Berkunjung ke Istana Kepresidenan Cipanas, Dulu Soekarno Rapat Kabinet Penting di Sini
Begini keunikan gedung istana kepresidenan tertua di Indonesia.
Begini keunikan gedung istana kepresidenan tertua di Indonesia.
Berkunjung ke Istana Kepresidenan Cipanas, Dulu Soekarno Rapat Kabinet Penting di Sini
Sudah tahu gedung Istana Kepresidenan Cipanas di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat? Jika belum, mampirlah untuk mengagumi keindahan arsitektur sekaligus kisah sejarahnya yang menarik di masa silam.
Dahulu, gedung ini memiliki peran yang amat penting untuk memudahkan pekerjaan para pemimpin negara di Indonesia. Terlebih bangunan ini juga menjadi rumah singgah para pejabat pemerintah saat berkunjung wilayah selatan Jawa Barat.
-
Mengapa Soekarno ingin menjadikan Istana Cipanas sebagai istana kepresidenan? Hal itulah yang membuat Soekarno ingin menjadikan bangunan itu sebagai istana kepresidenan suatu saat nanti.
-
Di mana Istana Cipanas berada? Lokasinya berada di Jl. Raya Cipanas No. 105, Cipanas, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
-
Apa yang dilakukan Presiden Soekarno di Pesanggrahan Kotanopan? Presiden Soekarno kala itu sempat melakukan pidato singkat untuk mempersatukan masyarakat Sumatra yang ingin merdeka.
-
Kapan Istana Kepresidenan Yogyakarta resmi menjadi istana? Pada 6 Januari 1946, gedung itu resmi menjadi istana kepresidenan setelah Yogyakarta resmi menjadi ibu kota baru Republik Indonesia.
-
Kapan Hotel Indonesia diresmikan oleh Presiden Soekarno? Hotel Indonesia diresmikan pada tanggal 5 Agustus 1962 oleh Presiden RI Pertama, Soekarno, guna menyambut pagelaran Asian Games IV tahun 1962.
-
Siapa yang membangun Istana Cipanas? Istana ini dibangun oleh Belanda pada tahun 1740, tepatnya pada masa pemerintahan Gubernur Gustav W. Baron Van Imhoff.
Salah satu momen bersejarah yang pernah terjadi di sini adalah ketika Presiden Soekarno melakukan rapat kabinet yang amat penting kala itu. Gedung ini juga sempat dikunjungi oleh Ratu Juliana dari Belanda.
Saat ini gedung kepresidenan masih berdiri dengan kokoh dan menjadi salah satu destinasi sejarah dan edukasi yang berada di Kabupaten Cianjur. Berikut informasi selengkapnya.
Arsitekturnya Bergaya Kolonial
Mengutip YouTube Kementerian Sekretarian Negara, keunikan pertama yang bisa dijumpai kala berkunjung ke Istana Kepresidenan Cipanas adalah gaya bangunannya yang masih dipertahankan.
Enam buah pilar berdiri kokoh menopang atap khas bangunan era kolonial. Hampir seluruhnya dicat berwarna putih yang menjadi simbol kemegahan di masa silam. Motif jendela dan pintu yang tinggi menandakan bangunan ini didirikan di zaman penjajahan Belanda.
Saat itu pendirinya adalah Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Gustaaf Willem Baron van Imhoff yang ditugaskan di Cipanas. Ia kemudian membangun tempat bekerja sekaligus rumah tinggal di lahan yang kini menjadi Istana Kepresidenan Cipanas.
Gedung ini diketahui sudah berusia 284 tahun dan dibangun pada tahun 1740. Secara konsep, bangunan ini memadukan gaya musim panas Eropa dan arsitektural Belanda. Gedung ini juga memiliki fungsi awal rumah gubernur Hindia Belanda
Berhiaskan Kaca Patri Berbingkai Timah
Sebagai tempat tinggal dan ruang bekerja, Gustaaf Willem Baron van Imhoff menginginkan rumahnya memiliki ornamen yang tidak biasa. Ia lantas meminta kepada pihak pembangun agar membuat struktur megah dengan gaya khas Eropa di Desa Cipanas, Kecamatan Pacet, Cianjur yang kini menjadi lokasi bangunan tersebut.
Model ini sampai sekarang masih tersisa, seperti pada jendela kaca patri berbingkai timah yang ada di serambi depan. Kaca tersebut terpasang di sisi kanan dan kiri untuk pemberi cahaya, sekaligus membuatnya tampak elegan.
Kemudian sisi jendela dan pintu juga menjadi ciri khas peninggalan kolonial. Keseluruhannya memiliki bentuk yang tinggi dan pada jendela terdapat motif kubah. Kemudian bagian ruang tamu dan ruang tengah sebagai gedung induk, ukurannya juga luas dan lebar sehingga bisa menampung banyak tamu.
Lampu Gantung Diimpor dari Cekoslovakia
Gaya Eropa abad pertengahan juga terasa di lampu gantung gedung induk. Lampu-lampu itu memiliki desain kuno, namun tetap elegan dan terlihat relevan di zaman sekarang.
Menurut kisah, lampu-lampu tersebut didatangkan langsung dari negara Cekoslovakia dan sudah ada di Istana Kepresidenan Cipanas sejak awal tahun 1900-an masehi.
Tak hanya lampu, di sana terdapat banyak furnitur antik dan lawas, seperti karpet yang merupakan peninggalan Presiden Soekarto dan didatangkan dari Turki. Lalu ada juga berbagai lukisan yang berusia lawas.
Diambil Alih Soekarno
Karena keunikannya, gedung kepresidenan tertua di Indonesia itu kemudian diambil alih Soekarno untuk menjalankan pemerintahan. Soekarno kemudian memanfaatkannya sebagai rumah kerja.
Mengutip Ensiklopedia Kemdikbud, rumah ini konon menjadi lokasi yang memorable bagi Soekarno karena menjadi tempatnya mencari inspirasi, sekaligus merancang materi pidato sehingga bisa diterima oleh seluruh lapisan masyarakat.
Soekarno disebut menyukai arsitekturnya, dan merasa nyaman tinggal di sana. Sejak itu gedung tersebut resmi berubah kepemilikan. Saat ini gedung tersebut terdiri dari beberapa ruangan seperti Paviliun Yudisthira, Paviliun Bima dan Paviliun Arjuna.
Dijadikan Tempat Rapat Kabinet Penting
Bangunan bersejarah ini sempat beberapa kali beralih fungsi menjadi gedung militer, gedung perawatan perang dan gedung pemerintahan.
Pada 1965 terjadi peristiwa penting di gedung ini, yakni berlangsungnya sidang kabinet penentuan nilai mata uang rupiah. Ketika itu, 13 Desember 1965, presiden Soekarno memimpin sidang untuk mengubah nilai nominal Rp1.000,- menjadi Rp1,-.
Sejak itu, nominal Rp1,- menjadi angka terkecil dari mata uang rupiah yang berlaku di negara Indonesia. Momen bersejarah juga terjadi pada 1971 di mana gedung ini didatangi oleh Ratu Juliana dari Belanda untuk kunjungan kenegaraan.
Terdapat Hutan Lindung di Sekitar Bangunan
Bisa dikatakan area bangunan merupakan satu-satunya istana kepresidenan di Indonesia bahkan dunia yang memiliki hutan lindung. Hutan ini menjadi penyangga area hijau di lingkungan Cipanas, sekaligus membuat suasana sekitar menjadi lebih teduh.
Saat pagi dan sore hari, pengunjung bisa dengan mudah merasakan sejuknya udara di sana. Bahkan pemandangan kabut juga bisa terlihat dengan jelas di daerah perbukitan sekitar.
Kawasan tersebut sebenarnya banyak diminati untuk lokasi foto sebelum nikah atau preweding, namun sayang pihak pengelola tidak mengizinkan. Pengunjung hanya diperbolehkan untuk mengunjungi bangunan dan mengambil swafoto untuk dokumentasi pribadi bukan untuk profesional.