Mengenal Permainan Anak Khas Betawi Tuk Tuk Ubi yang Kini Langka, Bikin Pintar
Orang tua yang ingin melepas kecanduan gadget pada anak, permainan ini bisa jadi opsi karena melibatkan interaksi dan kerja sama yang seru penuh canda tawa.
Ini dia permainan tradisional Betawi Tuk Tuk Ubi yang terbilang langka di tanah kelahirannya. Cara bermainnya terbilang unik, yakni salah satu anak akan menarik satu per satu pemain yang saling berpegangan ke teman di depannya.
Dibutuhkan sekitar 7 orang pemain, enam di antaranya saling berpegangan ke badan teman-temannya dan satu lainnya akan menarik dari belakang hingga terlepas dan menjadi rekan dari yang mencabut.
-
Di mana biasanya anak-anak Betawi bermain bleduran? Di masa silam, wilayah Jakarta masih dipenuhi lahan-lahan kosong. Lokasi inilah yang dijadikan tempat untuk bermain bleduran oleh anak-anak Betawi.
-
Permainan tradisional apa saja yang dilombakan di Festival Permainan Tradisional di Banyuwangi? Seperti halnya enggrang bambu, enggrang batok, balap karung, congklak, gobak sodor yang dimainkan dalam festival ini.
-
Apa itu tradisi ketupat lepas di Betawi? Ini bukan budaya makan bareng ketupat nasi, atau membagikannya ke warga. Melainkan sebagai pengiring nazar dari para orang tua terhadap anak-anak mereka.
-
Bagaimana ciri khas pantun lucu Betawi? Tak jarang, pantun-pantun Betawi yang dibawakan mengandung humor lucu dan menghibur.
-
Kenapa budaya palang pintu muncul di Betawi? Budaya palang pintu muncul ketika daerah-daerah Betawi masih rawan. Dulu jauh sebelum seperti saat ini, orang melamar untuk nikah harus berangkat pada malam hari.
-
Bagaimana cara memainkan ketapel Betawi? Biasanya mereka akan menyebut ketapel dengan dengan slepetan, karena cara memainkannya yang dijepret atau ditarik bagian karet ujung untuk menembakkan suatu objek yang ingin diburu.
Sayangnya, Tuk Tuk Ubi mulai jarang dimainkan oleh anak-anak di sekitar wilayah Jakarta. Padahal permainan warisan leluhur ini punya sederet manfaat terkait kecerdasan anak yang bisa berguna.
Bagi yang ingin melepas kecanduan gadget pada anak, permainan ini bisa jadi opsi untuk dikenalkan karena melibatkan interaksi dan kerja sama yang seru penuh canda tawa. Yuk, kenalan dengan permainan Tuk Tuk Ubi yang legendaris khas Betawi.
Asyiknya Bermain Tuk Tuk Ubi
Dalam laman jakita.jakarta.go.id, Tuk Tuk Ubi jadi salah satu tradisi anak-anak Betawi tempo dulu yang mulai sukar ditemukan keberadaannya. Permainan ini mengandalkan kekompakan dari para pemainnya, sehingga tidak direbut musuh.
Untuk bermain ini diperlukan sebanyak 7 sampai 8 orang anak, dengan dua peran utama. Anak pertama akan menjadi tumpuan di depan sembari memegang pohon atau tiang. Kemudian, enam sampai tujuh anak lainnya yang berbaris memanjang ke belakang memegang perut teman di depannya.
Terakhir, ada seorang pemain yang bertugas menarik satu per satu anak-anak yang berpegangan tadi. Saat terlepas, maka anak akan menjadi teman dari yang menariknya.
- Permainan Anak untuk Mengasah Otak, Tingkatkan Kecerdasan dengan Cara Seru
- Kurangi Gadget, Pemkab Banyuwangi Ajak Anak Bermain Permainan Tradisional
- Tebak-Tebakan Benda untuk Anak SD, Permainan Seru Mengasah Otak
- Bikin Ngeri! Bocah Laki-laki Lagi Asyik Main Ponsel Tiba-tiba Didatangi Macan Tutul, Sikapnya Justru Ramai Disorot
Diperankan Tokoh Nenek Gerondong dan Tumbuhan Ubi
Dalam permainannya, terdapat juga dua tokoh utama. Anak-anak yang duduk dan berbaris memanjang serta saling berpegangan namanya daun ubi atau sang ubi. Kemudian, seseorang yang menarik dari belakang namanya nenek gerondong.
Nenek gerondong akan menanyakan satu per satu ke anak yang sedang duduk “tuk tuk tuk tuk, apakah ada ubi?” lalu anak-anak yang duduk ini menyebut “tidak ada, baru ada daun satu”.
Setelahnya, nenek gerondong pun menarik salah seorang anak dengan sekuat tenaga hingga terlepas. Hal itu terus diulang sampai anak tersisa satu di paling depan dan iya memikirkan cara bagaimana ubi yang telah diambil bisa kembali ia dapatkan.
“Kan kamu belum saya cabut ubinya,” kata nenek gerondong
“Nggak bisa, saya nggak bisa dicabut, saya mau ambil ubi saya,” kata anak paling depan yang jadi ubi terakhir, mengutip YouTube Lembaga Kebudayaan Betawi, Selasa (3/9).
Penuh Canda Tawa
Setelah si ubi ingin mengambil ubi teman-temannya, nenek gerondong berusaha menghalang-halangi. Ubi-ubi berpegangan ke tubuh nenek tersebut, dan ikut menghindar sesuai gerakan badan dari si nenek.
Tak jarang, anak-anak Betawi tempo dulu sampai lupa waktu saat bermain ini, karena saking serunya. Mereka bisa mengulang hingga dua sampai tiga kali, sembari bertukar peran.
Selain lapangan, halaman rumah menjadi tempat yang asyik untuk bermain Tuk Tuk Ubi, selama memiliki pohon dan tiang yang kuat.
Melatih Kerja Sama dan Kecerdasan Empati Anak
Menurut budayawan Betawi, Yahya Andi Saputra, permainan Tuk Tuk Ubi jadi media pembentuk karakter anak paling sederhana yang bisa dipraktikkan langsung. Saat bermain ini, anak-anak akan dilatih untuk menumbuhkan rasa empati dan jiwa sosial mereka.
Kemudian, anak-anak nantinya juga akan timbul rasa untuk bekerja sama untuk saling mempertahankan.
“Anak akan diajarkan menjalin kerja sama dengan siapapun, menumbuhkan jiwa empati dan kepedulian sosial serta mengendalikan emosi anak,” kata Yahya Andi Saputra, dikutip Merdeka.com, Selasa (3/9).
Ajarkan Anak Mana yang Baik dan Buruk
Masih ada pelajaran lainnya dari permainan Tuk Tuk Ubi yang legendaris ini kata, Yahya. Saat bermain ini, anak-anak akan dilatih kepekaannya menangkap sisi baik dan buruk dari suatu permasalahan.
Peran jahat bisa dilihat dari sosok gerondong yang memaksa mencabut ubi, padahal bukan miliknya. Kemudian pihak baik dan sabar dijalani oleh seorang anak yang duduk paling depan dan meminta kembali hak ubinya dikembalikan.
“Nilai lainnya yang bisa diambil adalah melatih disiplin, tapi tetap bertanggung jawab, jujur juga sportif,” tambah Yahya.