Nenek Rusmina, Pejuang Kemerdekaan Asal Cirebon Rela Minum Darah saat Lawan Belanda
Nenek Rusmina merupakan satu dari sekian pejuang kemerdekaan yang namanya selalu terkenang. Pahlawan kelahiran Cirebon 22 Agustus 1916 ini berani mengambil peran di pertempuran Lima Hari Lima Malam di Palembang, Sumatera Selatan pada tahun 1947.
Nenek Rusmina merupakan satu dari sekian pejuang kemerdekaan yang namanya selalu terkenang. Pahlawan kelahiran Cirebon 22 Agustus 1916 ini berani mengambil peran di pertempuran Lima Hari Lima Malam di Palembang, Sumatera Selatan pada tahun 1947.
Pada masa itu, masih banyak serangan dari kolonial walau Indonesia sudah merdeka dua tahun. Salah satu aksi heroik Rusmina adalah meminum darah untuk mengusir tentara Belanda. Berikut kisah Nenek Rusmina, perempuan pejuang yang berani turun langsung mengusir penjajah.
-
Kenapa Padi Salibu dilirik Pemprov Jabar? Padi dengan teknologi salibu saat ini tengah dilirik Pemprov Jabar sebagai upaya menjaga ketahanan pangan.
-
Kapan Ragit Jalo diburu masyarakat Palembang? Biasanya, ragit jalo diburu oleh masyarakat Palembang ketika Ramadan.
-
Apa pasal yang menjerat pelaku pembunuhan siswi di Palembang? Para pelaku terjerat pasal penganiayaan dan pencabulan anak yakni pasal 76 C dan Pasal 80 ayat 3 UU No. 35 Tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara dan denda Rp3 miliar.
-
Kapan Jalur Lingkar Barat Purwakarta dibangun? Sebelum dibangun jalan lingkar pada 2013, Kecamatan Sukasari yang berada paling ujung di Kabupaten Purwakarta aksesnya tidak layak.
-
Siapa saja yang bertarung dalam Pilkada Jabar? Khusus di Jawa Barat diikuti empat pasangan calon (paslon) yang mendaftar di KPUD Jawa Barat.
-
Apa isi dari surat kabar Soenting Melajoe? Terbit pertama kali pada 10 Juli 1912, isi dari surat kabar Soenting Melajoe ini seperti tajuk rencana, sajak-sajak, tulisan atau karya mengenai perempuan, hingga tulisan riwayat tokoh-tokoh kenamaan.
Berani Jadi Tentara di Usianya Belia
©2015 Merdeka.com
Rusmina sudah memiliki semangat perjuangan sejak usia belia. Diketahui saat Merdeka menyambanginya di di Panti Jompo Tresna Werdha Teratai Palembang, beberapa waktu lalu.
Rusmina mengaku merasa geram saat melihat tentara penjajah yang pernah menguasai negaranya. Ia tak rela Indonesia dipecah belah, hingga semangatnya berkobar untuk membunuh mereka dengan melamar menjadi tentara di usia 19 tahun.
"Waktu itu semangat saya berkobar, kalau lihat Belanda atau Jepang langsung emosi, biar tak bunuh saja," ungkapnya dengan antusias.
Bambu Runcing Jadi Senjata Utama
Sebagai perempuan yang masih berusia belia, niat jadi tentara amat sulit diterima orang-orang terdekat hingga kalangan prajurit di tempat ia melamar.
Namun berkat keberaniannya berhasil membunuh sejumlah pasukan Belanda dan Jepang dengan bambu runcing, ia akhirnya diterima sebagai prajurit wanita muda untuk maju ke medan perang.
Rusmina mengaku sempat merasa berat meninggalkan keluarganya di Cirebon, namun rasa marahnya terhadap penjajah mengobarkan semangat juangnya. Ia pernah ditempatkan di beberapa daerah di Pulau Jawa untuk mengusir Belanda hingga akhirnya ditempatkan di pertempuran lima hari lima malam di Palembang.
Tegas Melawan Stigma
Ada tantangan lain untuk Rusmina, yaitu soal stigma perempuan yang tidak layak ikut perang. Ia sempat mendapat penolakan saat mengutarakan niat menjadi tentara. Namun tantangan itu sirna setelah ia meyakinkan kedua orang tuanya sebelum berangkat.
Rusmina saat itu hanya berbekal sepotong bambu runcing untuk membunuh para penjajah.
"Orang bilang perempuan itu di rumah saja, ngapain ikut perang. Nyusahin aja nanti," beber Rusmina.
Rela Minum Darah Rekannya
Rusmina (sebelah kiri) ©2015 Merdeka.com
Sebagai seorang yang kerap berjibaku dengan suasana peperangan, ada salah satu keadaan yang membekas di benak Rusmina hingga kini.
Melansir laman cirebonbanget, Ia mengaku pernah hampir tewas saat dikempung Belanda dan payudaranya tertembak. Beruntung ia segera ditangani tim medis hingga peluru yang bersarang berhasil diangkat.
Selain itu, momen tak terlupakan lainnya ialah melihat rekan-rekannya tewas di depan mata. Saat itu ada rekannya yang tertembak di bagian leher, dan darah terus mengalir. Tanpa pikir panjang, Rusmina langsung memeluk rekannya dan meminum darah sahabat karibnya itu. Ia dengan tegas mengatakan, darah yang diminum merupakan simbol perjuangan antar keduanya.
Selain itu, darah tersebut merupakan unsur persaudaraan yang Rusmina jaga agar tetap mengalir di dalam tubuhnya.
"Saya tidak ingin dihargai sebagai pejuang, tapi saya minta jangan rusak pengorbanan kami sebelum Indonesia merdeka," katanya.