Mengenal Gua Jepang di Taman Hutan Raya Djuanda, Dulunya jadi Pusat Militer Penjajah dan Terlarang Dimasuki
Gua ini jadi saksi kekuasaan Belanda dan Jepang di masa silam. Kini jadi wisata yang hits dan instagramable.
Gua ini jadi saksi kekuasaan Belanda dan Jepang di masa silam. Kini jadi wisata hits dan instagramable.
Mengenal Gua Jepang di Taman Hutan Raya Djuanda, Dulunya jadi Pusat Militer Penjajah dan Terlarang Dimasuki
Sudah tahu jika Taman Hutan Raya (Tahura) Djuanda di Kota Bandung, Jawa Barat, memiliki gua Jepang? Jika belum, lokasi ini bisa dijadikan spot edukasi sejarah.
Kawasan ini memang kental dengan nuansa sejarah, lewat peninggalan dua gua masa kolonial. Bentuk fisik gua juga masih dipertahankan dari aslinya di masa lampau dengan struktur yang kokoh.
-
Di mana Goa Tanding berada? Mengutip Liputan6, wisata ini pertama dibuka pada 2016 lalu dengan alamat berada di Dusun Gelaran II, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
-
Kenapa Goa Jepang di Setu Patok diduga sebagai tempat persembunyian? Karena lokasi yang tersembunyi, goa ini diduga jadi tempat penyelamatan dan persembunyian Jepang dari musuh. Hal itu dilihat dari posisinya yang berada di pinggir danau dengan sumber air dan ikan yang melimpah sebagai bekal untuk bertahan hidup.
-
Bagaimana Goa Garunggang terbentuk? Dahulu, kawasan dataran tinggi Sentul sekitar jutaan tahun lalu masih berupa laut, dengan banyak batu karang.Ini terlihat dari adanya guratan yang membentuk pola aliran air di dinding-dindingnya.
-
Dimana lokasi Goa Jepang di Setu Patok? Merujuk Liputan6, lokasi Danau Setu Patok yang terdapat goa peninggalan Jepang berjarak sekitar 30 menit dari pusat Kota Cirebon.
-
Kapan Ganjar Pranowo menemani Kaisar Jepang berkeliling Candi Borobudur? Pada Kamis (22/6), Kaisar Jepang, Hironomiya Naruhito berkunjung ke Candi Borobudur.
-
Siapa yang menemukan Goa Garunggang? Ditemukan tidak sengaja oleh petani Menurut Uca, dulunya gua-gua di sini ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang petani. Ketika itu dirinya mengejar hewan yang jadi hama bagi tanamannya.
Selain mendapat informasi seputar masa silam, pengunjung akan disuguhi pemandangan syahdu dari kawasan tersebut termasuk berswafoto. Konon, dulunya area ini terlarang untuk dimasuki warga
Menapaki Sejarah Lewat Gua Jepang dan Belanda
Sebenarnya di area tahura seluas 528,393 hektare ini terdapat dua lubang gua dari masa yang berbeda yakni Belanda dan Jepang.
Keduanya jadi wisata andalan di sini, dengan dikelilingi pepohonan dan jalur yang nyaman untuk dilalui.
Mengutip ANTARA, gua-gua ini dibangun pada tahun 1942, dan menjadi saksi kelam kekejaman militer asing di Indonesia.
Dibuat dengan Cara Melubangi Bukit
Adapun proses pembuatan gua dengan cara melubangi dinding bukit.
Para pekerja yang merupakan rakyat sipil dipaksa melalui sistem Rodi dan Romusha atau kerja paksa tanpa dibayar.
Gua ini memiliki empat buat mulut atau pintu gua yang bisa dimasuki oleh wisatawan yang penasaran dengan isi bangunan tersebut.
Ciri khas peninggalan masa silam makin terasa dengan adanya rerumputan liar, juga dinding depan gua yang berlumut dan kasar karena sudah berusia puluhan tahun.
Jadi Pusat Militer dan Terlarang Bagi Pribumi
Mengutip laman Tahura Bandung, gua Jepang dan Belanda ini diduga kuat merupakan lokasi pusat kegiatan militer dari pasukan asing yang menjajah Indonesia.
Di sana terdapat beberapa ruang, dengan fungsinya masing-masing, termasuk untuk menyimpan persenjataan.
Menurut kisah, kompleks gua ini terlarang dimasuki oleh warga pribumi karena merupakan pusat markas militer.
- Mengunjungi Desa Mekar Rahayu Sumedang, Hadirkan Kebun Anggur hingga Pemandangan Bukit yang Indah
- Mengunjungi Desa Wisata Kare Madiun, Bekas Jalur Gerilya Jenderal Sudirman yang Suguhkan Keindahan Alam Tak Tertandingi
- Wisata Alam Posong Temanggung, Sajian Pemandangan Memukau
- Mengunjungi Ujung Kulon Janggan di Lereng Gunung Lawu, Banyak Spot Foto Instagramable
Sempat jadi Stasiun Telekomunikasi
Merujuk Liputan6, sebelum Jepang datang, gua ini beberapa bagiannya sudah dibangun oleh Belanda dan menjadi pusat logistik dan telekomunikasi.
Diduga, ini untuk mem-backup stasiun radio Malabar yang terancam oleh kedatangan Jepang.
Ini juga sangat mungkin dijadikan sebagai aset komunikasi, lantaran posisinya yang terlindungi dinding bukit yang kokoh, sehingga aman dari serangan udara.
Jadi Wisata bagi Muda-mudi
Di hari-hari libur, kawasan ini selalu ramai dikunjungi wisatawan. Banyak muda-mudi yang ingin belajar sejarah, sekaligus berswafoto di sini.
Alasan mereka karena kawasan ini memiliki visual yang estetik, sehingga menghasilkan kualitas foto dengan suasana zaman penjajahan yang kuat.
Tak sedikit juga yang menjadikan lokasi ini sebagai latar foto pernikahan maupun rombongan komunitas dan keluarga.