Mengintip Sejarah Jalan Braga Bandung, Kiblat Wisata Kaum Muda Sejak Zaman Kolonial
Jalan yang menjadi ikon Kota Bandung tersebut diketahui memiliki sejarah yang unik, bahkan disebutkan jika jalan tersebut dahulu terkenal angker.
Jalan Braga merupakan sebuah kawasan ikonik yang berada di dekat pusat Kota Bandung, Jawa Barat. Ruas jalan yang mirip dengan Malioboro di Yogyakarta ini selalu dipadati para wisatawan, baik lokal maupun luar kota.
Sisi kanan dan kirinya dipenuhi oleh barisan bangunan tua warisan Hindia Belanda yang memiliki nilai arsitektural yang kuat. Selain itu, deretan kafe serta toko-toko makanan hingga aksesoris menjadi daya tarik tersendiri dari jalan yang memiliki sejarah unik tersebut.
-
Kenapa surat kabar menjadi primadona di Bandung? Di era kejayaannya, surat kabar menjadi primadona bagi masyarakat yang tengah menantikan informasi.
-
Apa yang sebenarnya terjadi di foto-foto yang beredar di media sosial tentang Bandung yang dipenuhi salju? Berdasarkan hasil penelusuran, foto tersebut merupakan hasil suntingan dan telah beredar dari tahun lalu.
-
Apa yang terjadi di Kampung Gintung, Desa Cibenda, Bandung Barat? Sebagaimana diberitakan, puluhan rumah di Kampung Gintung, Desa Cibenda, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat (KBB) diterjang longsor pada Minggu (24/3/2024) sekitar pukul 23.00 WIB.
-
Apa isi dari surat kabar *Bataviasche Nouvelles*? Mengutip dari berbagai sumber, isi konten tulisan yang ada di surat kabar Bataviasceh Nouvelles ini mayoritas adalah iklan. Ada pula beberapa terbitannya juga memuat aneka berita kapal dagang milik VOC.
-
Bagaimana Sariban menyebarkan pesan kebersihan di Bandung? Di sepeda tuanya, ia menuliskan pesan untuk masyarakat agar membiasakan diri membuang sampah pada tempatnya. Imbauan ini diserukan agar banyak orang yang makin sadar akan kebersihan lingkungan demi masa depan.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
Namun, di balik itu semua ternyata jalan yang juga pernah menjadi pusat hiburan bagi muda-mudi bangsa Eropa tersebut memiliki cerita yang menarik untuk dibahas.
Pernah Menjadi Pusat Fashion Bagi Masyarakat Eropa
©2020 Merdeka.com
Pernah mendengar istilah Paris Van Java? Pada masa itu warga Belanda, serta beberapa keluarga Eropa yang berkunjung ke Indonesia (saat itu Hindia Belanda) selalu mengunjungi kawasan tersebut untuk sekedar berbelanja pakaian hingga kue perayaan pesta.
Seperti yang dikutip dari www.kebudayaan.kemdikbud.go.id, dahulu jalan braga pernah menjadi kawasan yang lebih Eropa daripada Eropanya sendiri. Dengan sebutan “De meest Eropeesche winkelstraat van Indie” (Kompleks perbelanjaan Eropa paling terkemuka di Hindia Belanda).
Sebutan tersebut berkembang karena bentuk bangunannya yang terlampau modern di masa itu. Terlebih di Jalan Braga tersedia berbagai kebutuhan masyarakat berbagai kelas di kawasan yang kini menjadi jalan protokol di Kota Bandung itu.
Pernah Menjadi Penyelamat Ekonomi Pasca Perang
Jauh sebelum dijadikan sebagan kiblat fashion Eropa, jalan tersebut pernah menjadi salah satu penyelamat perekonomian dari Hindia Belanda, saat terjadi krisis pasca perang Diponegoro.
Saat itu, Gubernur Jenderal H.W. Daendles berambisi untuk memperbaiki kas negara yang terkuras melalui sistem tanam paksa (cultuurstelsel) lewat komoditas kopi pasundannya yang harus dijual ke semua wilayah.
Kala itu, Jalan Braga merupakan jalanan yang berlumpur dan satu-satunya jalur untuk mengangkut hasil panen kopi dengan pedati (Pedatiweg) menuju tempat produksi dan pengemasan kopi bernama “Koffie Pakhuis” yang terletak satu kilometer ke utara dari jalan tersebut.
Tempat "Angker"
https://www.nativeindonesia.com/
©2020 Merdeka.com
Ketika itu jalanan tersebut cukup jarang dilalui oleh kendaraan maupun pedati. Bahkan suasana hutan yang gelap pada malam hari menambah kesan rawan jalan tersebut saat malam hari.
Dalam informasi yang ditulis oleh www.nativeindonesia.com, ketika itu jalanan tersebut terkenal sangat rawan, terutama saat agresi militer yang membuat para tentara dari kedua kubu (Indonesia dan Belanda) saling menculik dan melakukan penganiayaan terhadap warganya di sana.
Istilah Nama Braga
Arti Jalan Braga hingga saat ini masih simpang siur. Ada yang menyebutkan jika Jalan Braga terinspirasi dari nama sastrawan keturunan Belanda bernama Theotila Braga (1834 – 1924) seorang penulis naskah drama, yang bermarkas dan mendirikan teater di sana.
Selain itu, terdapat pula yang mengatakan kalau “braga” berasal dari kata “bragi”, nama dewa puisi dalam mitologi bangsa Jerman. Sementara ahli sastra Sunda mengungkapkan kalau istilah “braga” merujuk pada jalan di tepi sungai. Memang, Jalan Braga ini terletak di tepi Sungai Cikapundung.
Hingga penyebutan “braga” sebagai frasa yang merujuk kepada memamerkan pakaian yang dikenakan di tubuh, mengingat saat itu di jalan tersebut merupakan kiblat fashion dari masyarakat Eropa.
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/
©2020 Merdeka.com
Namun ada versi yang menyebutkan jika nama Braga diambil dari nama sebuah grup kesenian Toneelvereeniging Braga, hasil bentukan Pieter Sijthoff yang merupakan Asisten Residen Priangan kala itu.
Toneelvereeniging Braga begitu terkenal hingga banyak mendapat panggung untuk unjuk kebolehan. Bahkan grup tersebut sering tampil di Gedung Societeit Concordia yang kini digunakan sebagai Museum Konperensi Asia Afrika Bandung.
Mungkin dapat dikatakan bahwa versi pengambilan nama Braga yang paling mendekati kebenaran karena ada Toneelvereeniging Braga. Karena setelah mereka mulai manggung di jalan ini pada 1882, Karren Weg / pedati weg mulai dikenal dengan nama Braga Weg.
Jalan Braga di Masa Sekarang
© Instagram/aconk_van_houtten
Di era sekarang, Jalan Braga masih menjadi tujuan utama para anak muda untuk menghabiskan masa liburannya. Kafe-kafe serta restoran semakin menjamur dengan beberapa penampilan kreatif dari para seniman dan musisi jalanannya.
Selain itu, Jalan Braga juga kerap dijadikan sebagai tujuan wisata sejarah, mengingat jalan tersebut merupakan satu kawasan dengan Museum Asia Afrika serta Gedung Merdeka.