantang sepenuhnya dari makanan, minuman, hingga nafsu, mulai sebelum fajar hingga matahari terbenam.
-
Apa itu Puasa Rajab? Salah satu amalan sunnah yang identik dengan bulan Rajab adalah Puasa Rajab, yaitu puasa sunnah yang dikerjakan selama bulan Rajab.
-
Apa itu puasa Rajab? Puasa Rajab merupakan salah satu puasa sunnah yang dilakukan pada Bulan Rajab dan bisa dimulai sejak tanggal 1 Rajab.
-
Apa saja keutamaan puasa Rajab? Keutamaan puasa Rajab pertama adalah sehari berpuasa lebih utama dibandingkan dengan berpuasa 30 hari pada bulan lainnya, kecuali bulan Ramadhan.
-
Kapan puasa Arafah jatuh? Puasa Arafah dilaksanakan pada hari ke-9 bulan Dzulhijjah, sehari sebelum Idul Adha.
-
Kenapa Padi Salibu dilirik Pemprov Jabar? Padi dengan teknologi salibu saat ini tengah dilirik Pemprov Jabar sebagai upaya menjaga ketahanan pangan.
-
Kapan Puasa Rajab dilakukan? Waktu yang diutamakan untuk mengamalkan Puasa Rajab adalah pada ayyamul bidh atau pertengahan bulan.
Tetapi jika kita membatasi arti puasa pada pengertian tersebut, maka kita salah besar. Karena hadis dari Abu Hurairah menyebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan malah mengamalkannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. Bukhari).
Dalam artikel berikut ini, kami akan sampaikan bagaimana arti puasa dalam Islam yang dikutip dari beberapa sumber.
Arti Puasa dalam Islam
Dalam Islam, arti puasa adalah ‘menahan diri dari makan, minum dan hubungan suami istri dari fajar hingga matahari terbenam, dengan niat mendekatkan diri kepada Allah SWT’, menurut Syekh Haroon Hanif dalam muslimhands.org.uk.
Arti puasa di atas mengacu pada 'niat mendekatkan diri kepada Allah'. Niat inilah yang membedakan puasa yang dilakukan dalam agama Islam dari sekadar puasa untuk berdiet atau puasa intermiten.
Niat dalam arti puasa dalam Islam adalah amalan dalam hati dan hanya Allah yang mengetahuinya. Niat yang kita amalkan tidak harus dinyatakan secara lisan, dan cukup dilafalkan dalam hati saja.
Dalam Al Quran sendiri, puasa disebut juga sebagai saum. Secara harfiah, kata saum ini berarti “berpantang”. Dan dalam puasa Ramadan, umat Islam berpantang dari semua yang dilarang mulai dari fajar hingga matahari terbenam, dengan niat puasa yang dilafalkan sebelumnya.
Tujuan Puasa
Sebelumnya telah dikatakan dalam surat Al Baqarah ayat 183 bahwa,
“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa”
Mengutip dari islamonline.net, takwa adalah istilah spiritual dan etika Al Quran yang sangat penting. Takwa gambaran kualitas dalam kehidupan orang beriman yang membuatnya selalu sadar dan ingat kepada Allah SWT. Seseorang yang memiliki sudah memiliki takwa suka berbuat baik dan menghindari apa yang dilarang demi Allah SWT.
Takwa adalah kesalehan, kebenaran dan kesadaran akan Allah. Takwa membutuhkan kesabaran dan ketekunan. Puasa mengajarkan kita akan kesabaran, dan dengan kesabaran seseorang dapat naik ke posisi takwa yang tinggi.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan bahwa puasa adalah perisai. Dengan puasa akan melindungi seseorang dari dosa dan keinginan nafsu.
Imam Ibn Al-Qayyim memandang puasa sebagai sarana untuk melepaskan jiwa manusia dari cengkeraman nafsu, sehingga moderasi berlaku dalam diri jasmani. Imam Syah Waliullah Dahlawi memandang puasa sebagai sarana untuk melemahkan unsur kebinatangan dan memperkuat unsur kemalaikatan dalam diri manusia.
Sedangkan Maulana Maududi menjelaskan bahwa puasa Ramadan yang kita kerjakan sebulan penuh setiap tahun melatih umat Islam dalam kesalehan dan pengendalian diri.
Bentuk Ketaatan pada Allah
Puasa dalam Islam adalah salah satu dari lima rukun Islam. Amalan ini adalah bentuk ketaatan dan ketundukan kepada perintah Allah SWT melalui tingkat komitmen, ketulusan dan kesetiaan yang tinggi untuk mencari rahmat Allah, dan untuk menebus dosa dan kesalahan serta untuk menghindari siksaan Neraka.
Puasa dilakukan oleh umat Islam karena cinta yang mendalam kepada Tuhan, dengan pengabdian yang tulus, dedikasi yang jujur, dan kedekatan dengan Allah SWT, karena puasa adalah amalan untuk Allah SWT, dan Allah sendiri yang nantinya akan membalasnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Puasa Ramadan adalah ibadah puasa wajib bagi setiap muslim yang dewasa, berakal, dan mampu. Mengingkari kewajiban puasa di bulan Ramadan sama saja dengan kekafiran. Dan orang yang meninggalkan puasa tanpa alasan yang benar adalah orang berdosa.
Keutamaan Puasa
Selain untuk meraih dan meningkatkan ketakwaan kita, ibadah puasa memiliki keutamaan lain yang luar biasa bagi siapa saja yang melaksanakannya.
Sebagai Penghalang dari Siksa Neraka
Dikutip dari laman rumaysho.com, Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
”Puasa adalah perisai yang dapat melindungi seorang hamba dari siksa neraka.” (HR. Ahmad).
Kemudian dari Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa melakukan puasa satu hari di jalan Allah (dalam melakukan ketaatan pada Allah), maka Allah akan menjauhkannya dari neraka sejauh perjalanan 70 tahun.” (HR. Bukhari).
Memberikan Syafa’at
Puasa dapat memberikan syafa’at kepada orang yang melaksanakannya. Dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
”Puasa dan Al Qur’an itu akan memberikan syafa’at kepada seorang hamba pada hari kiamat kelak. Puasa akan berkata, ’Wahai Rabbku, aku telah menahannya dari makan dan nafsu syahwat karenanya perkenankan aku untuk memberikan syafa’at kepadanya’. Dan Al Qur’an pula berkata, ’Aku telah melarangnya dari tidur pada malam hari, karenanya perkenankan aku untuk memberi syafa’at kepadanya.’ Beliau bersabda, ’Maka syafa’at keduanya diperkenankan.’“ (HR. Ahmad).
Mendapatkan Ampunan Dosa
Dalam hadis dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
”Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu akan diampuni”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Keluarga, harta, dan anak dapat menjerumuskan seseorang dalam maksiat (fitnah). Namun fitnah itu akan terhapus dengan shalat, shaum, shadaqah, amar ma’ruf (mengajak pada kebaikan) dan nahi mungkar (melarang dari kemungkaran).” (HR. Bukhari dan Muslim).
Mendapat Surga Ar Rayyan
Orang-orang yang melaksanakan puasa nantinya dapat masuk ke dalam pintu surga yang disebut Ar Rayyan. Dari Sahl bin Sa’ad, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
“Sesungguhnya di surga ada suatu pintu yang disebut “ar rayyan”. Orang-orang yang berpuasa akan masuk melalui pintu tersebut pada hari kiamat. Selain orang yang berpuasa tidak akan memasukinya. Nanti orang yang berpuasa akan diseru, “Mana orang yang berpuasa?” Lantas mereka pun berdiri, selain mereka tidak akan memasukinya. Jika orang yang berpuasa tersebut telah memasukinya, maka akan tertutup dan setelah itu tidak ada lagi yang memasukinya.“ (HR. Bukhari dan Muslim).
Kemudian dalam riwayat Bukhari dari Sahl bin Sa’ad juga disebutkan,
“Surga memiliki delapan buah pintu. Di antara pintu tersebut ada yang dinamakan pintu Ar Rayyan yang hanya dimasuki oleh orang-orang yang berpuasa.“ (HR. Bukhari).