Masyarakat Sunda Punya Tradisi Pertanian Unik, Ajak Bicara Kerbau saat Bajak Sawah
Bagi masyarakat Sunda, membajak sawah menggunakan kerbau sudah menjadi tradisi turun temurun sejak zaman nenek moyang. Uniknya tradisi ini juga diwarnai dengan interaksi antara petani dan hewan yang digunakan untuk menggarap lahan itu.
Bagi masyarakat Sunda, membajak sawah menggunakan kerbau sudah menjadi tradisi turun temurun sejak zaman nenek moyang. Uniknya tradisi ini juga diwarnai dengan interaksi antara petani dan hewan yang digunakan untuk menggarap lahan itu.
Para petani Sunda kerap mempraktikkan ini sebagai salah satu metode untuk mempermudah mengolah tanah sebelum ditanam. Bahkan, mereka juga seringkali mengajak hewan besar itu untuk berbicara.
-
Apa isi dari surat kabar *Bataviasche Nouvelles*? Mengutip dari berbagai sumber, isi konten tulisan yang ada di surat kabar Bataviasceh Nouvelles ini mayoritas adalah iklan. Ada pula beberapa terbitannya juga memuat aneka berita kapal dagang milik VOC.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Kapan nama surat kabar Benih Merdeka diubah? Akhirnya pada tahun 1920, ia mengubah nama menjadi "Mardeka".
-
Apa nama surat kabar pertama yang terbit di Jogja? Melalui sebuah unggahan pada 9 Mei 2024, akun Instagram @sejarahjogya menampilkan dua surat kabar yang pertama kali terbit di Jogja. Koran satu bernama “Mataram Courant” dan satunya lagi bernama “Bintang Mataram”.
-
Apa kabar terbaru dari Nunung? Nunung bilang badannya sekarang udah sehat, ga ada keluhan lagi dari sakit yang dia alamin. Kemo sudah selesai "Nggak ada (keluhan), karena kemo-nya sudah selesai sudah baik, aman, Alhamdulillah," tuturnya.
-
Apa isi dari surat kabar Soenting Melajoe? Terbit pertama kali pada 10 Juli 1912, isi dari surat kabar Soenting Melajoe ini seperti tajuk rencana, sajak-sajak, tulisan atau karya mengenai perempuan, hingga tulisan riwayat tokoh-tokoh kenamaan.
Di banyak perdesaan priangan, tradisi berbicara dengan kerbau pembajak ini masih tetap dilestarikan. Berikut ulasan selengkapnya.
Kegiatan Membajak Sawah jadi Kebiasaan Turun Temurun
Membajak sawah dengan kerbau ©2023 YouTube Pejalan Tangguh/ Merdeka.com
Mengutip Instagram @budaya.kuring, Rabu (22/2) tradisi membajak menggunakan kerbau biasanya dilakukan oleh satu atau dua ekor kerbau yang dikendalikan oleh seorang petani. Kerbau akan berjalan di depan dan diarahkan oleh petani dari belakang.
Turut digunakan satu buah garu yang dibuat dari kayu serta besi untuk menggaruk tanah sawah setelah masa panen. Di bahasa Sunda, kegiatan menggaruk tanah sebelum masa tanam disebut ngagaru atau ngawuluku.
Pada kesempatan itu, kerbau bersama petani turun ke area sawah yang berlumpur dan mengitari titik sampai beberapa kali. Ketika tanah sudah gembur, sawah bisa didiamkan selama beberapa hari sebelum memasuki masa tanam.
Lebih Hemat dan Ramah Lingkungan
Kegiatan membajak sawah dengan kerbau dianggap lebih hemat oleh petani lantaran tidak membutuhkan bahan bakar. Kerbau bisa bekerja selama beberapa jam, di masa penggemburan tanah layaknya traktor.
Kemudian membajak sawah menggunakan kerbau juga membuat lokasi sekitar menjadi lebih ramah lingkungan. Alasan ini diperkuat karena traktor meninggalkan efek buang seperti asap, juga cemaran solar maupun oli.
Jika memakai kerbau, humus tanah di persawahan juga lebih terjaga sehingga bagus untuk pertumbuhan dan kesuburan padi saat panen.
Kemudian kotoran kerbau juga disebut bisa menjadi pupuk organik alami yang membantu kualitas tanaman padi agar tetap sehat.
Petani Ajak Bicara Kerbau
Membajak sawah dengan kerbau ©2023 YouTube Pejalan Tangguh/ Merdeka.com
Sebagai upaya mengendalikan laju kerbau, petani kemudian melakukan sejumlah interaksi seperti berbicara. Kebiasaan ini dilakukan demi memperlancar kegiatan membajak sawah.
Terdapat sejumlah ucapan petani yang bisa dipahami kerbau sehingga hewan tersebut mampu menuruti perintah mereka. Ini juga akan mempermudah membentuk pola penggemburan lahan agar sesuai titik-titik penanaman padi.
Beberapa kata yang kerap disebut petani saat mengajak bicara kerbau yakni: “Kiya”, yang memiliki arti agar kerbau berjalan lurus ke depan. Lalu “Kalen” ini akan memerintah kerbau untuk bergerak pelan-pelan di area tanah yang sudah gembur.
“Arang” serupa dengan kalen, namun ini lebih lambat lagi sebelum masuk ke titik yang sudah dilewati kerbau. “Mider” adalah perintah agar kerbau tidak berhenti dan terakhir “Luput” yang memiliki arti agar kerbau bisa berjalan dengan hati-hati dan menunduk.